Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ervina Dwi Astuti
Abstrak :
Minyak tradisional X adalah obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk mengobati luka terbuka, mempercepat pengeringan luka pasca khitanan, mengobati bekas penyakit kudis, menghilangkan gatal-gatal dan melembabkan kulit. Minyak tradisional X mengandung beberapa sari simplisia yaitu Piper betle, Centella asiatica, Eugenia caryophyllata, Zingiber officinale dan Languas galanga. Pemakaian dalam bentuk minyak tidak terlalu menyenangkan, oleh karena itu minyak tradisional X diformulasikan dalam bentuk krim. Pada penelitian dibuat tiga formula krim (A, B, C) yang mengandung minyak tradisional X masing-masing sejumlah 30%; campuran tween 80 dan span 80 (emulgator) dengan kadar berturut-turut adalah 10%, 15%, dan 20%; setil alkohol sebagai pengental dengan kadar masing-masing 10%. Uji stabilitas fisik dilakukan pada ketiga formula krim selama tiga bulan, yang meliputi penyimpanan pada suhu kamar, suhu 40±2o C, suhu 4o C, cycling test dan uji sentrifugasi. Hasil yang diperoleh adalah krim C yang mengandung emulgator sebesar 20% dari fase minyak, paling stabil secara fisik pada penyimpanan ketiga suhu dan tidak terjadi pemisahan fase pada uji sentrifugasi dan cycling test.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adira Nofeadri Ryofi
Abstrak :
Ukuran mikrosfer merupakan faktor utama penentu laju pelepasan obat. Keseragaman ukuran akan meningkatkan efesiensi dan laju dissolusi obat. Pada penelitian ini span 80 digunakan sebagai surfaktan penstabil emulsi dan pengontrol ukuran dalam pembuatan mikrosfer polipaduan poli asam laktat PLA dan polikaprolakton PCL melalui metode penguapan pelarut emulsi water-in-oil W/O. Pengaruh penambahan span 80 terhadap ukuran mikrosfer polipaduan PLA dan PCL dipelajari melalui variasi volume span 80, waktu pengadukan dispersi, dan kecepatan pengadukan emulsi. Mikrosfer yang terbentuk pada berbagai perlakuan dikarakterisasi menggunakan PSA dan FTIR. Hasil variasi menunjukkan bahwa ukuran mikrosfer menurun seiring dengan meningkatnya volume span 80, waktu pengadukan dispersi dan kecepatan pengadukan emulsi. Ukuran mikrosfer yang dihasilkan melalui variasi volume adalah 1,128, 1,004, dan 0,764 m untuk setiap penambahan volume 0,5, 1, dan 1,5 ml. Variasi waktu pengadukan dispersi selama 0,5, 1,5, dan 2 jam menghasilkan ukuran mikrosfer sebesar 2,233, 1,918, dan 1,045 m secara berturut-turut. Variasi kecepatan pengadukan emulsi 800 rpm dan 900 rpm menghasilkan ukuran 1,178 dan 0,839 m. Bentuk fisik mikrosfer sebagian speris dan sebagian lainnya membentuk aggregat dikarakterisasi menggunakan mikroskop optik.
AbstractMicrosphere size is primary determinants of drug release rate. The microspheres of uniform size will increase efficiency and the dissolution rate of drug loaded. In this study, span 80 was used as emulsion stabilizer and size controller in preparation of polyblend polylactic acid PLA and polycaprolactone PCL microspeheres by water in oil W O emulsion solvent evaporation method. The effect of span addition on the size of PLA and PCL microspheres was studied by volume variation of span 80, stirring time of dispersion and emulsion stirring speed. The result of variation treatment of microspheres were characterized using PSA and FTIR spectrophotometer. The variasion result showed that the particle size of PLA PCL microspheres decreased with increasing volume of span 80, dispersion stirring time, and emulsion strirring speed. Microspheres size generated through variations of volume were 1,128, 1,004, and 0,764 m for the addition volume of span 80 0.5, 1, 1.5 ml respectively. Variations of dispersion stirring time yielded size 2,233, 1,918, and 1,045 m for 0.5, 1.5, 2 h in a row. Variations in stirring speed emulsion 800 rpm dan 900 rpm resulted in size 1,178 and 0,839 m respectively. Physical forms of microspheres showed that some spherical and the other aggregates were characterized by optical microscope.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Ashilah
Abstrak :
Captopril merupakan obat antihipertensi dan digunakan dalam pengobatan gagal jantung kongestif. Captopril memiliki waktu paruh biologis pendek dan bioavailabilitas rendah, sehingga captopril harus diminum berulang kali untuk mendapatkan efek terapi yang diharapkan. Mikrokapsul digunakan sebagai alat bantu penghantar obat yang dapat menutupi kekurangan captopril. Penyalut yang digunakan pembuatan mikrokapsul pada penelitian ini adalah polimer yang biodegradable, polipaduan poli(D-asam laktat) (PDLA) dengan polikaprolakton (PCL) menggunakan variasi komposisi massa yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap efisiensi enkapsulasi serta persen pelepasan obat, Span 80 sebagai surfaktan dan diklorometana sebagai pelarut serta menggunakan metode penguapan pelarut. Selanjutnya dikarakterisasi menggunakan FTIR PSA, dan mikroskop optik pada mikrokapsul captopril, kemudian dilakukan uji efisiensi, dan uji disolusi. Hasil dari persen padatan mikrokapsul berkisar antara 98,52% ±0,95 sampai 97,51% ±0,95. Hasil dari pengukuran PSA didapatkan rata-rata ukuran terbesar dan terkecil berturut-turut adalah  0,546 µm ±0,242 mikrokapsul dengan komposisi polimer PDLA:PCL 40:60 (b/b%), dan 0,446 µm ±0,123 pada mikrokapsul PDLA:PCL 10:90 (b/b%). Hasil dari mikroskop optik terlihat bahwa bentuk dari mikrokapsul berbentuk bulat, dan permukaannya terdapat satu lubang. Efisiensi enkapsulasi yang didapatkan yaitu berkisar antara 17,21% ±4,37 hingga 35,62% ±0,47. Pada uji disolusi, mikrokapsul dapat menahan obat di dalam penyalut dan melepasnya secara perlahan, dengan persen pelepasan tertinggi pada mikrokapsul PDLA:PCL 10:90 (b/b%) yaitu sebesar 97,02% dan paling rendah terdapat pada mikrokapsul PDLA:PCL 40:60 (b/b%) sebesar 53,19%. ......Captopril is an antihypertensive drug and is used for the treatment of congestive heart failure. Captopril has a short biological half-life and low bioavailability, and thus captopril must be taken repeatedly to get the desired therapeutic effect. Microcapsules are used as a drug delivery system that can cover the lack of captopril. In this research polymer used for making microcapsules is biodegradable polymers such as PDLA and PCL by variating mass composition to determine effect on encapsulation efficiency and percentage drug release, using and using solvent evaporation methods and span 80 as surfactant. on Characterization of captopril microcapsules was carried out using FTIR, PSA, UV-VIS and optical microscope. The yield percent of microcapsules ranged from 98.52%-97.51%. The results of the PSA measurements obtained the largest particle size was 0.546 µm for microcapsule of PDLA/PCL 40:60 (%w/w) and the smallest size was 0.446 µm for microcapsule of PDLA:PCL 10:90 (w/w%). The results of the optical microscope showed that the microcapsules had spherical shape, and the surface has hole. The efficiency encapsulation obtained was ranged between 17.21% ±4.37 to 35.62% ±0.47. In dissolution tests, microcapsules could withstand the drug release. The highest percentage drug release was 97.02% for microcapsule of PDLA:PCL 10:90 (w/w%) and the lowest percentage drug release was 53.19% for microcapsule of PDLA:PCL 40:60 (w/w%).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwantiningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan enkapsulasi ketoprofen dengan kitosan-alginat berdasarkan jenis surfaktan dan ragam konsentrasinya. Ragam konsentrasi baik Tween 80 (polietilena sorbitanmonooleat) maupun Span 80 (sorbitanmonooleat) yang digunakan berada pada kisaran 1-3% dengan lamanya pengadukan berkisar antara 15-60 menit. Penggunaan Tween 80 menghasilkan efisiensi enkapsulasi dan ukuran partikel berukuran nano dalam kisaran 100-1000 nm lebih tinggi dibandingkan dengan Span 80.
Abstract
Ketoprofen has been encapsulated by chitosan-alginate based on types of surfactant and it?s concentration. The variations of concentration either Tween 80 (polietilena sorbitanmonooleat) or Span 80 (sorbitanmonooleat) that used were around (1- 3)% concentrations with stirring around (15-60) minutes. The using of Tween 80 resulted efficiency of encapsulated ketoprofen and nano particle size (100-1000) nm are higher than Span 80.
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam], 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
USE OF MEMBRANE EMULSION SPAN 80 AND TOPO IN URANIUM EXTRACTION AND STRIPPING. Membrane emulsion span 80 and TOPO used in uranium extraction and stripping has been done. The extraction was carried outby emulsion membrane H3PO4 in TOPO-Kerosene. The feed or external aqueous phase was uranium in HNO3. The emulgator span-80 was used to obtain a stable emulsion membrane system. The influence factors were percentage of TOPO-Kerosene, time extraction, molarity of external aqueous phase and molarity of internal aqueous. After the emulsion membrane was formed, the extractionand stripping process was performed. The ratio volume feed : volume membrane phase equal to 1 : 1 and volume of 5 % TOPO-Kerosene : Volume 3 M H3PO4 equal 1 : 1 were used. The relative good yield were obtained at concentration of TOPO in Kerosene and 3 M H3PO4 was 5 %, molarity of internal aqueous phase equal to 1 M, molarity of external aqueous phase 3 M H3PO4 and time extraction equalto 10 minutes with the speed of emulsification was 8000 rpm. At this condition the extraction efficiency of uranium obtained was 97.8 %, the stripping efficiency 52.56 %, and the total efficiency was 53.80 %.

PENGGUNAAN MEMBRAN EMULSI SPAN 80 DAN TOPO UNTUK EKSTRASI DAN STRIPPING URANIUM. Telah dilakukan penelitian membran emulsi span 80 dan TOPO yang digunakan untuk ekstraksi uranium. Extraksi dengan membran emulsi H3PO4 dalam TOPO-Kerosen. Larutan umpan untuk fasa air eksternal adalah uranium dalam asam nitrat. Untuk memperoleh sistem emulsi yang stabil dipakai emulgator Span 80. Parameter yang berpengaruh adalah persen TOPO-Kerosene, molaritas fasa air internal H3PO4, molaritas fasa air eksternal HNO3 dan waktu ekstraksi. Setelah diperoleh membran emulsi, kemudian dilakukan proses ekstraksi dan stripping, dengan rasio volume umpan : volume membran sebesar 1 : 1; volume 5% TOPO-Kerose : volume 3M H3PO4 sebesar 1 : 1. Hasil relatif lebih baik diperoleh pada konsen-trasi TOPO Kerosene: volume 3 M H3PO4 adalah 5 %, molaritas larutan fasa internal sebesar 1 M, molaritas larutan fasa eksternal adalah 3 M H3PO4 dan waktu ekstraksi sebesar 10 menit dengan kecepatan emulsi 8000 rpm. Pada kondisi ini diperoleh effisiensi ekstraksi uranium 97,8 %, efisiensi stripping 52,56 % dan efisiensi total adalah 53,8 %.
National Nuclear Energy Agency. Polytechnic Institute of Nuclear Technology ; National Nuclear Energy Agency ; Center For Science and Accelerator Technology, 2016
621 URANIA 22:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hayatul Husna
Abstrak :
Pemanfaatan mikrosfer sebagai agen penghantar obat telah banyak dikembangkan. Polipaduan PLLA dan PCL digunakan sebagai bahan dasar pembuatan mikrosfer untuk meningkatkan kemampuan permeabilitas dan laju degradasi dari mikrosfer. Pada penelitian ini mikrosfer polipaduan dibuat dengan memvariasikan konsentrasi surfaktan, kecepatan pengadukan dispersi, dan waktu pengadukan dispersi untuk melihat pengaruhnya terhadap bentuk fisik mikrosfer, persen padatan mikrosfer yang diperoleh, serta ukuran dan keseragaman dari mikrosfer. Mikrosfer yang diperoleh dikarakterisasi dengan FT IR, PSA, dan Mikroskop Stereo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan yang digunakan menghasilkan ukuran mikrosfer yang semakin kecil. Pada variasi kecepatan pengadukan, jika kecepatan pengadukan ditingkatkan diperoleh ukuran mikrosfer yang semakin kecil, namun setelah melewati kondisi optimum kecepatan yang terlampau tinggi mengakibatkan ukuran kembali besar karena meningkatkan kemungkinan mikrosfer yang belum padat untuk bertemu dan menyatu kembali Untuk variasi waktu pengadukan dispersi diperoleh waktu pengadukan paling baik yaitu 1 jam karena menghasilkan mikrosfer dengan ukuran terkecil dan keseragaman yang baik.
The use of microspheres as drug delivery agents has been widely developed. Polyblend is used as the base material for making microspheres to increase permeability and degradation rates of the microspheres. In this study, the polyblend microspheres were made by varying the surfactant concentration, the dispersion stirring speed, and the time of dispersion stirring to see the effect on the physical shape of the microspheres, the percentage of solid microspheres obtained, the size and uniformity of the microspheres. The microspheres obtained were characterized by FT IR, PSA, and Stereo Microscope. The results show that the smaller the concentration of surfactants used will result in smaller sizes of microspheres. At variations in stirring speed, if the stirring speed is increased, the smaller the size of the microspheres will be. But after passing the optimum speed, the size of the microspheres will be enlarged again because it increases the possibility of the microspheres that have not been solid to reunite. For variations in the time of dispersion, the best stirring time is obtained 1 hour because it produces microspheres with small size and good uniformity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Ayu Annisa
Abstrak :
ABSTRAK
Mikroenkapsulasi memiliki peran penting dalam sistem drug delivery di dunia medis dan farmasi. Sebagai usaha untuk meningkatkan efek terapeutik dari obat, material mikrosfer dikembangkan dengan mengoptimalkan ukuran mikrosfer dan distribusi ukurannya agar sesuai untuk aplikasi drug delivery. Dalam penelitian ini polipaduan poli(asam laktat) dan polikaprolakton dengan komposisi 60:40 digunakan dalam pembuatan mikrosfer melalui metode penguapan pelarut (O/W) menggunakan campuran surfaktan non-ionik, Tween 80 dan Span 80 sebagai emulsifier. Distribusi ukuran mikrosfer diamati pada berbagai variasi komposisi (60:40, 50:50, 40:60) dan konsentrasi (0,5%-2,5% (v/v)) dari campuran Tween 80/Span 80. Mikrosfer yang dihasilkan berbentuk bulat dan memiliki diameter terdistribusi pada ukuran 30,07 μm. Mikrosfer juga dikarakterisasi menggunakan FTIR dan LS Particle size analyzer. Efek pencampuran Tween 80 dan Span 80 teramati pada ukuran microsphere yang terbentuk, yaitu memiliki diameter yang serupa dengan penggunaan Tween 80 saja (0,375-43,67 μm) dan lebih besar dari penggunaan Span 80 saja (0,375-0,791 μm). Distribusi ukuran dari mikrosfer yang dihasilkan lebih sempit jika dibandingkan dengan Mikrosfer Tween 80. Bentuk fisik dari mikrosfer diamati menggunakan mikroskop optik (MO).
< b>ABSTRACT
Microencapsulation have an important role in the drug delivery system in the medical and pharmaceutical world. As an attempt to improve the therapeutic effect of the drug, microspheres material are developed by optimizing the size of microspheres and their size distribution to be suitable for drug delivery applications. In this study, poly(lactic acid) and polycaprolactone polyblend with 60:40 (w/w) composition respectively, have been used in the preparation of microspheres through the solvent evaporation (O/W) method using a mixed of common non-ionic surfactants, Tween 80 and Span 80 as emulsifier. The microspheres size distribution observed at various compositions (60:40, 50:50, 40:60) and concentrations (0.5%-2.5% (v/v)) of Tween 80/Span 80. The resulting microspheres were round and have diameter distributed around 30.07 μm. Microspheres were also characterized by FTIR and LS Particle size analyzer. The effect of mixing Tween 80 and Span 80 was shown in microspheres size formed, which was similar to the use of Tween 80 (0.375-43.67 μm) and larger than the use of Span 80 (0.375-0.791 μm). The distribution size of the resulting microspheres were slightly narrow than the one with the use of Tween 80. The microspheres physical appearances were observed by optical microscope (OM).
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Anggreini Munthe
Abstrak :
ABSTRAK
"Xanton merupakan antioksidan kuat yang memiliki sifat hidrofilik dan koefisien" "partisi yang kecil sehingga memiliki penetrasi ke dalam kulit yang buruk. Transfersom merupakan sistem pengahantar obat berbentuk vesikel yang dapat meningkatkan penetrasi Xanton karena memiliki kemampuan untuk berdeformasi. Transfersom tersusun dari fosfatidilkolin dan surfaktan. Formulasi transfersom Xanton dibuat dengan menggunakan surfaktan non-ionik lipofilik yang berbeda yaitu Span 20, Span 60 dan Span 80. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh formulasi gel transfersom Xanton dan membandingkan daya penetrasinya dengan gel kontrol. Metode lapis tipis digunakan untuk pembuatan transfersom xanton. Lapis tipis yang terbentuk dihidrasi dengan air : etanol (3:2). Transfersom Xanton menggunakan span 20 memiliki karakteristik transfersom yang lebih baik daripada span 60 dan 80. Pembuatan gel transfersom dipilih menggunakan span 20 dan diuji penetrasinya secara in-vitro dengan sel difusi franz menggunakan abdomen tikus. Jumlah kumulatif penetrasi dari gel" "transfersom xanton yang menggunakan span 20 adalah 2084,56 ± 16,32 μg/cm2 atau 63,37 ± 0,50 % dengan fluks 260,57 ± 2,04 μg cm-2 jam-1; sedangkan jumlah kumulatif penetrasi dari sediaan gel kontrol adalah 912,93 ± 8,92 μg/cm2 atau" "32,31 ± 0,32 % dengan fluks 114,12 ± 0,91 μg cm-2 jam-1. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa transfersom dapat meningkatkan daya penetrasi Xanton."
ABSTRACT
Xanthone is a strong antioxidant which has hydrophilic compound and a small partition coefficient that has a bad penetration into the skin. Transfersom is a drug delivery system shaped vesicles that can increase the penetration of Xanthone because it has deformable ability. Transfersom is composed by Phosphatidylcoline and Surfactant. Transfersom formulations made by using nonionic Surfactants, they are Span 20, Span 60 and Span 80 in order to shape liphopilic vesicles that can increase the penetration of hydrophilic Xanthone. The purpose of this study is to obtain formulation of Xanthone transfersome and compare the formulation Xanthone transfersom gel penetration to control gel. Thin layer hydration method used to make transfersom Xanthone. Then thin layer is hidrated by water: ethanol (3:2). Transfersom Xanthone which uses Span 20 has better characteritics than Span 60 and Span 80. Gel is made by using span 20. Abdomen of rat is used to penetration test by franz difussion cel. The cumulative penetration of the Xanthone transfersom gel that uses Span 20 is 2084,56 ± 16,32 μg/cm2 or 63,37 ± 0,50 % and a flux 260,57 ± 2,04 μg cm-2 jam-1; while the cumulative penetration of control gel is 912,93 ± 8,92 μg/cm2 or 32,31 ± 0,32 % and a flux 114,12 ± 0,91 μg cm-2 jam-1. Based on these results it can be concluded that transfersom can increase penetration Xanthone
2015
S60676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftakhul Huda
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengambil kembali logam nikel dari limbah katalis nikel sisa proses hydrotreaing pada industri minyak bumi. Penelitian ekstraksi nikel dengan membran cair emulsi ini menggunakan Cyanex 272 sebagai ekstraktan untuk memisahkan nikel dari fasa umpan yang telah disiapkan dari hasil leaching limbah katalis hydrotreaing menggunakan H2SO4 8 M. Membran cair emulsi mengandung kerosin sebagai pelarut, Span 80 sebagai surfaktan, Cyanex 272 sebagai ekstraktan dan asam sulfat sebagai fasa stripping. Parameter penting dalam ekstraksi nikel dengan membran cair emulsi yang diteliti pada penelitian ini adalah konsentrasi surfaktan, konsentrasi ekstraktan carrier dan pH fasa umpan. Kondisi optimum yang diperoleh pada proses pembuatan membran emulsi adalah menggunakan 0,06 M Cyanex 272, 8 w/v SPAN 80, 0,2 M H2SO4, rasio volume fasa ekstraktan/fasa internal: 1/1, dan kecepatan pengadukan 1600 rpm selama 60 menit yang mampu menghasilkan membran emulsi dengan tingkat kestabilan diatas 90 setelah 4 jam. Pada proses ekstraksi dengan kondisi optimum pH 6 untuk fasa umpan, rasio volume fasa emulsi/fasa umpan: 1/1, dan kecepatan pengadukan 250 rpm selama 15 menit dengan hasil 81.51 nikel berhasil terekstrak. ......In this study was conducted to recover nickel metal from spent nickel catalyst resulting from hydrotreating process in petroleum industry. The nickel extraction study with the emulsion liquid membrane using Cyanex 272 as an extractant to extract and separate nickel from the feed phase solution. Feed phase solution was preapred from spent catalyst using sulphuric acid. Liquid membrane consists of a kerosene as diluent, a Span 80 as surfactant, a Cyanex 272 as extractant carrier and sulphuric acid solutions have been used as the stripping solution. The important parameters on nickel extraction with emulsion liquid membrane are surfactant concentration, extractant concentration feed phase pH. The optimum conditions of the emulsion membrane making process is using 0.06 M Cyanex 272, 8 w v SPAN 80, 0.05 M H2SO4, internal phase extractant phase volume ratio 1 1, and stirring speed 1150 rpm for 60 Minute that can produce emulsion membrane with stability level above 90 after 4 hours. In extraction process, The optimum condition pH 6 for feed phase, ratio of phase emulsion phase of feed 1 2, and stirring speed 175 rpm for 15 minutes with result 81.51 nickel was extracted.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>