Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melia Kurniati
"ABSTRAK
Dalam Penelitian sebelumnya tanin banyak digunakan sebagai pengompleks ion-ion logam. Pembentukan kompleks asam Iemah tannin dipengaruhi kondisi Iingkungan seperti pH larutan. Pada penelitian ini dipelajari karakteristik tanin, kompleksnya clan kestabilannya pada beberapa pH secara spektrofotometri.
Karakteristik kompleks tanin dipelajari dengan titrasi spektrofotometri. Untuk mempelajari karakter kompleks tanin sebelumnya dilakukan karakterisasi gugus fungsi tanin dengan spektroskopi IR, uv, clan mereaksikan tanin dengan ion Fe 2+ . Ligan makromolekul tanin dititrasi penambahan ion Fe2 . Ligan makromolekul tanin dititrasi dengan ion logam Cu(II) dan Co(II) pada pH yang sama dan secara kontinyu diukur serapannya..
Tetapan kestabilan kondisional kompleks dipelajari dengan persamaan Scatchard dengan parameter v dan v/M yang telah digunakan dalam penentuan tetapan kestabilan kondisional kompleks makromolekul asam humat dan protein.
Analisis tanin dengan IR dan reaksinya dengan ion Fe21 menunjukkan bahwa tanin aldrich yang digunakan dalam percobaan termasuk golongan pirogallol atau tanin terhidrolisis yang mempunyai gugus aktif fenol dan karboksilat. Spektra uv tanin menunjukkan serapan yang meningkat dengan naiknya pH. Spektra komplekS tidak berbeda secara signifikan dengan
spektra ligan bebasnya. Penurunan serapan karena penambahan ion logam setelah koreksi pengenceran sangat kecil clan kurva titrasi yang diperoleh sangat landai.
Secara keseluruhan nilai tetapan kestabilan kondisional kompleks (K') tanin turun pada pH yang lebih tinggi. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya dengan metoda lain maka hasil ini bertolak belakang sehingga penggunaan metoda spektrofotometri uv untuk menentukan tetapan kestabilan kondisional kompleks harus dipertimbangkan kembali."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisyah
"Pati jagung waxy dan pati termodifikasi banyak dimanfaatkan karena sifatsifatnya yang khas. Salah satu hasil modifikasi pati jagung yang dijadikan produk farmasi yaitu senyawa hydroxyethyl starch (HES) suatu koloid sintetik yang merupakan polimer modifikasi dari amilopektin. Secara klinis, sering digunakan untuk pengganti volume intravaskuler dalam usaha mempertahankan atau memperbaiki perfusi jaringan pada pasien yang mengalami, trauma, syok dan stres pembedahan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kadar hydroxyethyl starch dalam sampel infus yaitu sampel a dan b secara spektrofotometri inframerah, dimana sebelum dilakukan pengukuran, sampel dikeringkan terlebih dahulu pada suhu ± 80°C selanjutnya dibuat tablet dengan campuran KBr, menggunakan alat handpress dengan tekanan 450 kgf/cm2 selama dua menit. Tablet yang terbentuk dibuat spektrumnya pada bilangan gelombang 1653 cm-1 dan 1157 cm-1. Hasil kurva kalibrasi pada 1653 cm-1 diperoleh persamaan garis y = - 0,11938 + 0,2674x dengan koefisien korelasi (r) = 0,98374, dan persamaan garis pada bilangan gelombang 1157 cm-1 adalah y = 0,28314 + 0,0982x dengan koefisien korelasi (r) = 0,99609. Hasil penetapan kadar dalam sampel a dan b pada bilangan gelombang 1653 cm-1 dan 1157cm-1 adalah 99,6 % ± 0,15 dan 99,5 % ± 0,93. Kadar sampel b adalah 99,8% ± 0,35 dan 99 % ± 0,58.

Waxy maize starch and modified starch is used for many typical traits one result the modification of corn starch which are compounds used as pharmaceutical products hydroxyethyl starch (HES), a synthetic colloid that formed modification polymer from amylopectin often used clinically to replacement volume in an action to defend or fixed a perfusion in patients who experience, trauma, shock and stress of surgery. These experience things have a purpose to obtain a value in infuse sample a and b using a spectrophotometry infrared, before doing a measurement, first of all we have to dried the sample and the temperature is about 80°C, then making tablets with a mixture of KBr, using a tool with pressure handpress 450 kgf / cm2 for two minutes. The formed tablets are made spectrum on the area around 1653 cm-1 and 1157 cm-1. Obtained from curve calibration 1653 cm-1 is y = - 0,11938 + 0,2674x with a correlation coefficient (r) = 0,98374, while the curve calibration 1157 cm -1 is y = 0,28314 + 0,0982x with a correlation coefficient (r) = 0,99609. Concentration measurement results obtained samples a and b are 99,6% ± 0,15, and 99,5 % ± 0,93 and samples b are 99,8 % ± 0,35 and 99 % ± 0,58."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33201
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hermin Sulistyarti
"In order to practice green chemistry, a simple and safe spectrophotometric method for iodide determination has been successfully developed based on the formation of a blue starch-iodine complex. Iodide was oxidized to form iodine prior to the addition of a starch solution, and the blue starch-iodine complex was directly detected spectrophoto-metrically at a wavelength of 615 nm. The chemical parameters, such as type, reaction time, as well as concentration of oxidizing agents and solution pH were optimized with respect to sensitivity and analysis time. The method showed optimum results under iodate oxidant with a mol ratio of IO3 -:I- =1:3, reaction time of 5 minutes, and solution pH of 5. Under these optimum conditions, the method showed linierity measurements from 5-40 mg/L iodide with a correlation (R2) of 0.9889. This technique offers a simple, safe, accurate, and relatively fast method for iodide determination, which is prospective for monitoring iodide samples.

Metode Spektrofotometri Sederhana dan Aman untuk Penentuan Iodida. Penentuan iodida menggunakan metode spektrofotometri sederhana dengan bahan kimia tidak berbahaya telah berhasil dikembangkan berdasarkan pembentukan kompleks biru iodium-amilum. Iodida terlebih dahulu dioksidasi menjadi iodium yang dengan penambahan amilum menghasilkan kompleks biru iodium-amilum yang dapat dideteksi menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 615 nm. Parameter kimia, seperti jenis, waktu reaksi, dan konsentrasi oksidator, serta pH larutan dioptimasi untuk meningkatkan sensitifitas dan efektifitas waktu analisis. Hasil optimasi metode menunjukkan bahwa hasil optimum diperoleh pada mol rasio oksidator iodat terhadap iodida 1:3, waktu reaksi 5 menit, dan pH larutan 1. Pada kondisi optimum tersebut, metode ini memberikan linieritas pengukuran iodida dari 5-40 mg/L dengan koefisien korelasi (R2) 0,9889. Metode ini menawarkan cara yang sederhana, aman, akurat, dan relatif cepat untuk penentuan iodida yang prospektif untuk monitoring sampel iodida."
Malang: Department of Chemistry, Faculty of Science Universitas Brawijaya, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfhi Zarkasyi
"Hidrokortison asetat dan kloramfenikol merupakan zat aktif yang banyak digunakan dalam sediaan krim sebagai anti infeksi kulit yang disertai peradangan. Untuk menjamin mutu dari suatu sediaan diperlukan metode anal isis yang mempunyai akurasi dan 'presisi yang tinggi, namun jika memungkinkan mudah dan murah di dalam pelaksanaannya. Salah satu metode analisis yang dapat digunakan adalah spektrofotomeri derivatif, melalui pengukuran serapan masing-masing komponen pada panjang gelombang zero crossing komponen lainnya yang terdapat dalam campuran. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode penetapan kadar hidrokortison asetat, kloramfenikol dan campuran keduanya dalam sediaan krim dengan adanya pengawet nipagin secara spektrofotometri derivatif dan menguji validitasnya. Pad a sediaan campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol, masing-masing zat diukur serapannya pad a panjang gelombang 276,8 nm dan 286,0 nm (derivat pertama); sediaan tunggal hidrokortison asetat yang mengandung pengawet nipagin, diukur pada panjang gelombang 257,0 nm (derivat pertama) dan sediaan tunggal kloramfenikol yang mengandung pengawet nipagin diukur pada panjang gelombang 294,6 nm ( derivat pertama ). Dari hasil uji perolehan kembali, metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk menetapkan kadar kloramfenikol dalam sediaan krim simulasi yang mengandung hidrokortison asetat, namun metode ini tidak dapat digunakan untuk menetapkan kadar hidrokortison asetat dalam krim simulasi. Metode ini juga dapat digunakan untuk menetapkan kadar hidrokortison asetat dalam sediaan krim simulasi dan merek dagang yang mengandung nipagin dan menetapkan kadar kloramfenikol dalam sediaan krim simulasi yang mengandung pengawet nipagin.

Hydrocortisone acetate and chloramphenicol are active ingredients mostly used in cream as local anti-infection and anti-inflamatory. The analytical method with high aqquracy and precision is needed to guarantee the quality, but if possible, it is low cost and easily implemented. One of the analytical method can be used is derivative spectrophotometry, by determining each compound at zero crossing wavelength of another compound in mixture. The purpose of this research is to find a new method to determine the concentration of hydrocortisone acetate, chloramphenicol and both of them in cream which contains nipagin as preservative by using derivative spectrophotometry and to examine the validity. In the mixture containing hydrocortisone acetate and chloramphenicol, each compound is determined at 276.8 nm and 286.0 nm (first derivative), In the mixture containing hydrocortisone acetate with nipagin as preservative, this compound is determined at 257.0 nm (first derivative), In the mixture containing chloramphenicol with nipagin as preservative, this compound is determined at 294.6 nm (first derivative). The result of recovery test shows that derivative spectrophotometry method can be used to determining chloramphenicol in cream simulation with hydrocortisone acetate, but can not be used in determining hydrocortisone acetate in this simulation cream with chloramphenicol. This method can also be used for determining the concentration hydrocortisone acetate in simulation cream with nipagin as preservative and market product and also determining chloramphenicol in simulation cream with nipagin as preservative."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Asam salisilat dan asam benzoat adalah zat aktif yang keduanya
secara bersama sering digunakan dalam sediaan larutan topikal sebagai anti
jamur lokal. Pemeriksaan kadar kedua zat dalam sediaan tersebut perlu
dilakukan dengan metode analisis yang dapat memenuhi akurasi dan presisi
yang dapat memenuhi persyaratan dengan biaya yang relatif rendah. Salah
satu metode analisis yang mungkin dapat digunakan adalah spektrofotometri
derivatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimal untuk
penetapan kadar asam salisilat dan asam benzoat dalam sediaan larutan
topikal yang mengandung povidon iodum secara spektrofotometri derivatif
serta menguji validitasnya. Pada sediaan tersebut, povidon iodum
direaksikan terlebih dahulu dengan natrium thiosulfat, kemudian asam
salisilat dan asam benzoat masing-masing diukur serapannya pada panjang
gelombang 258.9 nm dan 272 nm (derivatif pertama). Dari hasil uji perolehan
kembali menunjukkan bahwa metode spektrofotometri derivatif memenuhi
syarat akurasi dan presisi sehingga dapat digunakan untuk penetapan kadar
asam salisilat dan asam benzoat dalam campuran keduanya dalam sediaan
larutan topikal."
Universitas Indonesia, 2009
S32929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Handayani
"Beberapa senyawa aktif pada tanaman berpotensi untuk digunakan dalam strategi pengobatan diabetes melitus. Salah satu strategi pengobatan diabetes melitus adalah dengan menjaga kadar glukosa postprandial melalui penghambatan α-amilase dan α-glukosidase. Penghambatan α-amilase menyebabkan zat makanan dalam bentuk polisakarida tidak diubah menjadi bentuk disakaridanya, sedangkan penghambatan α-glukosidase menyebabkan disakarida yang masuk dalam usus tidak bisa diubah menjadi bentuk monosakarida yang paling sederhana yaitu glukosa. Dengan tidak terbentuknya glukosa, maka darah tidak dapat menyerap glukosa dari makanan yang dimakan sehingga dapat menjaga kestabilan kadar glukosa darah, terutama kadar glukosa postprandial.
Dalam penelitian ini peneliti melaporkan aktivitas penghambatan α- glukosidase dan α-amilase oleh 11 sampel dari tanaman Indonesia. Pengukuran aktivitas enzim dilakukan secara spektrofotometri dengan menggunakan kuvet dan microplate reader. Aktivitas α-amilase diukur pada λ=540 nm dan aktivitas α- glukosidase diukur pada λ=405 nm. Ekstrak yang memiliki penghambatan tertinggi untuk kedua enzim adalah ekstrak etanol teh putih dengan persen penghambatan sebesar 86,81% pada konsentrasi 22,5 μg/mL, IC50 = 10,54 μg/mL pada α-glukosidase, sedangkan pada α-amilase teh putih memberikan penghambatan sebesar 99,11% pada konsentrasi 166,7 μg/mL, IC50 = 16,46 μg/mL. Jenis penghambatan dievaluasi menggunakan plot Lineweaver-Burke. Teh putih menunjukkan penghambatan jenis inhibitor kompetitif campuran ditandai dengan penurunan nilai Vmax dan peningkatan nilai Km.

Some of active constituents in plants have potency to be used in diabetes mellitus treatment strategy. One of strategies in treatment diabetes mellitus is to maintain postprandial glucose levels through inhibition of α-amylase and α-glucosidase. Inhibition of α-amylase causes polysaccharide in nutrients could not be transformed into its disacarides, whereas inhibition of α-glucosidase causes the disaccharide in intestine could not be converted into the simplest form of monosaccharides, especially glucose . If glucose has not been formed, the blood could not absorb glucose from the food and it was able to give benefits to maintain stable blood glucose levels, especially postprandial glucose levels.
In this study, researcher reported the inhibitory activities of α-glucosidase and α- amylase by 11 sample from Indonesian plants. Spectrophotometric measurements were performed using a cuvette and microplate reader. An α-amylase activity was measured at λ=540 nm and α-glucosidase activity was measured at λ=405 nm. An extract which has the highest inhibition to both enzymes was the ethanol extract of white tea with the percent inhibition was 86,81 % at concentration 22,5 μg/mL, IC50 = 10,54 μg/mL in α-glucosidase activity. In α-amylase activity it provided inhibition of 99,11 % at concentration of 166,7 μg/mL, IC50 = 16,46 μg/mL. Type of inhibition was evaluated using Lineweaver-Burke plot. White tea showed a mixed competitive inhibition type characterized by decreasing of Vmax value and an increasing of Km value.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Fariska Savira
"Latar belakang: Ribonucleic acid RNA adalah molekul yang tidak stabil secara termodinamik. Cara penyimpanan RNA sangat kritis untuk menjaga kuantitas dan kualitasnya agar dapat digunakan untuk analisis molekuler seperti real time-PCR. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui suhu ideal penyimpanan RNA di antara -80°C, -20°C dan 4°C dengan melihat perubahan pada konsentrasi RNA selama dua minggu masa penyimpanan.
Metode: Delapan hati tikus dibagi menjadi 3 untuk setiap grup dengan berat masing-masing sampel 25-26 ug. Sampel hati dihomogenisasi dan diisolasi untuk mendapatkan RNA murni, lalu disimpan pada tiga suhu berbeda yakni -80°C, -20°C and 4°C. Absorbasi diukur dengan alat Varioskan Flash pada gelombang cahaya 260 dan 280 nm untuk mendapatkan konsentrasi dan kemurnian sampel.
Hasil: Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara konsentrasi RNA dengan suhu penyimpanaan selama dua minggu, baik secara eksperimental dan secara statistik Kruskal-Wallis, -80°C p = 0.949; -20°C p = 0.885; 4°C p = 0.935 . Dapat disimpulkan bahwa suhu ideal untuk penyimpanan RNA tidak dapat ditetapkan. RNA dengan konsentrasi yang tinggi memiliki kemurnian yang tinggi juga.
Kesimpulan: RNA dapat disimpan di suhu -80°C, -20°C dan 4°C selama dua minggu tanpa perubahan kuantitas. Tetapi, durasi studi sebaiknya diperpanjang paling tidak selama satu bulan untuk melihat penurunan pada konsentrasi RNA di suhu penyimpanan yang terkait. Walaupun konsentrasi pada sampel tidak berubah signifikan, kualitas pita RNA tidak dapat dievaluasi untuk analisis molekuler. Analisis kualitas RNA dapat dilakukan untuk melihat terjadinya degradasi.

Background Ribonucleic acid RNA is a thermodynamically unstable molecule. The way RNA samples are preserved is critical to maintain maximum yield and quality therefore it is useful for molecular analysis such as real time PCR. There are many contradictions and variations regarding the ideal temperature for RNA storage. The aim of this study was to find the ideal temperature for RNA storage among 80°C, 20°C and 4°C by observing for alteration in concentration over two weeks of storage time.
Methods Eight mouse liver were each divided into 3 groups, weighed to 25 26 ug. Samples were homogenized and isolated for pure RNA, and were subsequently stored in temperatures of 80o C, 20°C and 4°C. Absorbance was measured with Varioskan Flash photometric tool, at wavelength of 260 and 280 nm. Concentration and purity of RNA samples were then calculated.
Results There was no significant difference between concentrations of RNA samples stored in all temperatures across the duration of two weeks storage time, both experimentally and statistically Kruskal Wallis, 80o C p 0.949 20o C p 0.885 4o C p 0.935 . We conclude that the ideal temperature for RNA storage cannot be defined. Higher concentration of RNA coincides with higher RNA purity.
Conclusion RNA can be stored in 80o C, 20o C and 4o C for two weeks without quantity reduction. However, longer duration of study, at least one month, is needed to observe whether RNA concentration will be reduced overtime in any of temperatures of storage. Despite the concentration that stayed constant over the duration of storage two weeks , we are unable to determine whether the quality is appropriate for use in molecular assays. Further RNA quality analysis is recommended to check for degradation."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Budiyanto
"ABSTRACT
Heavy metal,mostly present in a ultra trace level, becomes one of the hazardous pollutants due its toxicity, bioaccu mulative, biomagnificative characters. Conducting a micro analysis of these trace level pollutants, sensitive instrument and method are strongly recommended. Graphite Furnace Atomic Absorption Spectrophotometer GFAAS offers a solution for the challenge. It uses the principle of light emission obsorption by nascent atom cloud from the metals. The analysis has been developed in three stages of the tube heating programs, i.e drying, ashing and than atomizing element at 3000 oC. Since the injected sample is almost completely atomized, the sensitivity of GFAAS is extremely high and this value is covering up the disadvantages of the other analyses. Therefore, the GFAAS analysis is suitable for ultra trace analysis of ultra trace pollutant like heavy metals in environment."
Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI, 2017
575 OSEANA XLII:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kareen Tayuwijaya
"Kanker kolorektal terus menyumbang jumlah kasus kanker dan kematian yang tinggi setiap tahunnya. Salah satu metode diagnosis progresi kanker ini adalah dengan interpretasi biopsi dari ahli patologi anatomi. Akan tetapi, seringkali terjadi misinterpretasi antar patolog karena lesinya yang kurang spesifik. Maka dari itu, perlunya ada alat bantu yang dapat menunjang pekerjaan ahli patologi anatomi dalam menginterpretasi progresi kanker kolorektal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan spektrofotometer untuk mengklasifikasikan jaringan kolorektal mencit. Data jaringan mencit yang sudah diklasifikasikan menurut ahli PA diuji menggunakan cahaya tampak dan akan dibaca oleh spektrofotometer reflektansi. Hasil dari spektrofotometer kemudian akan dibaca oleh Theremino Spectrophotometer. Semua data kemudian diuji normalitas menggunakan uji Saphiro Wilk, dilanjutkan dengan uji ANOVA atau Kruskal-Wallis, kemudian uji Post Hoc atau Mann-Whitney. Data juga dianalisis menggunakan supervised dan unsupervised machine learning. Dari uji hipotesis hanya didapatkan 2 panjang gelombang yang dapat membedakan jaringan normal dan prekanker secara signifikan (696,7 dan 699.8 nm). Sedangkan yang lainnya kurang dapat membedakan jaringan normal, radang, dan prekanker. Hasil dari machine learning menunjukkan sensitivitas, spesifisitas, AUC, akurasi, dan presisi yang rendah. Maka dari itu, dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa metode spektrofotometri reflektans cahaya tampak kurang cocok digunakan untuk membedakan jaringan kolon normal, radang, dan prekanker pada sediaan preparat mencit.

Colorectal cancer continues to account for a high number of cancer cases and deaths every year. The gold standard of diagnosing this cancer progression is by interpretation of a biopsy from an anatomical pathologist. However, there is often misinterpretation among pathologists due to their unspesific lesions. Therefore, it is required to have a tool that can support the work of anatomical pathologists in interpreting the progression of colorectal cancer. This study aims to see the ability of the spectrophotometer to classify the colorectal tissue of mice. Mice tissue data that has been classified according to PA experts was tested using visible light and would be read by a reflectance spectrophotometer. The results of the spectrophotometer will then be read by the Theremino Spectrophotometer. All data were then tested for normality using the Saphiro Wilk test, followed by the ANOVA or Kruskal-Wallis test, then the Post Hoc or Mann-Whitney test. Data were also analyzed using supervised and unsupervised machine learning. From the hypothesis test, only 2 wavelengths were found that could significantly differentiate normal and precancerous tissue (696.7 and 699.8 nm). While others are less able to distinguish normal, inflammatory, and precancerous tissue. The results from machine learning show low sensitivity, specificity, AUC, accuracy, and precision to distinguish between the three categories. Therefore, it can be concluded from this research that the visible light reflectance spectrophotometric method is not suitable for distinguishing normal, inflammatory, and precancerous colonic tissue in mice preparations."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsa Billa As`syifa
"Latar belakang: Diagnosis memiliki peranan yang sangat penting dalam penatalaksanaan kanker usus halus. Namun, pemeriksaan sebelumnya memiliki kekurangan, yaitu; sensitivitas rendah, operator dependent, dan lama. Sehingga akan diobservasi spektrofotometri autofluorosensi menggunakan blok parafin yang memiliki sensitivitas, spesifisitas, akurasi, dan presisi dengan nilai yang baik. Metode: Studi ini mengukur perbedaan intensitas cahaya fluorosensi menggunakan spektrofotometri autofluorosensi cahaya UV pada blok parafin jaringan kanker usus halus mencit dalam panjang gelombang dari 420.2nm sampai 762.9nm. Hasil uji dianalisis menggunakan dua perangkat lunak, yaitu SPSS 26.0 serta Orange Data Mining. Dalam melakukan analisis Orange Data Mining (kualitatif), data akan dianalisis menggunakan PCA dan 7 jenis PC. Sedangkan machine learning (analisis kuantitatif) dengan cross validation kelipatan 5. Hasil: Dari 511 panjang gelombang yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan intensitas cahaya pada ketiga kelompok sampel, perbedaan intensitas cahaya dapat dibedakan secara signifikan pada (panjang gelombang); 495 pada kelompok normal-prekanker, 495 pada kelompok normal-radang, 454 pada kelompok radang-prekanker. Selain itu, dalam hasil analis Machine Learning menunjukkan bahwa Neural Network memiliki performa terbaik dalam menganalisis klasifikasi derajat lesi kanker usus halus. Kesimpulan: Spektrofotometri autofluorosensi memiliki kemampuan mengklasifikasikan jaringan normal, radang, serta pre-kanker pada usus halus mencit dengan nilai sensitivitas dan spesifititas baik, namun masih terdapat kesulitan membedakan jaringan radang.

Background: Diagnosis has a very important role in the management of small bowel cancer. The previous examination, on the other hand, had drawbacks, including low sensitivity, operator dependence, and a long time.So that autofluorescence spectrophotometry will be observed using a paraffin block that has good sensitivity, specificity, accuracy, and precision. Method: This study measured the difference in fluorescence intensity using UV light autofluorescence spectrophotometry on paraffin blocks of mouse small intestine cancer tissue at wavelengths from 420.2 nm to 762.9 nm. The test results were analyzed using two software programs, namely SPSS 26.0 and Orange Data Mining. Data will be analyzed using PCA and 7 different types of PCs in the orange data mining analysis (qualitative).while using machine learning (quantitative analysis) with a total of 5 cross-validations. Results: Of the 511 wavelengths that show a significant difference in light intensity in the third sample group, the difference in light intensity can be significantly different at 495 in the normal-precancer group, 495 in the normal-inflammation group, and 454 in the inflammatory-precancer group. In addition, the results of machine learning analysis show that the neural network has the best performance into analyze the classification of small intestine cancer lesion degrees. Conclusion: Autofluorescence spectrophotometry has the ability to classify normal, inflammatory, and precancerous tissues in the small intestine of mice with good sensitivity and specificity, but there are still difficulties in differentiating tissue inflammation"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>