Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Malihah Andriana
"Skripsi ini membahas fenomena spatiality dalam scenography sebuah pertunjukan yang dapat dimanfaatkan dalam mengadaptasi narasi. Spatiality memberikan penekanan terhadap peristiwa penting pada cerita, sehingga dapat menciptakan koneksi antara penampil dengan penonton, serta dapat dijadikan alat untuk menyampaikan interioritas narasi. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana spatiality dalam scenography, yaitu arsitektur dari ruang pertunjukan, dapat digunakan dalam mengadaptasi narasi berbentuk teks menjadi pertunjukan. Dilakukan studi kasus terhadap dua pertunjukan yang diadaptasi dari novel dengan teknik berbeda, yaitu close adaptation, ketika elemen-elemen narasi sebisa mungkin dipertahankan dalam pertunjukan, dan intermediate adaptation, ketika elemen-elemen narasi ada yang dihilangkan atau ditambahkan pada pertunjukan. Apabila pertunjukan mempertahankan banyak elemen narasi dari teks sumber ke dalam skrip, fenomena spatiality dapat digunakan untuk menambah dramatisasi pada beberapa adegan penting. Sedangkan, apabila pertunjukan mereduksi atau mengubah lebih banyak elemen narasi, fenomena spatiality dapat diperbanyak untuk membantu menyampaikan interioritas narasi. Selain itu, organisasi ruang pertunjukan juga berpengaruh terhadap derajat intensitas spatiality yang terjadi. Dengan menggunakan ruang penonton sebagai ruang presentasi, kemungkinan terjadinya spatiality akan meningkat. Arsitektur dari ruang pertunjukan yang terbentuk dari elemen-elemen spasial dan fenomena spatiality yang terjadi dapat dialami dan dimaknai. Kemudian, pemahaman kolektif akan interioritas yang dipertahankan dari narasi teks sumber ke narasi pertunjukan dapat tercipta.

This paper discusses how the phenomenon of spatiality in a performances scenography can be used in adapting narrative. Spatiality emphasizes the key events in the story so that it will be able to create connections between performers and audience. Moreover, it could be used as a tool to convey the interiority of a narrative. This paper aims to explore how spatiality in scenography-the architecture of performance space is used in adapting a text-based narrative into performance. Studies are conducted towards two performances adapted from novels with different techniques: close adaptation, where the narrative elements are kept in the performance; and intermediate adaptation, in which some narrative elements are eliminated, and another added to the performance according to the adaptors intentions. If a performance maintains most of the narrative elements from the text in the script, the spatiality phenomena could be used to dramatize essential scenes. If a performance reduces or changes more narrative elements, more spatiality phenomenon may help to convey the narrative. Furthermore, the organization of performance space plays a part in the spatialitys degree of intensity. Usage of the audience space as presentational space will increase the possibility of spatiality. The architecture of performance space formed from spatial elements and the spatiality can be experienced and interpreted. There will be a collective understanding of the interiority that is maintained from the narrative text source to the performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Kharisma
"Project ini adalah sebuah studi desain dengan pendekatan cerita sebagai metode dalam menciptakan spasialitas pada sebuah forma arsitektur melalui ruang geometri yang sederhana, yaitu celah. Saya melihat bahwa setiap ruang yang dihuni manusia dibentuk oleh geometri yang menghadirkan makna pada ruang. Celah dapat membentuk sebuah kehidupan Dengan katalog visualisasi celah yang saya buat melalui beberapa studi berdasarkan persepsi visual dan affordance, masing-masing dapat membentuk ruang dan aksi yang berbeda-beda pada sebuah ruang, menghadirkan fungsi dan spasialitas yang berbeda-beda. Beberapa modifikasi juga dilakukan untuk mencari kemungkinan fungsi dan spasialitas yang dapat hadir.Berbagai cerita yang tercipta melalui fungsi dan spasialitas dari setiap celah membentuk pengertian terhadap elemen-elemen arsitektur yang baru, yaitu bagaimana menciptakan sebuah ambang, bagaimana memasukkan cahaya, bagaimana menghubungan ruang yang berbeda dan dan menghubungkan lingkungan dan interior, bagaimana mengarahkan manusia melalui bagian transisi, dan juga bagaimana membentuk ruang dengan kedalaman dan intensitas privasi yang berbeda.

This project is a design study in a form of a story as a method to create spatiality in architectural form, through a simple geometrical space, namely gap. In my point of view, every single spaces occupied by humans are shaped by geometry which creates a meaning towards the spaces. A gap could build a living. With a gap visualization catalogue that I made through numerous studies based on visual perception and affordance, each could create spaces and different form of actions in each space. Therefore presenting different functions and spatiality as well. Some modifications are also made in search for possible functions and spatiality to be presented.Various stories that were made through functions and spatiality of every gap form an understanding of new architectural elements, such as how to create a threshold, how to put in some light, how to connect different sorts of spaces and associate interior with the surroundings, how to direct humans through transition parts, and also how to create spaces with different depths and intensity of privacy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Putra Pamungkas
"Tulisan ini membahas bagaimana fotografi bisa dijadikan media pembelajaran arsitektur Fotografi adalah salah satu media representatif bagi arsitektur karena sifatnya yang dapat dipahami seperti sebuah teks Saya melihat kemampuan sebuah foto sebagai elemen generatif keruangan Tulisan ini membahas bagaimana fotografi bisa dijadikan media pembelajaran arsitektur. Fotografi adalah salah satu media representatif bagi arsitektur, karena sifatnya yang dapat dipahami seperti sebuah teks. Saya melihat kemampuan sebuah foto sebagai elemen generatif keruangan. Di sini, saya membuat diagram yang saya awali dari foto ke dalam bentuk denah dan pemodelan tiga dimensi. Saya menganalisis studi kasus melalui pendekatan arsitektur interior, pemahaman fotografi, hingga persepsi.

This paper discusses how photography can be used as a media for architectural study. Photography can serve as a representative media for architecture, as it can also be understood just as a text. Here I see how photographic works can be a spatial generative element in architecture. I convert photos into diagrams, in the forms of floor plans and three-dimensional modelling. Analysis of the case study is done using approaches of interior architecture, photographical understanding, and the theory of perception."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57690
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Santoso
"ABSTRACT
Main merupakan suatu kegiatan yang sudah dilakukan manusia sejak zaman purba sebelum peradaban. Main merupakan kegiatan spasial yang pengalmannya diwadahi sebuah ruang. Skripsi ini bertujuan menelusuri sifat-sifat yang menjadikan pengalaman keruangan bermain berbeda dengan ruang lingkungan kita. Keruangan bermain menarik sebab cara kita menginterpretasi ruang ini berbeda dengan cara kita menginterpretasi ruang dalam lingkungan kita. Cara interpretasi tersebut merupakan sifat main yang di luar dunia nyata yang disebut juga sebagai magic circle. Keruangan dan bagaimana kelangsungan permainan berinteraksi dengan ruang tersebut merupakan tujuan pembahasan skripsi ini.

ABSTRACT
Playing is an activity that we have been doing since the ancient times and before the beginning of civilization. Playing is a spatial activity and is practiced in our environment as a daily activity. This thesis aims to study the aspects of playspace and the space we normally experience in our environment. Playspace is interesting in how it manages to interpret spaces specifically for the requisites that define the play in question. The interpretation of spaces is different from how we normally look at spaces in our environment. This is a characteristic of play that is ldquo outside of real life rdquo and what is called the Magic Circle. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arps, Bernard
"The puppets are flat, the screens againts which they are placed and moved iswhite and devoid scenery. In what kinds of space do the stories of the clasical shadow-play of Java, Bali, Lombok, and the Malay World unfold despite this double flatness? How do performers use not only puppets and screen but also music and language to bring space into being?What must spectators know and do to make sense of these storytelling techniques? As a contribution to the narratological study of these storytelling techniques? As a contribution to the narratological study of the multimodal making of storyworlds, I demonstrate that wayang kulit caters for different understandings of the space that wayang potrays. An expert way of apprehendig space requires seeing beyond the screen, puppets, and silhouettes, or even looking away from them. At the same time the peculiar ways of narrating space in wayang point to a deeply felt spatiality in real-life contexts as well."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
909 UI-WACANA 17:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Hastuti
"Ritus Pertukaran Tempayan dalam kaidah pemberian Mauss menjadi formasi simbolik yang merakit gugusan pemukiman lintas batas di Hulu Sembakung sebagai kesatuan ruang sosial kohesif. Secara presisten, dimensi ruang sosial diwujudkan dalam setiap tahapan daur hidup masyarakat Hulu Sembakung melalui ritus pertukaran tempayan. Persoalan hadir ketika rezim spasial negara pasca kolonial mengintai ruang kosmopolit masyarakat di Hulu Sembakung. Riset ini bertujuan menyajikan etnografi mengenai ritus pertukaran di Hulu Sembakung, bagaimana aktivitas ini dapat membentuk ruang sosial masyarakat secara lintas batas negara serta bagaimana regulasi spasial dan pengintaian negara menciptakan ruang paradoks bagi penduduk di Hulu Sembakung ketika menjalankan ritus pertukaran tempayan melintas batas. Temuan lapangan menunjukan bahwa orang-orang di Hulu Sembakung merupakan aktor cerdik yang tidak serta merta tunduk pada kekuasaan negara. Sebagai manusia perbatasan, mereka menjalankan perannya sebagai manusia-manusia yang tidak dapat diperintah bahkan mampu menciptakan aturan sendiri. Ritual pertukaran tempayan tidak hanya menjadi formasi simbolik yang merakit dimensi ruang sosial masyarakat Hulu Sembakung secara lintas batas. Ritus melintas batas bahkan menjadi poros yang mengendalikan pusat kekuasaan negara.

The Rite for the Exchange of Tempayan in The Gift Mauss theory becomes a symbolic formation that assembles clusters of cross-border settlements in Hulu Sembakung as a cohesive social space unit. Persistently, the dimension of social space is manifested in every stage of the life cycle of the Hulu Sembakung community through the rite of exchange of jars. Problems arise when the spatial regime of the post-colonial state stalks the cosmopolitan space of society in Hulu Sembakung. This research aims to present an ethnography of exchange rates in Hulu Sembakung, how this activity can shape social space across national borders and how spatial regulations and state surveillance create paradoxical spaces for residents in Hulu Sembakung when carrying out rites of exchange of Tempayan across borders. Field findings show that people in Hulu Sembakung are astute actors who do not necessarily submit to state power. As frontier humans, they carry out their role as humans who cannot be ordered and can even create their own rules. The ritual of exchanging Tempayan is not only a symbolic formation that assembles the dimensions of the social space of the Hulu Sembakung community across borders. Rites cross boundaries and become the axis controlling the centre of state power."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library