Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Kusumawardhana
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T42719
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Dewi Ningsih
Abstrak :
Wanita Indonesia pada masa sekarang ini, khususnya di Jakarta kebanyakan tidak lagi tinggal dirumah sebagai pengurus rumah tangga dan anak, tetapi ikut aktif bekerja diluar rumah untuk meningkatkan karir dan penghasilan mereka. Wanitapun banyak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. Namun di dalam masyarakat Indonesia seorang wanita yang bekerja tetap diharapkan untuk berperan sesuai dengan fungsi utamanya di dalam keluarga yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai istri. Oleh karena itu jika wanita mengkombinasikan perannya didalam pekerjaan dan juga keluarga, hal ini seringkali menimbulkan stres. Salah satu bidang kerja yang seringkali terdapat banyak stafnya mengalami stres adalah perawat, oleh karena itu perawat sering dikatagorikan sebagai profesi yang menimbulkan stres. Dalam kondisi stres, dikhawatirkan perawat tidak dapat menjalankan perannya secara optimal, oleh karena itu perawat diharapkan dapat mengatasi stres yang dialami. Hal ini menyebabkan ia melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri ini apabila ditujukan khusus pada keadaan atau situasi yang dirasakan menantang, mengancam, atau membebani sumber daya yang dimiliki seseorang serta menimbulkan emosi-emosi negatif maka penyesuaian diri ini disebut sebagai Coping. Coping merupakan usaha dalam bentuk kognisi dan perilaku untuk mengatasi tuntutan eksternal dan internal yang dinilai melebihi sumber daya penyesuaian yang dimiliki seseorang. Coping dibedakan menjadi dua yaitu Problem Focused Coping merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk mengatasi atau meyelesaikan masalah yang dihadapi, sedangkan Emotion Focused Coping merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk mengurangi ketegangan dan perasaan yang tidak menyenangkan yang timbul dari kesulitan atau masalah yang sedang dihadapi. Dari penelitian selanjutnya Coping berhasil dikembangkan menjadi delapan strategi baru dari Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping yaitu tiga strategi yang tergolong dalam Probel Focused Coping adalah Tindakan berhati-hati, Tindakan Instrumental, dan Negosiasi, kemudian empat strategi yang tergolong dalam Emotion Focused Coping adalah Melarikan diri, Minimization, Menyalahkan diri sendiri, dan Mencari makna, serta satu strategi yang merupakan kombinasi dari Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping adalah Mobilisasi dukungan. Namun pemilihan jenis Strategi Coping yang dilakukan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor Sosio Demografi, Tipe Kepribadian, dan faktor Kontekstual. Penelitian ini dilakukan terhadap 155 orang perawat di RS. Fatmawati dan RS. Pondok Indah, untuk mengetahui Bagaimana pemilihan Strategi Coping wanita berperan ganda, khususnya perawat di dua Rumah Sakit Jakarta, serta hubungannya dengan faktor Sosio Demografi, Tipe Kepribadian, dan Faktor Kontekstual. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa faktor Sosio Demografi, Tipe Kepribadian, dan Faktor Kontekstual, berhubungan secara signifikan dengan pemilihan Strategi Coping wanita berperan ganda. Namun yang memberi sumbangan terbesar dari ketiga faktor tersebut adalah Faktor sosio demografi yaitu penghasilan dan pendidikan, kemudian Faktor Kontekstual, baru Tipe Kepribadian. Selain itu penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam pemilihan Strategi Coping yang ditampilkan wanita berperan ganda di RS. Fatmawati dan RS. Pondok Indah. Responden di RS. Fatmawati umumnya cenderung menggunakan Strategi Emotion Focused Coping (EFC) yaitu Menyalahkan diri sendiri, dan mencari makna; serta kombinasi antara Problem Focused Coping (PFC) dan EFC yaitu melakukan dukungan mobilisasi. Sedangkan responden di RS. Pondok Indah cenderung menggunakan Strategi Problem Focused Coping (PFC) yaitu tindakan instrumen, tindakan berhati-hati, juga negosiasi; bahkan yang menarik di RS Pondok Indah cenderung pula menggunakan Strategi Emotion Focused Coping (EFC) yaitu Menyalahkan diri sendiri, dan mencari makna. Berkaitan dengan hasil penelitian tersebut maka disarankan : (1) Sebaiknya dilihat pula gambaran stres yang dialami oleh wanita berperan ganda, agar diketahui jenis atau intensitas stressor yang dialaminya, sehingga pengukuran coping akan lebih terarah dan spesifik. (2) Bagi yang ingin melakukan penelitian yang sama disarankan untuk membuat alat ukur Strategi Coping yang lebih spesifik, dan mempertimbangkan karakteristik budaya masyarakat Indonesia. (3) bagi yang berminat melakukan penelitian lanjutan disarankan agar membandingkan dengan jenis pekerjaan lain sehingga terlihat variasi pemilihan Strategi Copingnya. (4) Bagi pengembangan Sumber Daya Manusia, dalam hal rekruitmen karyawan, khususnya wanita berperan ganda perlu diperhatikan penghasilan yang tinggi dan pendidikan tinggi , agar mereka dapat langsung memecahkan masalahnya yang berkaitan dengan peran gandanya, sehingga akan mempengaruhi efektiftas dan produktifitas kerjanya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Setyono P.
Abstrak :
Masih tingginya angka kematian bayi dan kematian maternal, hal ini mencerminkan masih kurangnya kemampuan negara dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat khusunya perawatan kehamilan serta proses pertolongan persalinan dan neonatal. Kabupaten Sumedang sudah mempunyai 243 bidan diantara 269 desa, dengan kenyataan tingginya angka kunjungan pemeriksaan kehamilan oleh bidan, tidak disertai dengan pemanfaatan tenaga bidan sebagai penolong persalinan. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan tentang gambaran pengetahuan, sikap dan karakteristik sosio demografi ibu dalam pemanfaatan pertolongan persalinan oleh dukun atau bidan serta alasan-alasan yang melatarbelakangi pemanfaatan penolong persalinan di Kabupaten Sumedang. Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan metode kualitatif dengan fokus group diskusi, karena ingin diperoleh informasi yang lebih dalam dan rinci. Kegiatan analisis data yang dilakukan berupa analisa isi I content analysis. Infoman pada penelitian ini adalah ibu yang melahirkan anak terakhir pada kurun waktu antara bulan Januari 1997 sampai dengan bulan Juni 1997 yang menggunakan jasa pelayanan dukun, bidan serta dukun bersama bidan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Pengetahuan informan tentang hal yang berkaitan dengan persalinan dan penolong persalinan cenderung baik 2) Sikap informan cenderung positif terhadap bidan, ini terlihat dari tingginya kunjungan pemeriksaan kesehatan kehamilan 3) Umur informan berisiko tidak selalu memilih bidan sebagai tenaga penolong persalinan, bahkan ada kecenderungan memilih dukun 4) Informan paritas berisiko tidak selalu memilih bidan sebagai tenaga penolong persalinan 5) Pendidikan informan yang relatif tinggi ada kecenderungan tidak memanfatkan dukun sebagai tenaga penolong persalinan 6) Penghasilan keluarga informan yang lebih baik ada kecenderungan mernilih bidan sebagai tenaga penolong persalinan 7) Persepsi informan tentang jarak menyatakan dekat bila masih satu desa dengan tenaga penolong persalinan 8) Pengambilan keputusan dalam pemilihan tenaga penolong persalinan masih dipengaruhi oleh orangtua, mertua atau suami. Mengingat pengambilan keputusan pemanfatan tenaga penolong persalinan masih dipengaruhi oleh orangtua atau mertua maka diperlukan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi ) bagi tokoh masyarakat, tokoh agama dari para orangtua serta para suami dari ibu yang sedang hamil atau pasangan usia subur. ......The death-rate of baby and maternal mortality are still high, it indicates the state ability in giving the medical services to the people is still submissive : especially in taking care of pregnancy and the process of birth-rate and neonatal. The regency of Sumedang has 243 midwives in 269 villages in fact that the inspection rate of pregnancy by midwives not involving the using of midwives abilities in the process of birth. The objective of this research are to get the illustration of skill, behavior and sosiodemografy of mother in using of birth process aid by tradisional or obstretical midwives and also the background reason of the midwives utilization. Ths method of research is accomplished by the approximation of qualitative method and foccused in group discussion to get more detailed information. The activity of data analysis is accomplished by using the form of content analysis. In this research, the informans are mother who bore the last baby in January 1997 until June 1997 and use the services of traditional midwives, obstretical midwives or both of them. From this research, the conclusions are : 1) The skill informans of birth process and the personal who help the birth process are good enough. 2) The informans behaviour of midwives is good enough. It is indicaated the maximum inspection rate of pregnancy to the people. 3) The age of risky mothers do not always choose the obstretical midwives to help the bird process but they prefer using the traditional midwives services. 4) The risky paritas mother do not always choose the obstretical midwives to help the bird process.5) The education level respondents that high relatively has tendency to use obstretical midwives.6) A mother coming from the family with the better income ho s a tendency to choose the obstretical midwives to help the bird process.7) Mother has a perception of the distance, it indicates close if the midwives stay in the same village.8) The taking of decision to choose the man who help the birth process is still influenced by the parents and parents in law. Deciding that taking decision in using the skillful personal to help the birth process is still influenced by the parents and parents in law so it important to involve KIE to the mayor figure in community, the mayor figure of religion society, the parent and husband of pregnant wife or fertilized couples.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Apriyan Kuswara
Abstrak :
Pembangunan ekonomi dan pembangunan sumberdaya manusia merupakan dua hal yang penting dilakukan. Pembangunan ekonomi yang diukur berdasarkan pendapatan perkapita menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan. Pendapatan perkapita juga dijadikan salah satu ukuran kesejahteraan penduduk. Pembangunan ekonomi yang ditunjang pembangunan sumberdaya manusia menjadi sangat penting untuk pembangunan selanjutnya. Pembangunan sumberdaya manusia (human capital) berkaitan langsung dengan tingkat kemiskinan yang dijadikan dasar bagi prakondisi pertumbuhan, dapat dilihat melalui tingkat pendidikan dan kualitas kesehatan manusianya. Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari pola pengaruh pendapatan perkapita terhadap tingkat kemiskinan dengan memperhitungkan variabel ekonomi yaitu pangsa non pertanian dan laju inflasi, variabel tingkat pendidikan dan tingkat kelahiran dan variabel kesehatan yaitu usia harapan hidup menurut tahun. Sumberdata yang digunakan adalah data publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1996, 1999 dan 2002 menggunakan 26 propinsi sebagai unit analisis. Dari unit analisis yang terbatas maka dibuat submodel dan model keseluruhan. Analisis data menggunakan analisis deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan dan memaparkan kondisi perekonomian berkaitan dengan pendapatan perkapita, kondisi sosial, demografis dan kondisi kemiskinan di Indonesia. Analisis inferensial yang digunakan adalah analisis regresi ganda yaitu membuat hubungan antara satu variabel terikat dan beberapa variabel bebas. Hasil penelitian dengan menggunakan tiga submodel, berdasarkan hash submodel I pengaruh pendapatan perkapita (InPPK) terhadap tingkat kemiskinan (InPt) dengan memperhitungkan variabel pangsa non pertanian, laju inflasi memiliki pengaruh yang berbeda untuk tahun 1999 dan pengaruh yang sama tahun 1996 dan tahun 2002. Berdasarkan submodel II pengaruh pendapatan perkapita (InPPK) terhadap tingkat kemiskinan (InPt) dengan memperhitungkan variabeI tingkat pendidikan (InEDUC), tingkat kelahiran (1nTFR) memiliki pengaruh yang berbeda setiap tahunnya (1996, 1999 dan 2002). Berdasarkan submodel Ill pengaruh pendapatan perkapita (InPPK) terhadap tingkat kemiskinan (InPt) dengan memperhitungkan variabel usia harapan hidup (InED) memiliki pengaruh yang sama tiap tahun (1996, 1999 dan 2002). Berdasarkan submodel keselurulian pengaruh pendapatan perkapita (1nPPK) terhadap tingkat kemiskinan (lnPt) dengan memperhitungkan variabel keseluruhan memiliki pengaruh yang berbeda untuk tahun 2002 dan pengaruh yang sama untuk tahun 1996 dan 1999. Berdasarkan analisa kuadran pada tiap tahun propinsi dengan pendapatan perkapita tinggi dan tingkat kemiskinan yang tinggi berada pada propinsi Papua dan diikuti disaat masa krisis Kalimantan Barat yang bergeser dart klasifikasi propinsi yang berpendapatan rendah dan tingkat kemiskinan tinggi, pergeseran ini Iebih disebabkan pendapatan perkapita di daerah ini meningkat dan diikuti meningkatnya prosentase penduduk miskin. Berdasarkan klasifikasi ketiga propinsi yang memiliki pendapatan perkapita rendah dan tingkat kemiskinan tinggi sebagian berada di kawasan Indonesia Timur yaitu NTB dan NTT. Berdasarkan klasifikasi keempat dengan tingkat kemiskinan rendah dan pendapatan perkapita rendah berada pada propinsipropinsi dengan pembangunan sosiai yang baik seperti tingkat kualitas kesehatan dan gizi yang baik, tingkat pendidikan dengan pendidikan dasar dan lamanya pendidikan. Inipun dapat dilihat dari nilai IPM yang baik: pada propinsi ini. Berdasarkan klasifikasi kedua dengan pendapatan perkapita tinggi dan tingkat kemiskinan yang rendah berada pada propinsi yang memiliki modal alam, modal manusia dan modal fisik yang baik. Implikasi kebijakan pada daerah dengan pangsa non pertanian dan tingkat pendidikan akan berpengaruh pada pendapatan perkapita untuk dapat mengurangi prosentase penduduk miskin. Kebijakan untuk meningkatkan pangsa non pertanian masih efektif, kebijakan ini lebih diarahkan pada sektor perdagangan dan konstruksi dan kebijakan pendidikan sembilan tahun untuk tingkat pendidikan. Berdasarkan klasifikasi yang dibentuk dari kuadran untuk propinsi dengan klasifikasi pertatna clan klasifikasi ketiga adalah dengan menerapkan kebijakan padat karya (labor intensive) sehingga masyarakat pada klasifikasi ini dapat mengurangi prosentase kemiskinannya atau sesuai dengan trickle down effect (menetes kebawah) dan tidak hanya sebagian kecil masyarakatnya menikmati hasil pembangunan. Kemudian yang berkaitan dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui program pendidikan sembilan tahun, kebijakan ini lebih pada jangka menengah dan jangka panjang. Untuk klasifikasi keempat kebijakan diarahkan pada kewirausahaan dengan mempermudah akses modal dan perluasan pasar.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Megawati Adhitama Putri
Abstrak :
[ABSTRAK Tuberkulosis paru merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia, negara dengan kasus TB terbanyak kelima di dunia. Prevalensi TB paru di Indonesia menurut Riskesdas 2013 sebesar 0,4% (400/100.000) dan salah satu provinsi yang memiliki prevalensi TB paru di atas prevalensi nasional adalah DKI Jakarta (0,6%). Kepadatan yang tinggi, merokok tembakau, diabetes, dan malnutrisi diketahui sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi keterpaparan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis dan perkembangan TB aktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor klinis, sosio-demografi, dan lingkungan dengan kejadian TB paru usia ≥ 15 tahun di Provinsi DKI Jakarta tahun 2013 berdasarkan data Riskesdas 2013. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang. Analisis data dengan regresi logistik ganda menggunakan SPSS versi 17.0 . Penderita TB paru adalah responden yang pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak dan/atau foto rontgen dalam waktu ≤ 1 tahun atau memiliki semua gejala klinis TB paru. Hasil penelitian menemukan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB paru usia ≥ 15 tahun yaitu, diabetes melitus (POR = 3,25), status perkawinan (tidak kawin) (POR=0,44), riwayat merokok (POR=1,93), dan interaksi antara status gizi dengan umur (POR=21,31). Pengendalian dan pencegahan terhadap faktor risiko TB diantaranya edukasi tentang gizi, konseling mengenai pentingnya menjaga kadar gula darah bagi para diabetesi, dan memperluas Kawasan Tanpa Rokok penting untuk dilakukan guna menurunkan prevalensi TB paru serta mendukung keberhasilan program pengendalian TB paru di DKI Jakarta.
ABSTRACT ;The purpose of this study is to determine the relationship of clinical, sociodemography, and environmental factors with the occurrence of pulmonary TB age 􀂕􀀔􀀘􀀃 􀁜􀁈􀁄􀁕􀁖􀀃 􀁌􀁑􀀃 􀀧􀀮􀀬􀀃 􀀭􀁄􀁎􀁄􀁕􀁗􀁄􀀃 􀁌􀁑􀀃 􀀕􀀓􀀔􀀖􀀃 􀁅􀁄􀁖􀁈􀁇􀀃 􀁒􀁑􀀃 􀀥􀁄􀁖􀁌􀁆􀀃 􀀫􀁈􀁄􀁏􀁗􀁋􀀃 Research 2013. The study design is cross-sectional. Data analysis used in this study is multiple logistic regression using SPSS version 17.0. Patient with pulmonary TB is a respondent who had been diagnosed by health professionals through the examination of 􀁖􀁓􀁘􀁗􀁘􀁐􀀃 􀁄􀁑􀁇􀀒􀁒􀁕􀀃 􀁏􀁘􀁑􀁊􀀃 􀁕􀁒􀁑􀁗􀁊􀁈􀁑􀀃 􀁚􀁌􀁗􀁋􀁌􀁑􀀃 􀂔􀀔􀀃 􀁜􀁈􀁄􀁕􀀃 􀁒􀁕􀀃 􀁚􀁋􀁒􀀃 􀁋􀁄􀁇􀀃 􀁆􀁏􀁌􀁑􀁌􀁆􀁄􀁏􀀃 􀁖􀁜􀁐􀁓􀁗􀁒􀁐􀁖􀀃 􀁒􀁉􀀃 pulmonary TB. The study result found that factors related to the occurrence of pulmonary 􀀷􀀥􀀃 􀁄􀁊􀁈􀀃 􀂕􀀔􀀘􀀃 􀁜􀁈􀁄􀁕􀁖􀀃 􀁒􀁏􀁇􀀃 􀁄􀁕􀁈􀀃 􀁇􀁌􀁄􀁅􀁈􀁗􀁈􀁖􀀃 􀀋􀀳􀀲􀀵􀀠􀀖􀀏􀀕􀀘􀀌􀀏􀀃 􀁐􀁄􀁕􀁌􀁗􀁄􀁏􀀃 􀁖􀁗􀁄􀁗􀁘􀁖􀀃 􀀋􀁘􀁑􀁐􀁄􀁕􀁕􀁌􀁈􀁇􀀌􀀃 (POR=0,44), smoking history (POR=1,93), and interaction between nutritional status and age (POR=21,31). Control and preventive efforts of risk factors of pulmonary TB, such as nutrition education, counseling about the need to control blood glucose among diabetes patient, and expanding no smoking area are important to do in order to decrease prevalence of pulmonary TB and support the success of pulmonary TB control program in DKI Jakarta, The purpose of this study is to determine the relationship of clinical, sociodemography, and environmental factors with the occurrence of pulmonary TB age 􀂕􀀔􀀘􀀃 􀁜􀁈􀁄􀁕􀁖􀀃 􀁌􀁑􀀃 􀀧􀀮􀀬􀀃 􀀭􀁄􀁎􀁄􀁕􀁗􀁄􀀃 􀁌􀁑􀀃 􀀕􀀓􀀔􀀖􀀃 􀁅􀁄􀁖􀁈􀁇􀀃 􀁒􀁑􀀃 􀀥􀁄􀁖􀁌􀁆􀀃 􀀫􀁈􀁄􀁏􀁗􀁋􀀃 Research 2013. The study design is cross-sectional. Data analysis used in this study is multiple logistic regression using SPSS version 17.0. Patient with pulmonary TB is a respondent who had been diagnosed by health professionals through the examination of 􀁖􀁓􀁘􀁗􀁘􀁐􀀃 􀁄􀁑􀁇􀀒􀁒􀁕􀀃 􀁏􀁘􀁑􀁊􀀃 􀁕􀁒􀁑􀁗􀁊􀁈􀁑􀀃 􀁚􀁌􀁗􀁋􀁌􀁑􀀃 􀂔􀀔􀀃 􀁜􀁈􀁄􀁕􀀃 􀁒􀁕􀀃 􀁚􀁋􀁒􀀃 􀁋􀁄􀁇􀀃 􀁆􀁏􀁌􀁑􀁌􀁆􀁄􀁏􀀃 􀁖􀁜􀁐􀁓􀁗􀁒􀁐􀁖􀀃 􀁒􀁉􀀃 pulmonary TB. The study result found that factors related to the occurrence of pulmonary 􀀷􀀥􀀃 􀁄􀁊􀁈􀀃 􀂕􀀔􀀘􀀃 􀁜􀁈􀁄􀁕􀁖􀀃 􀁒􀁏􀁇􀀃 􀁄􀁕􀁈􀀃 􀁇􀁌􀁄􀁅􀁈􀁗􀁈􀁖􀀃 􀀋􀀳􀀲􀀵􀀠􀀖􀀏􀀕􀀘􀀌􀀏􀀃 􀁐􀁄􀁕􀁌􀁗􀁄􀁏􀀃 􀁖􀁗􀁄􀁗􀁘􀁖􀀃 􀀋􀁘􀁑􀁐􀁄􀁕􀁕􀁌􀁈􀁇􀀌􀀃 (POR=0,44), smoking history (POR=1,93), and interaction between nutritional status and age (POR=21,31). Control and preventive efforts of risk factors of pulmonary TB, such as nutrition education, counseling about the need to control blood glucose among diabetes patient, and expanding no smoking area are important to do in order to decrease prevalence of pulmonary TB and support the success of pulmonary TB control program in DKI Jakarta]
2015
S60359
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khullat Anees
Abstrak :
Latar Belakang: Tingginya angka pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan, kemungkinan terus berlanjut hingga di masa yang akan datang. Hal tersebut terjadi karena akan lebih banyak populasi lansia dengan kondisi partially edentulous. Perawatan gigi tiruan sebagian lepasan pada responden dalam penelitian ini, dilakukan di Klinik Integrasi RSGM FKG UI oleh mahasiswa Program Profesi dan di Klinik Spesialis Prostodonsia oleh mahasiswa PPDGS Prostodonsia. Salah satu aspek keberhasilan perawatan gigi tiruan dapat dinilai dari tingkat kepuasan pasien. Salah satu kuesioner yang digunakan untuk self-assessment oleh pasien adalah kuesioner Patient’s Denture Assessment versi Bahasa Indonesia (PDA-ID) yang telah divalidasi untuk menilai kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan lengkap. Pada penelitian ini, kuesioner PDA-ID dimodifikasi untuk mengevaluasi kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasan. Tujuan: Untuk mengevaluasi tingkat kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasan di Klinik Integrasi dan Klinik Spesialis Prostodonsia RSGM FKG UI, yang dinilai menggunakan kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi, serta menganalisis pengaruh faktor sosio-demografi (usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan) terhadap kepuasan pasien. Metode: Studi cross-sectional pada 52 responden (15 laki-laki, 37 perempuan), berusia 20 – 75 tahun, yang melakukan perawatan gigi tiruan sebagian lepasan di Klinik Integrasi dan Klinik Spesialis Prostodonsia RSGM FKG UI. Uji validitas kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi dengan product moment Pearson dan uji reliabilitas dengan Cronbach’s alpha. Uji analitik bivariat dengan uji Fisher exact untuk menganalisis pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap kepuasan pasien, dan uji Kruskal-Wallis untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepuasan pasien. Hasil: Hasil uji validitas menunjukkan nilai korelasi Pearson seluruh item instrumen lebih dari r-tabel (r>0,2732) dan p<0,05. Hasil uji reliabilitas Cronbach’s alpha untuk skor keseluruhan kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi adalah 0,927. Sebagian besar pasien (N=51, 98,1%) puas dan 1 orang (1,9%) pasien tidak puas terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasannya yang dinilai menggunakan kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi. Kemudian berdasarkan hasil uji analitik bivariat, tidak ditemukan perbedaan bermakna secara statistik antara usia (p=0,250), jenis kelamin (p=0,288), dan tingkat pendidikan (p=0,583) yang berbeda terhadap kepuasan pasien.. Kesimpulan: Kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi dapat digunakan untuk menilai kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 98,1% pasien puas terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasan di Klinik Integrasi dan Klinik Spesialis RSGM FKG UI. Tidak terdapat pengaruh usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan terhadap kepuasan pasien. ......Background: Patient wearing removable partial dentures has been high in the past and is expected to continue in the future. This happens as an aging population who retains more teeth will present with more partially edentulous conditions. Removable partial denture wore by respondents in this study was fabricated in The Dental Teaching Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, by a prosthodontic resident and undergraduate student who had been supervised by a prosthodontist. One aspect of clinical success of denture treatment can be assessed in terms of patient satisfaction. One of questionnaires used for patient self-assessment is the validated Indonesian version of patient’s denture assessment (PDA-ID) for complete denture treatment. In this study, PDA-ID had been modified to evaluate patient satisfaction with removable partial denture. Objectives: To evaluate patient’s satisfaction with removable partial dentures (RPD) treatment in The Dental Teaching Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, using a modified PDA-ID questionnaire, and to analyze impact of socio-demography (age, sex, and level of education) to patient satisfaction. Methods: A cross-sectional study, that consisted of 52 respondents (15 male, 37 female), aged 20 – 75 years old, who wore removable partial denture that were fabricated in The Dental Teaching Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. The validity testing was conducted with Pearson’s product moment and reliability testing was conducted with Cronbach’s alpha for modified PDA-ID questionnaire. The bivariate test through Fisher exact test was used for statistical analysis to analyze impact of age and sex to patient satisfaction, and Kruskal-Wallis test to analyze impact of educational level to patient satisfaction. Results: Statistical analyses results showed that instrument was valid, with Pearson’s product moment r > 0,2732, p<0,05 and instrument was reliable, with Cronbach’s alpha in summary score modified PDA-ID=0,927. Most of the patients (N=51, 98,1%) were satisfied and 1 patient (1,9%) was dissatisfied with their removable partial denture treatment. Statistically, bivariat test results showed that there were no significant differences in patient satisfaction between different age groups (p=0,590), between sexes (p=0,431), and level of education (p=0,615). Conclusion: Modified PDA-ID questionnaire can be used to assess patient satisfaction towards their removable partial denture treatment. The results of this study showed that 98,1% patients were satisfied with their removable partial denture treatment in The Dental Teaching Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. Age, sex, and level of education were not associated with patient satisfaction with removable partial denture treatment
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library