Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Yulianto
Abstrak :
Bagi masyarakat Kalimantan Selatan, mitos berbasis sungai memberikan kesadaran untuk bersahabat dengan sungai. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui wujud mitos-mitos berbasis sungai yang terdapat dalam cerita masyarakat Kalimantan Selatan serta makna yang terkandung dalam mitos-mitos berbasis sungaiyang terdapat dalam cerita rakyat Kalimantan Selatan dan apa makna yang terkandung dalam mitos-mitos berbasis sungai tersebut. Kajian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik kajian pustaka. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa wujud mitos-mitos dalam cerita rakyat Kalimantan Selatan dapat berupa kelahiran tokoh dan keberadaan binatang tertentu serta makna-makna mitos berkaitan dengan keberadaan tokoh-tokoh mitos tersebut.
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 JIKKT 5:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hairiyadi
Abstrak :
Permasalahan yang dikaji dalam tesis ini adalah "apa sajakah yang berubah pada masyarakat di Kalimantan Selatan dalam kurun waktu tahun 1950-1970?? Dan selanjutnya yang perlu juga dikaji dalam tesis ini adalah "faktor-faktor apa sajakah yang memberikan dampak terhadap terjadinya perubahan masyarakat di Kalimantan Selatan dalam kurun waktu tahun 1950-1970 tersebut."

Berdasarkan hasil penelitian ternyata telah terjadi perubahan masyarakat di Kalimantan Selatan dalam kurun waktu tahun 1950-1970, antara lain :(1) Munculnya desa-desa dan kota-kota yang baru di sepanjang tepi jalan dan di persimpangan-persimpangan yang masyarakatnya sudah tidak terikat lagi dengan tanah asalnya. Munculnya desa-desa dan kota-kota yang baru tersebut telah menyebabkan berubahnya fungsi dan makna sistem kekerabatan besar yang dikenal dengan istilah bubuhan. Walaupun istilah bubuhan ini masih tetap dipakai tetapi fungsi dan maknanya sudah mengalami perubahan.(2) Berubahnya minat masyarakat terhadap tanaman karet dan tidak lagi mengabaikan tanaman padi maupun tanaman perkebunan yang lain. Karat sudah tidak lagi menjadi salah satu simbol status seseorang di dalam masyarakat. (3) Berubahnya cara kerja para petani dengan melaksanakan Panca Usaha. (4) Berubahnya pandangan masyarakat dalam memperoleh hasil usaha tidak hanya sebatas terpenuhinya kebutuhan hidup yang pokok saja. (5) Perubahan pada nilai dan pandangan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.

Faktor-faktor yang memberikan dampak terhadap terjadinya perubahan masyarakat di Kalimantan Selatan dalam kurun waktu tahun 1950-1970, antara lain pembangunan perhubungan terutama pembangunan dan perluasan jaringan jalan darat, fluktuasi harga karet alam, pembangunan pertanian, transmigrasi dan pendidikan. Semua faktor yang telah disebutkan itu merupakan faktor eksternal. Faktor internal perubahan masyarakat di Kalimantan Selatan, antara lain : keinginan masyarakat untuk bertempat tinggal di tempat-tempat yang dipandang mudah dalam hal interaksi dan komunikasi dengan orang lain serta kemudahan mobilitasnya, kesadaran untuk tidak tergantung hanya dari hasil tanaman karat, kesadaran masyarakat terhadap keuntungan melaksanakan Panca Usaha, kesadaran untuk merubah cara kerja yang bersifat santai, dan kesadaran akan pentingnya pendidikan.

Berbagai perubahan masyarakat tersebut ada yang terjadinya secara disengaja dan ada pula yang terjadinya secara tidak disengaja. Para petani telah mengikuti anjuran pemerintah untuk menerapkan Panca Usaha dalam bidang pertanian dan kesadaran para orang tua terhadap pentingnya pendidikan merupakan perubahan yang terjadinya secara disengaja. Berubahnya fungsi dan makna sistem kekerabatan besar yang dikenal dengan istilah bubuhan, kesadaran masyarakat untuk tidak lagi mengandalkan hidupnya hanya pada hasil tanaman karat dan tidak lagi mengabaikan tanaman padi dan tanaman-tanaman lainnya, setelah datangnya para transmigran penduduk setempat (lokal) merasa terpacu untuk memperoleh hasil usaha tidak hanya sebatas terpenuhinya kebutuhan hidup yang pokok saja, para orang tua yang mempunyai anak yang bersekolah dihormati dan disegani kemudian dipandang sebagai orang yang berpikiran maju oleh masyarakat serta sebutan pelajar yang menjadi sebutan yang prestisius merupakan perubahan yang terjadinya secara tidak disengaja.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasbullah
Abstrak :
Panti Sosial Asuhan Anak sebagai institusi pengganti fungsi keluarga diharapkan mampu memainkan peranannya dalam membina dan mengasuh anak-anak yang karena sesuatu dan lain hal mengalami kondisi keterlantaran. Salah satu kondisi kehidupan dalam panti yang mendukung atau menghambat perkembangan kepribadian anak adalah mutu pengasuhan yang diberikan oleh para pengasuh. Itulah yang melatarbelakngi penulis untuk melakukan kajian tentang praktik pengasuhan anak yang selama ini dilakukan di panti-panti sosial asuhan anak. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam pengkajian tersebut berangkat dari 7 (tujuh) prinsip pengasuhan anak, yaitu keakraban, kepedulian, kebebasan, kemandirian, kedisiplinan, kestabilan emosi, dan realistik. Bertalian dengan itu, maka penelitian ini bertujuan memperoleh data yang berkaitan dengan penerapan prinsipprinsip pengasuhan tersebut dalam praktik pengasuhan anak, dan bagaimana tanggapan mengenai penerapan prinsip-prinsip pengasuhan tersebut, serta bagaimana kaitannya dengan perumusan dan pengembangan program pendidikan dan pelatihan. Sehingga dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penyusunan rencana dan prorgam pelatihan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM), khususnya pengelola dan pengasuh Panti-Panti Sosial Asuhan Anak. Penelitian ini dilakukan pada enam buah panti sosial yang secara geografis dapat mewakili seluruh panti sosial yang ada di Kalimantan Selatan, yakni PSAA Budi Rahayu di Amuntai, Putera Harapan di Barabai, Budi Akhlaqul Karimah di Rantau, PSAA Puteri Harapan Ibu di Banjarmasin, Budi Mulia di Banjarbaru, dan Harapan Rita Tamban Barito Kuala, dengan jumlah responden sebanyak 30 orang pengasuh dan 90 orang anak asuh. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa prinsip-prinsip pengasuhan anak yang menjadi kerangka pemikiran dalam penelitian ini pada dasarnya telah dilaksanakan oleh para pengasuh di panti-panti sosial ini yang terimplementasi dalam beberapa bentuk perlakuan pengasuh terhadap anak-anak asuh. Hanya raja secara teoritis para pengasuh belum tahu atau bahkan sama sekali tidak tahu, bahwa yang mereka praktikkan selama ini adalah penerapan prinsip-prinsip pengasuhan dimaksud. Hal ini, mungkin saja disebabkan sebagian besar (46,67%) dari pengasuh belum pernah mengikuti diktat yang berkaitan dengan pengasuhan anak maupun pelayanan panti. Berdasarkan pandangan pengasuh dan anak asuh terdapat kesenjangan dalam beberapa perlakuan yang diberikan oleh pengasuh kepada anak-anak asuh. Kesenjangan dimaksud adalah antara kenyataan yang diberikan oleh para pengasuh dengan kenyataan yang dirasakan dan dialami oleh anak-anak asuh. Kesenjangan dalam penerapan prinsip-prinsip tersebut, memerlukan adanya penyelarasan dan penyesuaian sehingga ada peningkatan wawasan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam terhadap prinsip-prinsip pengasuhan anak tersebut melalui 2 (dua) jenjang pelatihan bagi pengasuh panti, yakni pelatihan teknis tingkat dasar dan pelatihan teknis tingkat pengembangan, dengan muatan materi tentang profesi dan praktik pekerjaan sosial. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi peningkatan kinerja pelayanan dan pengasuhan di Panti-Panti Sosial Asuhan Anak.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamidi
Abstrak :
Polusi debu particulate matter 10 mikron (PM10) di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan menunjukkan peningkatan. Meningkatnya kadar PM10 merupakan isu signifikan yang menimbulkan gangguan pernafasan. Pada tahun 2000 prevalensinya sebesar 36,9 %, sedangkan 2001 menjadi 40,92 %. Studi cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar debu PMI0 rumah dan PM10 ambien dengan kejadian gangguan pernafasan pada bayi dan balita. Pengukuran PM10 dilakukan di dalam rumah yaitu ruang dapur, ruang tidur, dan ruang tamu, sedangkan di luar rumah pengukurannya dilakukan sejauh lima meter dan pintu depan. Dari 384 responden ditemukan 202 rumah dengan kadar debu PM10 lebih dari 70 µg/m3 dan 182 rumah kurang dari 70 µg/m3. Terhadap rumah yang kadar debu PMI0 lebih dari 70 µg/m3, ditemukan 111 bayi dan balita (55%) mengalami gangguan pernafasan. Sedangkan terhadap rumah yang kandungan PM10 kurang dari 70 µg/m3 hanya ditemukan 51 bayi dan balita (28%) mengalami gangguan pemafasan. Bayi dan balita tinggal di dalam rumah dengan kadar debu PM10 nya lebih dari 70 µg/m3(OR = 4,75; p value = 0,0005) mempunyai risiko mengalami gangguan pernafasan sebesar 4,75 kali dibandingkan dengan kadar debu PM10 rumah kurang dari 70µg/m3 setelah dikontrol oleh kadar debu PM10 ambien dan kelembaban? (abstrak tidak lengkap ter-scan).
Dust Exposure in Relation with Respiratory Health Effects (Study on Baby And Children Aged Less Than Five Years Inhabiting The Coal Transportation Lane at Subdistrict Mataraman in District Banjar, South Borneo)Dust pollution of Particulate Matter 10 micron (PM10) in Banjar District, South Borneo increases. This is a significant issue causing respiratory health effects. Its prevalence is 36,9 % in 2000 and 40,92 % in 2001. This cross sectional study is aimed at finding the relationship between indoor dust consentration PM,() and PM10 ambient and the respiratory effects on baby and children aged less than five years. PMto measurement is done indoors such as in kitchen, bedroom and visiting room. On the other hand, outdoor measurement is conducted on space as far as 5 metres of the front door. From 384 respondents, it is found that there are 202 households with consentration PM10 more than 70 Mg/m3 and 182 households with concentration less than 70 Mg/m3. To the household with consentration PMI0 more than 70 Mg/m3, it is found that 111 (55%) baby and children aged less than five years infected by respiratory health effects. On the other hand, to the household with consentration PM10 less than 70 Mg/m3, it is found that only 51 babies and children aged less than five years (28 %). Baby and children aged less than five years inhabiting the home under consentration PM10 more than 70 Mg/m3(OR = 4,75; p value = 0,0005) is mostly probable to be infected by respiratory health effects as much as 4,75 times compared with consentration PM10 less than 70 Mg/m3 after being controlled by dust consentration PM1O ambient and indoor humidity and the interaction between dust consentration PMio home and dust consentration PMio ambient, and the interaction between home ventilation and dust consentration PMIO ambient. Dust consentration PMI0 indoor is related with respiratory health effects to baby and children aged less than five years. PMio home is influenced by PM1o ambient. The more PMio ambient is, the more dust consentration PMIO home will be. The influentian variables in this research are ventilation, humidity and PMIO ambient. To reduce dust consentration PMIO ambient influence to dust consentration PMlo home in coal transportation lane, it is suggested that inhabitant plant many trees beside the lane or their yards.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T2743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Winarta
Abstrak :
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKID KLB) bertujuan untuk mengantisipasi keadaan yang mempengaruhi kejadian kesakitan/kematian atau pencemaran makanan/lingkungan, sehingga dapat dilakukan tindakan yang cepat dan tepat guna mencegah KLB itu terjadi. Agar SKD KLB ini berjalan dengan baik maka diperlukan informasi yang mendukung. Dalam SKID KLB Campak, data Imunisasi, data kasus, data gizi kurang dan data yang lainnya yang berhubungan dengan SKD KLB ini harus dikelola dengan baik, selalu diperbarui dan dianalisis sehingga daerah risiko tinggi dan potensial campak diketahui. Di Kabupaten Tapin meskipun program imunisasi dan SKD KLB dijalankan tetapi KLB campak masih saja terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan sistem informasi daerah potensial KLB dengan basis data dan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) berupa peta untuk SKID KLB campak di Kabupaten Tapin. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan siklus hidup pengembangan sistem, yaitu perencanaan sistem, analisis sistem clan perancangan sistem. Dari hasil analisis sistem yang ada diketahui, beberapa masalah dari sistem yang ada seperti, sumber daya manusia terbatas sehingga punya beban kerja ganda, Proses analisis data tidak dilakukan secara rutin, output yang dihasilkan hanya berupa tabel cakupan dan laporan ketepatan dan kelengkapan laporan yang tentunya belum bisa digunakan untuk informasi SKD KLB. Teknologi ada tetapi belum digunakan secara maksimal, pengolahan dan penyimpanan data masih manual, sehingga susah dalam pencarian, banyak inkonsistensi data antara puskesmas dan kabupaten, banyak data hilang, dan tentunya mempengaruhi hasil analisis karena tidak lengkap. Untuk mencapai tujuan tersebut, dirancang suatu program aplikasi basis data untuk SKD KLB campak, yang diharapkan dapat menjadi back up data Puskesmas di Kabupaten. Kemungkinan data hilang dan inkonsistensi data bisa diatasi. Berdasarkan hasil analisis kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang tentang sistem yang dibuat, diketahui beberapa kekuatan dan kelemahan sistem. Kekuatan sistem ada pada data yang terstruktur, pengolahan data menjadi lebih cepat, laporan yang disajikan dalam bentuk tabel dan peta lebih bagus secara tampilan dan lebih informatif, bisa menyajikan daerah risiko tinggi dan potensial campak, tempat penyimpanan data menjadi lebih kecil dibanding dengan sistem manual. Disarankan untuk mengatasi kelemahan manajemen data antara puskesmas dan kabupaten, pola pencarian yang lama, dan untuk meningkatkan akurasi data, basis data yang sudah dirancang ini bisa diimplementasikan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin untuk mendukung SKD KLB Campak. Tidak menutup kemungkinan basis data ini juga bisa dikembangkan lebih lanjut. Pustaka: 31 (1982-2001)
The Potential Territory Sistem Information and High Risk of the Measles Outbreak in Tapin District, South BorneoThe Early Warning System (EWS) of the outbreak intends to anticipate the situation that influences the illness or death incidence or food contamination so that the quick and exact step or the exact measure can be done to prevent the coming of the outbreak. The supporting information is needed to the appearance of the EWS of the outbreak. In the EWS of the measles outbreak, the immunization data, case data, less nutrient data, and other data that's related to EWS of the outbreak that must be managed well, and it is always renewed and analyzed so that high risk territory and the measles potential are known. Though the immunization program and EWS of the outbreak are done in Tapin district but the outbreak of measles come too. The objective of this study is to develop potential territory system of the outbreak and it has data base. It uses the geographic information system that is a map for the EWS of the measles outbreak in Tapin district This study used the approaching method of the system developing live cycle, which consisted of system planning, the system analysis, and system design. From the product of the system analysis that is some problem of that system in Tapia district, that is the limited human resource so that has the double work load. The data analysis is not done continually, the output that produced are only the scope table, the exact report and the completeness of report that can not be used for the information of the EWS of the outbreak. Technology is there but not optimally used. The management and data storage are still manual, so this adds difficulty in searching, data inconsistancy between community health center and the district, a lot of data missing, that truely influence the analysis product for it does not complete. To solve the problem an application program of the data base for the EWS of the measles outbreak, was developed and was expected to serve as back up data of community health center in the district. So that the losing data and the inconsistency can be handled. Based analysis strengths, weaknesses, threats and opportunities about the made system, known that there are some strengths and weaknesses of the system. The strengths of this system are the structured data, faster data analysis, the served report in the table and map forms are better to be seen and more informative, and it can serve the high risk territory and measles potential, efficient and smaller storage compared to that of manual system. It is suggested to solve the weaknesses data management, the data inconsistency between the local community health center and the district, old searching pattern, increase the data accuracy, this planned data base can be implemented in the health office of Tapin District to support the EWS of the measles outbreak. There is also possibility to develop the data base further. References: 31 (1982-2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelaar, Alexander
Abstrak :
In South and Central Kalimantan (southern Borneo) there are some unusual linguistic features shared among languages which are adjacent but do not belong to the same genetic linguistic subgroups. These languages are predominantly Banjar Malay (a Malayic language), Ngaju (a West Barito language), and Ma’anyan (a Southeast Barito language). The same features also appear to some degree in Malagasy, a Southeast Barito language in East Africa. The shared linguistic features are the following ones: a grammaticalized form of the originally Malay noun buah ‘fruit’ expressing affectedness, nasal spreading in which N- not only nasalizes the onset of the first syllable but also a *y in the next syllable, a non-volitional marker derived from the Banjar Malay prefix combination ta-pa- (related to Indonesian tər- + pər-), and the change from Proto Malayo-Polynesian *s to h (or Malagasy Ø). These features have their origins in the various members of the language configuration outlined above and form a Sprachbund or “Linguistic Area”. The concept of Linguistic Area is weak and difficult to define. Lyle Campbell (2002) considers it little else than borrowing or diffusion and writes it off as “no more than [a] post hoc attempt [...] to impose geographical order on varied conglomerations of [...] borrowings”. While mindful of its shortcomings, the current author still uses the concept as a useful tool to distinguish betweeninherited and borrowed commonalities. In the configuration of languages currently under discussion it also provides a better understanding of the linguistic situation in South Borneo at a time prior to the Malagasy migrations to East Africa (some thirteen centuries ago).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
909 UI-WACANA 22:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
H. Urip Suprihadi
Abstrak :
Salah satu kegiatan pokok promosi kesehatan yaitu bina suasana. menggunakan media dan sarana pendukung sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan agar lebih meresap dalam tata nilai masyarakat untuk mewujudkan salah satu visi promosi kesehatan yaitu mensosialisasikan pesan-pesan kesehatan menuju tercapainya visi promosi kesehatan yaitu tumbuhnya gerakan-gerakan hidup sehat di masyarakat yang didasari oleh kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta kepedulian untuk berperan dalam upaya kesehatan (Dachroni, 2001) Dalam menjamin akuntabilitas dan ketersediaan media yang terkendali, media promosi kesehatan sebagai unsur logistik perlu diatur pengelolaannya. Pengembangan sistem informasi logistik media promosi kesehatan tingkat kabupaten merupakan sarana untuk mengetahui informasi logistik secara akurat, relevan dan tepat waktu. Pengembangan dilakukan di Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Social Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan waktu pengesnbangan pasca hujan Nopemher - Desember 2002. Pengembangan sistem informasi logistik media promosi kesehatan ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam pengumpulan data, melalui metode wawancara mendalam, analisis dokumen dan observasi. Data yang didapat dianalisis untuk menentukan deskripsi sistem, permasalahan sistem, dan penetapan kehutuhan informasi. Penetapan strategis pengembangan dianalisis melalui metode analisis SWOT. Fakta-fakta dibedakan menjadi kekuatan (srrenghts), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) sistem. Prototipe perangkat lunak aplikasi yang dihasilkan dirancang berdasar kebutuhan infonmasi yang diletapkan dengan memperhatikan indikator informasi logistik yang ada. Keberadaan sistem informasi logistik media promosi kesehatan masih belum ada, hal ini menyebahkan informasi LogisLik media tidak dapat diketahui dengar akurat. Untuk itu pengembangan sistem informasi logistik media promosi kesehatan adalah jawaban alternatif tepat. Perancangan prototipe setelah diuji kelayakan operasionalnya dalam skala uji laboratorium diusulkan untuk diuji pada tingkat uji lapangan di masa mendatang. Pengujian keluaran indikator informasi dan indikator logistik yang dihasilkan diharapkan lebih berkembang dalam tingkat uji berikutnya (uji lapangan) Pengembangan sistem informasi logistik media promosi kesehatan dengan sistem konversi, otomasi, berbasis komputer dengan penggunaan manajemen basis data diharapkan dapat menghasilkan informasi logistik media promosi kesehatan yang akurat, relevan dan tepat waktu- Keluaran dari laporan, laporan analisa, laporan saring dan katalog media promosi dapat dimanfaatkan untuk identifikasi, pengambilan keputusan, perencanaan, monitoring, dan evaluasi. Keterbatasan kelayakan operasional dalam tingkat uji laboratorium dan indikator informasi logistik yang dihasilkan, diharapkan dapat lebih dikembangkan dalam uji lapangan yang diharapkan. Rekomendasi perangkat keras, perangkat lunak, sumber daya manusia, dan organisasi/manajemen sistem yang diusulkan dalam implemenlasi sistem diharapkan dapat terpenuhi untuk kesempurnaan pemanfaatan perangkat lunak aplikasi yang dibuat dan untuk kepentingan pengujian berikutnya (uji lapangan).
The one of main activity health promotion is milieu building . has applying media and media support as tool to extending some health messages so that more absorbed in the social order of society to concrete the one of health promotion mission that is socialization health messages to reach health promotion vision that is growing of the clean and healthy live activity and attention to participate in health effort (Dachroni, 2001 ). In guarantee of media accountability and availability that restrained, health promotion media as a part of the logistic element is needed to manage .Development of Health Promotion Media Logistic Information System in district level is a tool to know logistic information accurately, relevant, and timely. This is done in Health and Social Prosperity Department, on Central Ruin Sungai District, at November to December 2002. Development of Health Promotion Media Logistic Information System is viewed the qualitative approachment to collect data, through in depth interview method, documents analysis and observation. The result is analyzed to determine system description. The act of determining development strategy is analyzed through SWOT analysis method. The facts is separated to the strengths, weaknesses, opportunities, and system threats. The application software prototype result is designed based to the needs of the information that selected with the pay attention to the logistic information indicators. The existence of the Health Promotion Media Logistic Inti3rmation System isn't did yet, that is resulted media logistic information is not known accurately I n order, the development of Health Education Promotion Logistic information System is the right alternate answer. Design of prototype after tested in the laboratory level is proposed to tested in the field test level in the next time. The test of information indicators and logistic indicators output was resulted is hoped can growing up in the next level (field level test). The development of Health Promotion Media Logistic Information System with the convection system, automation, computer based, using database management is hoped can increase the quality of Health Promotion Media Logistic Information become accurately, relevant. and timely. The output of the report. analyzed report, filtered form, and catalogues can used for identification, decision making, planning, monitoring and evaluation. The limitation of the suitable operation in the laboratory test level and logistic information indicators that resulted, is hoped can more developed in the field level that proposed_ The recommendation of the hardware, software, brain ware and system management or system organization that proposed in the system implementation is hoped filled to the completeness using application software prototype that resulted and for the importance of next test (field test level). Refferences : 66 (1977-2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library