Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nisrina Nur Septriyani
"Bullying telah diketahui dapat menyebabkan berbagai efek buruk yang dapat dirasakan korban seperti trauma, luka fisik, bahkan kematian. Meskipun begitu, bullying terkadang dianggap sudah umum terjadi dalam berbagai lingkungan sosial. Day dan Midbjer (2007) menyatakan arsitektur memiliki pengaruh terhadap perilaku bullying. Skala dan ruang tidak terawasi (unsupervised space) dapat menimbulkan kesempatan terjadinya bullying. Sekolah dasar adalah salah satu lingkungan sosial tempat bullying sering terjadi (Bulach, Fulbright, & Williams, 2003). Berdasarkan kajian literatur telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bullying cenderung terjadi pada toilet, koridor, area bermain dan halaman, kantin, juga ruang kelas, yang disebut dengan hot spot. Kajian ini bertujuan mengidentifikasi bagaimana arsitektur dapat mempengaruhi terjadinya bullying. Penulis akan mengobservasi sebuah sekolah dasar dan menganalisis skala, konfigurasi, dan kualitas spasial menggunakan indikator berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil dari kajian yang telah dilakukan menunjukkan arsitektur dan bullying dapat saling mempengaruhi; serta skala, konfigurasi, dan kualitas spasial menjadi faktor yang mempengaruhi munculnya unsupervised space yang dapat menimbulkan kesempatan terjadi bullying.

Bullying has already known for its various bad effects felt by the victims such as trauma, physical injury, and even death. Nevertheless, bullying often considered as a common behaviour in various social environment. According to Day and Midbjer (2007), architecture might have impact on bullying. He stated that scale and unsupervised spaces will create opportunities for bullying behavior. Elementary schools are one of the environment where bullying behaviour often take place (Bulach, Fulbright, and Williams, 2003). A previous study showed that bullying mostly occured in the toilet, hallway, playground, canteen, and classroom. Regarding the issue, the purpose of this study is to identify that architecture might encourage bullying behavior. The author will observe elementary school environment and analyze its scale, spatial configuration, and spatial quality using several indicators based on previous research. Findings from this paper suggest that architecture and bullying can influence each other; school building scale, its spatial configuration and quality are the key factors to unsupervised space, that might elevate the possibility of bullying."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bintang Akbar
"Manusia tentunya mengalami pengalaman ruang ketika berhubungan dengan elemen arsitektur. Salah satu fenomena yang kerap terjadi adalah aspek familiarity dalam konteks arsitektur. Ketika manusia merasa familier dengan ruang di sekelilingnya, manusia akan merasa aman dan nyaman bertingkah laku. Familiarity dapat hadir sebagai sesuatu yang dibangun dari berbagai konfigurasi elemen spasial maupun identitas yang memberikan pengaruh kepada penggunanya. Selain itu, kehadiran familiarity tentunya akan memberikan pengalaman sense of place pada manusia terhadap ruang yang diokupasi. Familiarity dapat kita temui dalam rutinitas kehidupan. Salah satunya adalah familiarity dalam perpindahan manusia pada transportasi kota. Proses berpindah menghasilkan bukti yaitu berupa aspek fisik dan non fisik yang memiliki liminalitas dan akhirnya membentuk ruang liminal. Ruang liminal identik dengan medium yang ambigu dan sebagai perantara perpindahan manusia. Manusia hanya mengokupasi ruang ini sebagai ruang ketiga untuk memenuhi kebutuhan mobilitas. Namun, semakin hari tuntutan kebutuhan dan pengalaman manusia terhadap ruang semakin meningkat. Manusia cenderung ingin merasakan kenyamanan bahkan di tempat yang asing sekalipun. Kenyamanan ini dapat hadir melalui familiarity yang terbentuk karena kemampuan ruang dalam menghadirkan sense of place bagi penggunanya. Melalui studi kasus pada transportasi kota, kajian ini menginvestigasi bagaimana familiarity memiliki pengaruh terhadap pengguna dalam memenuhi kebutuhan dan pengalamannya dalam konteks ruang liminal pada transportasi kota.

Humans naturally experience space when interacting with architectural elements. One common phenomenon is the aspect of familiarity in the context of architecture. When people feel familiar with the space around them, they feel safe and comfortable behaving in it. Familiarity can be built from various configurations of spatial elements or identities that influence its users. Additionally, the presence of familiarity certainly provides a sense of place for people in the spaces they occupy. Familiarity can be encountered in the routines of daily life. One example is the familiarity in human movement within urban transportation. The process of moving creates evidence in the form of physical and non-physical aspects that possess liminality and eventually form liminal spaces. Liminal spaces are characterized by their ambiguous nature and act as intermediaries in human movement. People only occupy these spaces as third spaces to meet their mobility needs. However, over time, the demands for human needs and experiences in spaces are increasing. People tend to seek comfort even in unfamiliar places. This comfort can be achieved through familiarity that forms from a space’s ability to provide a sense of place to its users. Through a case study of urban transportation, this study investigates how familiarity influences users in meeting their needs and experiences in the context of liminal spaces within urban transportation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Fajar Agriza
"Skripsi ini membahas bagaimana ruang personal commuter pada ruang tunggu kendaraan umum beserta hal-hal yang berpengaruh terhadap ruang personal tersebut dengan mengaitkan teori ruang personal dan kualitas ruang. Ruang tunggu kendaraan umum mengumpulkan orang, termasuk tidak saling mengenal, untuk berbagi ruang bersama dalam menunggu. Namun, terbatasnya ruang dapat menyebabkan commuter saling berdekatan sehingga berpotensi masuknya seseorang ke ruang personal orang lain yang berimbas pada ketidaknyamanan.
Dari pembahasan berdasarkan pengamatan dan mengaitkan dengan literatur dapat disimpulkan bahwa ruang personal commuter pada ruang tunggu kendaraan umum dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu situasi, perbedaan individu, fisik, dan kualitas ruang. Faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dijadikan pertimbangan dalam sebuah desain.

This thesis discusses how personal space of commuter in waiting room of public transportation with the things that affect the personal space by linking the theory of personal space and spatial quality. The waiting room of public transportation brings people together, include strangers, to share the room. However, the limited space of the room can cause the commuter close to each other, enter them into others personal space, and potentially make them feel uncomfort.
From the study based on observation and the literature, it can be concluded that the personal space in waiting room of public transportation is influenced by several factors, such as situation, individual differences, physical, and quality of space. The factors can be taken into consideration in an architectural design.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43402
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Andrean
"Ruang antara merupakan ruang yang menjembatani ruang luar dan ruang dalam pada arsitektur. Dalam penelusurannya terdapat hubungan antar ruang yang terjadi dengan atribut masing-masing sebagai penghasil kompleksitas makna. Posisi ruang antara dalam hubungan ruang dalam dan luar, akan memberi pemahaman utuh mengenai konsep space. Pada prosesnya, terdapat asal mula, batas ruang, pengguna ruang, kualitas, serta respon ruang yang menjadi atribut utama. Dengan demikian, skripsi ini akan menjelaskan posisi ruang antara, melalui sudut pandang Interioritas kepada hubungan antar ruang luar dan ruang dalam. Posisi ruang antara akan dijelaskan dengan lebih dalam melalui elemen yang didapati pada hubungan antar ruang berupa, (1) batas ruang yang dapat memberi akses fisik dan visual, sebagai respon ruang, serta (2) kualitas ruang yang dihasilkan berdasarkan karakteristiknya dan aspek fisiologis - psikologis.

In-between space is a space that bridges the relation of inside and outside in architecture. In the process, an inside - outside relationship is established by each attribute which constructs a complexity of meaning in space. In-between space position in the inside - outside relationship will ultimately carry the ideation of space. It started with the origin of space, inhabitants, spatial quality, and architectures respond as the main attribute. Therefore, this thesis will clarify the in-between space, by presenting the perspective of Interiority, by exploring the connection of inside and outside. In-between positions will be examined by the elements of spatial relation through, (1) boundaries that give accessibility both physically and visually as architectural responses, also (2) spatial quality composed by inside - outside characteristic, and psychology - physiology aspect."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Cantika Putri
"ABSTRAK
Pada umumnya, Yoga dikaitkan dengan konsepsi latihan yang sesuai bagi mereka yang memilih penyegaran mental dan fisik atau kesehatan secara kolektif. Namun, menurut Samadhi Pada dalam Patanjali: Yoga Sutra, disiplin latihan yoga mengacu pada pemahaman konsentrasi mendalam dengan kesadaran penuh terhadap lingkungan sekitar. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui aspek suportif dalam kualitas spasial yang dapat bermanfaat dalam mencapai latihan yoga dan dampaknya bagi praktisi. Selain itu, kemungkinan dampak lingkungan yang diberikan di ruang yoga kepada praktisi juga akan dijelaskan. Dengan menggunakan metode wawancara terbuka satu lawan satu, penulis berhasil memetakan pengalaman peserta yoga dalam korespondensi dengan preferensi spasial mereka. Studi kasus mengenai rekomendasi peserta juga dilakukan untuk mengekstrak aspek pengembangan dalam kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi latihan yoga. Studi kasus tersebut berhasil menunjukkan kemungkinan dampak kondisi lingkungan di ruang yoga. Pengakuan tersebut berlaku sebagai kecenderungan peserta terhadap postur fisik, teknik bernapas, dan latihan meditasi.

ABSTRACT
Yoga is commonly associated with the conception of its practice suitable for those who choose mental and physical refreshment or health all at once. However, according to the Samadhi Pada in Yoga Sutras of Patanjali, the discipline of yoga practice is referring to the sense of deep concentration with full awareness to the environmental surroundings. This thesis is aiming to find the supporting aspects in spatial quality that could be beneficial in the attainment of yoga practice and its possible impact for the practitioners. Moreover, the possible impacts of the given environment in yoga space to the practitioners will also be described. Using a method of one to one open ended interviews, the author managed to map the participants rsquo yoga experience in correspondence to their spatial preferences. Case studies regarding participants rsquo recommendations were also conducted to extract developing aspects in environmental conditions that could impact yoga practice. This case study managed to show the possible impacts of environmental conditions in yoga space. Such an acknowledgment prevails as the participants rsquo tendencies towards physical postures, breathing technique, and meditative practices. "
2017
S68828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library