Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Subor Momand
"
ABSTRACT
Objective of the study to identify Social and drug related factors associated with injecting drug use among drug users? in Jakarta.
Method the design of the study was cross sectional total respondents were 135 drug users (72 IDUs and 63 None-IDUs) personal, family Social factors, and drug related factors are included in the analysis.
Result Multivariate analysis showed that student are at low risk (AOR=0.09) of using injection than those who are working, also those whose family don?t know about his/her drug using habit are at low risk (AOR=0.07) of injection than those whose family member aware, and those who use tranquilizer as first drug are at higher risk (AOR=3.89) of using injection than who use marijuana.
Conclusion Primary prevention activities focusing on improving social conditions, controlling black market of tranquilizers and improving family knowledge and skills to detect drug use in family as early as possible would help drug users to prevent them from indulging in injecting drug use, according to this study job, family and type of drug should be considered in the designing and planning of addicts? treatment and harm reduction activities."
2011
T 28500
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Harun
"Tesis ini bertujuan mempelajari faktor-faktor sosial, ekonomi dan demografi yang mempengaruhi tingkat pendapatan atau upah pekerja migran di Indonesia. Faktor-faktor tersebut adalah status pekerjaan tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, jam kerja, daerah tempat tinggal dan status perkawinan.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan, bahwa secara statistik dan substansi masing-masing variabel tersebut diatas mempunyai pengaruh yang berarti terhadap tingkat pendapatan atau upah pekerja migran setelah memperhatikan pengaruh tambahan variabel lainnya, atau dengan kata lain terdapat pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas pendapatan setelah mempertimbangkan pengaruh tambahan variabel bebas lainnya.
Dari analisis deskriptif maupun analisis inferensial terhadap sampel migran risen yang berstatus bekerja dan menerima upah atau pendapatan, ditemukan hasil-hasil sebagai berikut :
1. Secara umum, pendapatan atau upah pekerja migran yang bekerja di sektor formal relatif lebih tinggi dibandingkan pendapatan atau upah pekerja migran di sektor informal.
2. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan pekerja relatif besar dibandingkan pengaruh faktor lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa pendapatan atau upah yang akan diterima oleh pekerja sangat tergantung dari mutu modal manusia yang dimiliki pekerja tersebut. Semakin tinggi atau baik mutu modal manusia yang dimiliki pekerja, produktivitasnya semakin tinggi, maka upah atau pendapatan atau belas jasa yang pekerja tersebut terima dari hasil pekerjaannya juga semakin besar.
3. Dilihat dari kelompok umur, proporsi pekerja migran yang berumur 30-39 tahun yang menerima pendapatan atau upah lebih besar sama dengan pendapatan rata-rata lebih besar dibandingkan kelompok umur lainnya. Sedangkan perbedaan pendapatan yang relatif besar antara pekerja sektor formal dan informal, terjadi pada kelompok umur 40 tahun keatas antara pekerja migran yang berpendidikan SLTA keatas. Hal ini menunjukkan, bagi pekerja migran di sektor formal yang berpendidikan SLTA keatas, semakin lama masa kerja yang mereka lewati, pengalaman kerja yang mereka peroleh semakin banyak dan kemampuan mereka semakin meningkat serta profesionalisme kerja mereka semakin baik. Sedangkan pekerja sektor informal kemampuan kerja mereka disamping didukung oleh pendidikan yang relatif baik, juga harus didukung oleh kondisi kesehatan fisik mereka yang sehat, sehingga puncak produktivitas pekerja sektor informal terlihat pada usia 30-39 tahun.
4. Pendapatan atau upah pekerja migran laki-laki relatif lebih tinggi dibandingkan pekerja migran perempuan. Setelah dikontrol dengan tingkat pendidikan, bahwa perbedaan pendapatan antara pekerja migran laki-laki yang berpendidikan tamat SLTP kebawah yang bekerja di sektor formal dengan yang bekerja di sektor informal relatif kecil, dibandingkan dengan perbedaan antara pekerja migran yang berpendidikan SLTA keatas. Demikian pula untuk pekerja migran perempuan yang berpendidikan tamat SLTP kebawah, perbedaan pendapatan atau upah antara yang bekerja di sektor formal dengan migran yang bekerja di sektor informal juga relatif kecil. Namun yang menarik disini, bahwa pendapatan pekerja perempuan yang berpendidikan tamat SLTP kebawah yang bekerja di sektor informal relatif lebih baik dibandingkan dengan pekerja perempuan dengan pendidikan yang sama yang bekerja di sektor formal. Sedangkan perbedaan pendapatan antara pekerja perempuan yang berpendidikan SLTA keatas yang bekerja di sektor formal dan informal relatif besar.
5. Dari alokasi waktu untuk bekerja, pekerja migran yang bekerja diatas atau sama dengan 40 jam kerja per minggu relatif berpendapatan lebih baik dibandingkan dengan pekerja yang bekerja kurang dari 40 jam per minggu. Pengaruh jam kerja terhadap tingkat pendapatan atau upah pekerja, lebih besar terhadap pekerja yang berpendidikan SLTA keatas, dan perbedaan pendapatan atau upah antara yang bekerja di sektor formal dan informal relatif besar, khususnya antara pekerja yang bekerja dibawah 40 jam per minggu. Hal ini menunjukkan bahwa upah pekerja di sektor formal sebagian besar terikat dengan kontrak kerja yang telah disepakati, sedangkan pekerja sektor informal, jika mereka tidak bekerja pendapatan yang mereka terima akan berkurang. Sedangkan untuk pekerja migran yang berpendidikan tamat SLTP kebawah pendapatan mereka relatif rendah dan perbedaan pendapatan atau upah antara pekerja di sektor formal dan informal relatif kecil, baik antara pekerja yang bekerja diatas atau sama dengan 40 jam per minggu maupun antara pekerja yang bekerja dibawah 40 jam per minggu.
6. Pendapatan atau upah pekerja migran di perkotaan relatif lebih baik. Sedangkan dipedesaan proporsi yang menerima pendapatan atau upah lebih besar sama dengan pendapatan rata-rata relatif kecil, khususnya bagi pekerja yang berpendidikan tamat SLTP kebawah. Pekerja migran diperkotaan yang berpendidikan SLTA keatas menunjukkan proporsi yang menerima pendapatan lebih besar sama dengan pendapatan rata-rata relatif besar. Perbedaan pendapatan antara pekerja migran diperkotaan yang berpendidikan SLTA keatas antara yang bekerja di sektor formal dan informal relatif besar, demikian pula antara pekerja migran yang berpendidikan SLTA keatas yang tinggal di pedesaan. Sedangkan antara yang berpendidikan tamat SLTP kebawah relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan SLTA keatas cukup berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pekerja migran, baik diperkotaan maupun dipedesaan.
7. Status perkawinan cukup berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pekerja migran. Pekerja yang berstatus pernah kawin atau berkeluarga menerima pendapatan atau upah yang relatif tinggi dari pekerja yang berstatus tidak kawin. Hal ini disebabkan, pekerja yang berstatus pernah kawin atau berkeluarga biasanya usia mereka lebih tua dan pengalaman kerja mereka lebih lama dibandingkan pekerja yang berstatus tidak kawin. Dipihak lain tanggung jawab pekerja yang berkeluarga lebih besar, karena mereka harus berusaha mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Disamping itu pekerja yang berkeluarga kadangkala menerima tunjangan keluarga dari_ instansi atau perusahaan dimana mereka bekerja. Sedangkan fasilitas tersebut tidak diperoleh pekerja yang berstatus bujangan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Iskandar
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pemetaan faktor resiko agent, vektor dan tempat perindukan nyamuk malaria serta variabel spasial antara lain curah hujan, suhu, kelembaban, dan kondisi topografi yang berperan dalam penularan malaria serta bagaimana hubungan antara lingkungan dan faktor sosial terhadap malaria di kabupaten Sukabumi Tahun 2010. Sumber data berasal dari data sekunder Survey Kesehatan Daerah Tahun 2010, laporan program malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi Tahun 2010 dan data Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi.
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan disain Cross Sectional untuk menganalisa konstribusi faktor lingkungan dan sosial yang berpotensi menyebabkan kasus malaria pada masyarakat. Analisa dengan menggunakan chi square pada 5 variabel yaitu faktor lingkungan adalah keberadaan kandang ternak disekitar rumah dan topograpi wilayah dan untuk faktor sosial adalah umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
Hasil analisis dengan jumlah sampel 1.303 sampel,untuk faktor lingkungan,keberadaan kandang ternak disekitar rumah (p value=0.00 OR=5.78 CI 95% = 3.33-10.05), dan kondisi topografi (p value=0.00 OR=0.537 CI 95% = 0.31-10.92) terbukti berhubungan dengan kejadian malaria. Faktor sosial yang berhubungan dengan kejadian malaria yaitu faktor pekerjaan responden (p value=0.035), dan tingkat pendidikan responden (p value=0.024).
This study aims to obtain information regarding risk factors mapping agent, vector and the malaria mosquito brood and spatial variables such as rainfall, temperature, humidity, and topographic conditions that play a role in transmission of malaria and how the relationship between environmental and social factors of malaria in the district Sukabumi Year 2010. The source data came from secondary data Regional Health Survey in 2010, reports of malaria programs Sukabumi District Health Office in 2010 and the Central Bureau of Statistics data Sukabumi.
This research is descriptive-analytic by using Cross Sectional design to analyze the contribution of environmental and social factors that could potentially cause malaria cases in the community. Analysis using chi square at 5 variables namely environmental factor is the presence of cattle sheds around the house and topograpi region and for social factors are age, educational and level type of job.
The results of the analysis of a sample of 1.303 samples, to environmental factors, the presence of cattle sheds around the house (p value = 0.00 OR = 5.78 CI 95% = 3:33 to 10:05), and topographic conditions (p value = 0.00 OR = 0.537 95% CI = 0.31 -10.92) shown to be associated with the incidence of malaria. Social factors associated with malaria incidence are occupational factors respondents (p value = 0.035), and education level of respondents (p value = 0024).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Denovita Dwi Ellyana
"The purpose of this research are (I) to give an empirical evidence that performance expectation, effort expectation, social factors, jzt on tasks and conditions which facilitating user will affect the level of interest in usage of information system, and (2) to give an empirical evidence that interest in an usage of information system will effect a utilization of the information system. The respondents of the research are employment that using information technology system in finishing its job. Data has gathered by questionnaires and documentation. Sample total is 50 respondents. The result of research with partial regression indicated that variables of antecedent are namely performance expectation, effort expectation, and conditions which facilitating a utilization of the information system, significantly affect the interest of usage the information system, while social factors and fit to task not significantly effect on interest in usage of information system. The result of research with partial regression indicated that variable of consequence namely interest in usage of information system significantly affect utilization information system."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
"ABSTRAK
Usia haid pertama (menarche) terlihat sangat erat kaitannya dengan kemakmuran dan gaya hidup yang berubah akibat pembangunan. Semakin makmur suatu bangsa, kaum wanitanya cenderung menunjukkan usia haid pertama yang lebih dini.
Makin dininya usia haid atau maturasi seorang wanita, membawa beberapa konsekuensi. Pada berbagai program untuk mengatasi tekanan penduduk seperti keluarga berencana, yang antara lain dikampanyekan melalui penundaan usia perkawinan, tentu akan bertolak belakang dengan maturitas yang semakin dini, karena usia produktif menjadi semakin panjang. Haid yang lebih dini juga menyebabkan usia reproduksi pada wanita semakin panjang yang artinya makin memberi kesempatan untuk beranak lebih banyak.
Haid pertama datang dengan membawa segala akibatnya, baik secara fisiologis maupun psikis. Secara fisiologis, berarti telah dapat bereproduksi, karena alat reproduksinya telah mulai berfungsi. Sementara itu menarche juga merupakan pertanda bahwa seorang gadis telah memasuki akil balignya, hal ini akan membawa akibat secara psikis, baik terhadap gadis itu sendiri maupun keluarga serta lingkungannya.
Dilihat dari keberadaan kebudayaan dan pranata setempat, semakin dini usia haid pertama secara biologis berarti memungkinkan wanita remaja yang bersangkutan untuk lebih cepat dewasa dalam hal kemampuan sistem reproduksi. Hal ini memberikan konsekuensi lain yang lebih besar, yaitu yang bersangkutan dapat segera mengandung bila mereka melekukan hubungan seksual dengan pasangannya.
Sementara itu pada sisi yang lain, pranata sosial setempat masih tidak mentolelir terjadinya hubungan seksual diantara sepasang wanita dan pria tanpa mereka diikat oleh pranata perkawinan. Kesenjangan ini semakin menjadi permasalahan kompleks ketika lingkungan sosial setempat juga menuntut remaja wanita yang bersangkutan untuk tidak segera menikah dengan alasan harus menyelesaikan sekolah atau pekerjaannya terlebih dahulu.
Studi ini bermaksud menggambarkan dan menelaah secara kritis tentang masalah haid, khususnya mengenai faktor-faktor yang mendukung atau menghambat proses terjadinya haid pertama atau menarche yang dialami oleh remaja wanita di daerah pinggiran perkotaan di sekitar kota metropolitan DKI Jakarta.
Temuan penelilian ini; tiga lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan menjadi pendukung percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga; lingkungan pendidikan formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah tangga, faktor dominan yang menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media komunikasi dan proses sosialisasi; dalam lingkungan pendidikan formal yaitu proses sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non formal; sementara itu dalam lingkungan peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi serta sosialisasi dalam lingkungun peer group merupakan faktor-faktor yang mendukung ke arah percepatan usia menarche remaja.
Merujuk kepada Freeman yang berpendapat; bagaimana ke depan kita dapat membuat sintesa bagi kajian antropologi sosial dan biologi menjadi suatu studi tentang prilaku munusia. maka penelitian ini merupakan satu langkah awal menuju ke arah tersebut.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan
"Penelitian ini menganalisis pengaruh faktor sosial dan makro ekonomi terhadap performa keuangan bank syariah di 10 negara (2021-2023). Sampel mencakup 27 Bank Syariah dari 10 Negara urutan teratas dari skor IFCI tahun 2022. Metode data panel efek tetap dan efek acak diterapkan pada penelitian ini. Hasil menunjukkan FDR dan angka kemiskinan berkorelasi signifikan secara positif, sedangkan FDI dan NPF berkorelasi signifikan secara negatif. Negara Sudan dan Pakistan memiliki kebijakan pemerintah dan penerimaan sosial yang mendukung Bank Syariah, sedangkan Kuwait persaingan antar bank ketat dan masih tinggi ketergantungan pendapatan dari minyak.

This research analyzes the influence of social and macroeconomic factors on the financial performance of Islamic banks in 10 countries from 2021 to 2023. The sample includes 27 Islamic banks from the top 10 countries according to the 2022 IFCI score. Panel data methods, including fixed effects and random effects models, are applied in this study. The results indicate that the Financing to Deposit Ratio (FDR) and poverty rate are significantly and positively correlated, while Foreign Direct Investment (FDI) and Non-Performing Financing (NPF) are significantly and negatively correlated. Sudan and Pakistan have government policies and social acceptance that support Islamic banks, whereas in Kuwait, competition among banks is intense, and there is still a high dependence on oil revenue."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deo Agung Sembada
"ABSTRAK
􀀬􀀾􀁇􀀾􀁅􀁂􀁍􀁂􀀺􀁇􀀁􀁂􀁇􀁂􀀁􀀻􀀾􀁋􀁍􀁎􀁃􀁎􀀺􀁇􀀁􀁎􀁇􀁍􀁎􀁄 􀁆􀀾􀁇􀁀􀀾􀁍􀀺􀁁􀁎􀁂􀀁􀁉􀀾􀁇􀀾􀁋􀁂􀁆􀀺􀀺􀁇􀀁􀁉􀀾􀁇􀁀􀁀􀁎􀁇􀀺􀀁􀀽􀀺􀁋􀁂􀀁􀁉􀀾􀁇􀁀􀁀􀁎􀁇􀀺􀀺􀁇
􀀓􀀵􀀴􀀺􀀫􀀴􀀺􀀁 􀀜􀀧􀀴􀀧􀀴􀀭􀀫􀀳􀀫􀀴􀀺􀀁 􀀡􀀿􀀹􀀺􀀫􀀳􀀆􀀟􀀩􀀯􀀇􀀁 􀁎􀁇􀁍􀁎􀁄􀀁 􀀯􀁂􀁌􀁍􀀾􀁆􀀁 􀀥􀁇􀀿􀁈􀁋􀁆􀀺􀁌􀁂􀀁 􀀬􀀾􀁋􀁉􀁎􀁌􀁍􀀺􀁄􀀺􀀺􀁇􀀁 􀀽􀁂
􀀬􀀾􀁋􀁉􀁎􀁌􀁍􀀺􀁄􀀺􀀺􀁇􀀁 􀀡􀁆􀁂􀁅􀀁 􀀯􀀺􀁅􀁂􀁆 􀀽􀀾􀁇􀁀􀀺􀁇􀀁 􀁆􀀾􀁇􀁀􀁀􀁎􀁇􀀺􀁄􀀺􀁇 􀀢􀀫􀀩􀀮􀀴􀀵􀀲􀀵􀀭􀀿􀀁 􀀑􀀩􀀩􀀫􀀶􀀺􀀧􀀴􀀩􀀫􀀁 􀀜􀀵􀀪􀀫􀀲
􀀆􀀰􀀝􀀩􀀇􀀋􀀬􀀾􀁇􀀾􀁅􀁂􀁍􀁂􀀺􀁇􀀁􀁂􀁇􀁂􀀁􀀺􀀽􀀺􀁅􀀺􀁁􀀁􀁉􀀾􀁇􀀾􀁅􀁂􀁍􀁂􀀺􀁇􀀁􀁄􀁎􀀺􀁇􀁍􀁂􀁍􀀺􀁍􀁂􀀿􀀁􀀽􀀾􀁇􀁀􀀺􀁇􀀁􀁆􀀾􀁍􀁈􀀽􀀾􀀁􀁉􀀾􀁇􀀾􀁅􀁂􀁍􀁂􀀺􀁇􀀁􀁌􀁍􀁎􀀽􀁂
􀁄􀀺􀁌􀁎􀁌􀀋􀀁􀀲􀀺􀁋􀁂􀀺􀀻􀀾􀁅􀀁􀁉􀀾􀁇􀀾􀁅􀁂􀁍􀁂􀀺􀁇􀀁􀁂􀁇􀁂􀀁􀁍􀀾􀁋􀀽􀁂􀁋􀁂􀀁􀀽􀀺􀁋􀁂􀀁􀀐􀀁􀁏􀀺􀁋􀁂􀀺􀀻􀀾􀁅􀀁􀀻􀀾􀀻􀀺􀁌􀀁􀁒􀀺􀁂􀁍􀁎􀀁􀁉􀀾􀁋􀁌􀀾􀁉􀁌􀁂􀀁􀁄􀀾􀁀􀁎􀁇􀀺􀀺􀁇􀀉
􀁉􀀾􀁋􀁌􀀾􀁉􀁌􀁂􀀁 􀁄􀀾􀁆􀁎􀀽􀀺􀁁􀀺􀁇􀀉􀀁 􀀽􀀺􀁇􀀁 􀀿􀀺􀁄􀁍􀁈􀁋􀀊􀀿􀀺􀁄􀁍􀁈􀁋􀀁 􀁌􀁈􀁌􀁂􀀺􀁅􀀁 􀁌􀀾􀁋􀁍􀀺􀀁 􀀎􀀁 􀁏􀀺􀁋􀁂􀀺􀀻􀀾􀁅 􀁍􀀾􀁋􀁂􀁄􀀺􀁍􀀁 􀁒􀀺􀁂􀁍􀁎
􀁉􀀾􀁇􀀾􀁋􀁂􀁆􀀺􀀺􀁇􀀁 􀁉􀀾􀁇􀁀􀁀􀁎􀁇􀀺􀀋 􀀤􀀺􀁌􀁂􀁅􀀁 􀁉􀀾􀁇􀀾􀁅􀁂􀁍􀁂􀀺􀁇 􀁂􀁇􀁂􀀁 􀁆􀀾􀁇􀁎􀁇􀁃􀁎􀁄􀀺􀁇􀀁 􀀻􀀺􀁁􀁐􀀺􀀁 􀁉􀀾􀁇􀁀􀁀􀁎􀁇􀀺􀀺􀁇
􀀓􀀵􀀴􀀺􀀫􀀴􀀺􀀁 􀀜􀀧􀀴􀀧􀀴􀀭􀀫􀀳􀀫􀀴􀀺􀀁 􀀡􀀿􀀹􀀺􀀫􀀳􀀆􀀟􀀩􀀯􀀇􀁌􀁎􀀽􀀺􀁁 􀀻􀀺􀁂􀁄􀀁 􀀺􀁍􀀺􀁎􀀁 􀁂􀀽􀀾􀀺􀁅􀀁 􀀽􀁂􀁀􀁎􀁇􀀺􀁄􀀺􀁇􀀁 􀁎􀁇􀁍􀁎􀁄
􀀯􀁂􀁌􀁍􀀾􀁆􀀁 􀀥􀁇􀀿􀁈􀁋􀁆􀀺􀁌􀁂􀀁 􀀬􀀾􀁋􀁉􀁎􀁌􀁍􀀺􀁄􀀺􀀺􀁇􀀁 􀀻􀀾􀁋􀀻􀀺􀁌􀁂􀁌􀀁 􀁐􀀾􀀻􀀁 􀁆􀁂􀁅􀁂􀁄􀀁 􀀬􀀾􀁋􀁉􀁎􀁌􀁍􀀺􀁄􀀺􀀺􀁇􀀁 􀀡􀁆􀁂􀁅􀀁 􀀯􀀺􀁅􀁂􀁆
􀁄􀀺􀁋􀀾􀁇􀀺 􀀽􀁂􀁍􀀾􀁋􀁂􀁆􀀺􀀁 􀁈􀁅􀀾􀁁􀀁 􀁉􀀾􀁇􀁀􀁀􀁎􀁇􀀺 􀁉􀀾􀁋􀁉􀁎􀁌􀁍􀀺􀁄􀀺􀀺􀁇􀀋􀀁 􀀯􀀾􀁅􀀺􀁂􀁇􀀁 􀁂􀁍􀁎􀀉􀀁 􀀽􀁂􀁄􀀾􀁍􀀺􀁁􀁎􀁂􀀁 􀁃􀁎􀁀􀀺􀀁 􀀻􀀺􀁁􀁐􀀺
􀁉􀀾􀁇􀀾􀁋􀁂􀁆􀀺􀀺􀁇􀀁 􀁉􀀾􀁇􀁀􀁀􀁎􀁇􀀺􀀁 􀁍􀀾􀁋􀁌􀀾􀀻􀁎􀁍􀀁 􀀽􀁂􀁉􀀾􀁇􀁀􀀺􀁋􀁎􀁁􀁂􀀁 􀁈􀁅􀀾􀁁􀀁 􀁉􀀾􀁋􀁌􀀾􀁉􀁌􀁂􀀁 􀁄􀀾􀁀􀁎􀁇􀀺􀀺􀁇􀀉􀀁 􀁉􀀾􀁋􀁌􀀾􀁉􀁌􀁂
􀁄􀀾􀁆􀁎􀀽􀀺􀁁􀀺􀁇􀀉􀀁􀀽􀀺􀁇􀀁􀀿􀀺􀁄􀁍􀁈􀁋􀀊􀀿􀀺􀁄􀁍􀁈􀁋􀀁􀁌􀁈􀁌􀁂􀀺􀁅􀀋􀀬􀀾􀁇􀁀􀁈􀁅􀀺􀁁􀀺􀁇􀀁􀀽􀀺􀁇􀀁􀀺􀁇􀀺􀁅􀁂􀁌􀁂􀁌􀀁􀀽􀀺􀁍􀀺􀀁􀁉􀀺􀀽􀀺􀀁􀁉􀀾􀁇􀀾􀁅􀁂􀁍􀁂􀀺􀁇
􀁂􀁇􀁂􀀁 􀁆􀀾􀁇􀁀􀁀􀁎􀁇􀀺􀁄􀀺􀁇􀀁 􀁍􀀾􀁄􀁇􀁂􀁄􀀁 􀀺􀁇􀀺􀁅􀁂􀁌􀁂􀁌􀀁 􀁋􀀾􀁀􀁋􀀾􀁌􀁂􀀁 􀁅􀁂􀁇􀁂􀀾􀁋􀀁 􀀻􀀾􀁋􀁀􀀺􀁇􀀽􀀺􀀁 􀀽􀀾􀁇􀁀􀀺􀁇􀀁 􀁆􀀾􀁇􀁀􀁀􀁎􀁇􀀺􀁄􀀺􀁇
􀀺􀁉􀁅􀁂􀁄􀀺􀁌􀁂􀀁􀀯􀀬􀀯􀀯 􀁏􀀾􀁋􀁌􀁂 􀀎􀀕􀀋

Abstract
􀀰􀁁􀀾􀀁 􀁉􀁎􀁋􀁉􀁈􀁌􀀾􀀁 􀁈􀀿􀀁 􀁍􀁁􀁂􀁌􀀁 􀁋􀀾􀁌􀀾􀀺􀁋􀀼􀁁􀀁 􀁂􀁌􀀁 􀁍􀁈􀀁 􀁎􀁇􀀽􀀾􀁋􀁌􀁍􀀺􀁇􀀽􀀁 􀁎􀁌􀀾􀁋􀀁 􀀺􀀼􀀼􀀾􀁉􀁍􀀺􀁇􀀼􀀾􀀁 􀁈􀀿􀀁 􀁍􀁁􀀾􀀁 􀁎􀁌􀀾􀀁 􀁈􀀿
􀀟􀁈􀁇􀁍􀀾􀁇􀁍􀀩􀀺􀁇􀀺􀁇􀁀􀀾􀁆􀀾􀁇􀁍􀀁 􀀯􀁒􀁌􀁍􀀾􀁆􀀁 􀀆􀀟􀀩􀀯􀀇􀀁 􀀿􀁈􀁋􀀁 􀁅􀁂􀀻􀁋􀀺􀁋􀁒􀀁 􀁂􀁇􀀿􀁈􀁋􀁆􀀺􀁍􀁂􀁈􀁇􀀁 􀁌􀁒􀁌􀁍􀀾􀁆􀁌􀀁 􀁂􀁇􀀁 􀀡􀁆􀁂􀁅
􀀯􀀺􀁅􀁂􀁆􀀁 􀀨􀁂􀀻􀁋􀀺􀁋􀁒 􀁐􀁂􀁍􀁁 􀀰􀀾􀀼􀁁􀁇􀁈􀁅􀁈􀁀􀁒􀀁 􀀝􀀼􀀼􀀾􀁉􀁍􀀺􀁇􀀼􀀾􀀁 􀀩􀁈􀀽􀀾􀁅􀀁 􀀆􀀰􀀝􀀩􀀇􀀋􀀁 􀀰􀁁􀁂􀁌􀀁 􀁋􀀾􀁌􀀾􀀺􀁋􀀼􀁁􀀁 􀁂􀁌
􀁊􀁎􀀺􀁇􀁍􀁂􀁍􀀺􀁍􀁂􀁏􀀾􀀁 􀁐􀁂􀁍􀁁􀀁 􀁍􀁁􀀾􀀁 􀀼􀀺􀁌􀀾􀀁 􀁌􀁍􀁎􀀽􀁒􀀁 􀁆􀀾􀁍􀁁􀁈􀀽􀀋􀀁 􀀰􀁁􀀾􀀁 􀁏􀀺􀁋􀁂􀀺􀀻􀁅􀀾􀁌􀀁 􀀼􀁈􀁇􀁌􀁂􀁌􀁍􀁌􀀁 􀁈􀀿􀀁 􀀐􀀁 􀁂􀁇􀀽􀀾􀁉􀀾􀁇􀀽􀀾􀁇􀁍
􀁏􀀺􀁋􀁂􀀺􀀻􀁅􀀾􀁌􀀁 􀀆􀁉􀀾􀁋􀀼􀀾􀁂􀁏􀀾􀀽􀀁 􀁎􀁌􀀾􀀿􀁎􀁅􀁇􀀾􀁌􀁌􀀉􀀁 􀁉􀀾􀁋􀀼􀀾􀁂􀁏􀀾􀀽􀀁 􀀁 􀀾􀀺􀁌􀀾􀀁 􀁈􀀿􀀁 􀁎􀁌􀀾􀀉􀀁 􀁌􀁈􀀼􀁂􀀺􀁅􀀁 􀀿􀀺􀀼􀁍􀁈􀁋􀁌􀀇􀀁 􀀺􀁇􀀽􀀁 􀀎
􀀽􀀾􀁉􀀾􀁇􀀽􀀾􀁇􀁍􀀁􀁏􀀺􀁋􀁂􀀺􀀻􀁅􀀾􀀁􀀆􀁎􀁌􀀾􀁋􀀁􀀺􀀼􀀼􀀾􀁉􀁍􀀺􀁇􀀼􀀾􀀇􀀋􀀁􀀰􀁁􀀾􀀁􀁋􀀾􀁌􀁎􀁅􀁍􀁌􀀁􀁈􀀿􀀁􀁍􀁁􀁂􀁌􀀁􀁋􀀾􀁌􀀾􀀺􀁋􀀼􀁁􀀁􀁂􀁇􀀽􀁂􀀼􀀺􀁍􀀾􀀁􀁍􀁁􀀺􀁍􀀁􀁎􀁌􀀾
􀁈􀀿􀀁 􀁍􀁁􀀾􀀁 􀀟􀁈􀁇􀁍􀀾􀁇􀁍􀀁 􀀩􀀺􀁇􀀺􀁇􀁀􀀾􀁆􀀾􀁇􀁍􀀁 􀀯􀁒􀁌􀁍􀀾􀁆􀀁 􀀆􀀟􀀩􀀯􀀇􀀁 􀁁􀀺􀁌􀀁 􀀻􀀾􀀾􀁇􀀁 􀁀􀁈􀁈􀀽􀀁 􀀾􀁇􀁈􀁎􀁀􀁁􀀁 􀁈􀁋􀀁 􀁂􀀽􀀾􀀺􀁅􀀁 􀀿􀁈􀁋
􀁐􀀾􀀻􀀊􀀻􀀺􀁌􀀾􀀽􀀁􀁅􀁂􀀻􀁋􀀺􀁋􀁒􀀁􀁂􀁇􀀿􀁈􀁋􀁆􀀺􀁍􀁂􀁈􀁇􀀁􀁌􀁒􀁌􀁍􀀾􀁆􀀁􀀡􀁆􀁂􀁅􀀁􀀯􀀺􀁅􀁂􀁆􀀅􀁌􀀁􀁅􀁂􀀻􀁋􀀺􀁋􀁒􀀁􀀻􀀾􀀼􀀺􀁎􀁌􀀾􀀁􀁂􀁍􀀁􀁂􀁌􀀁􀀺􀀼􀀼􀀾􀁉􀁍􀀺􀀻􀁅􀀾
􀁍􀁈􀀁􀁍􀁁􀀾􀀁􀁎􀁌􀀾􀁋 􀁅􀁂􀀻􀁋􀀺􀁋􀁒􀀋􀀁􀀰􀁁􀀾􀀁􀁋􀀾􀁌􀁎􀁅􀁍􀁌􀀁􀀺􀁅􀁌􀁈􀀁􀀿􀁈􀁎􀁇􀀽 􀁍􀁁􀀺􀁍􀀁􀁍􀁁􀀾􀀁􀁎􀁌􀀾􀁋􀀁􀀺􀀼􀀼􀀾􀁉􀁍􀀺􀁇􀀼􀀾􀀁􀁂􀁌􀀁􀁂􀁇􀀿􀁅􀁎􀀾􀁇􀀼􀀾􀀽􀀁􀀻􀁒
􀁉􀀾􀁋􀀼􀀾􀁂􀁏􀀾􀀽􀀁 􀁎􀁌􀀾􀀿􀁎􀁅􀁇􀀾􀁌􀁌􀀉􀀁 􀁉􀀾􀁋􀀼􀀾􀁂􀁏􀀾􀀽􀀁 􀀁 􀀾􀀺􀁌􀀾􀀁 􀁈􀀿􀀁 􀁎􀁌􀀾􀀉􀀁 􀀺􀁇􀀽􀀁 􀁌􀁈􀀼􀁂􀀺􀁅􀀁 􀀿􀀺􀀼􀁍􀁈􀁋􀁌􀀋􀀁 􀀬􀁋􀁈􀀼􀀾􀁌􀁌􀁂􀁇􀁀􀀁 􀀺􀁇􀀽
􀀽􀀺􀁍􀀺􀀁􀀺􀁇􀀺􀁅􀁒􀁌􀁂􀁌􀀁􀁐􀁂􀁍􀁁􀀁􀁆􀁎􀁅􀁍􀁂􀁉􀁅􀀾􀀁􀁅􀁂􀁇􀀾􀀺􀁋􀀁􀁋􀀾􀁀􀁋􀀾􀁌􀁌􀁂􀁈􀁇􀀁􀀺􀁇􀀺􀁅􀁒􀁌􀁂􀁌􀀁􀁍􀀾􀀼􀁁􀁇􀁂􀁊􀁎􀀾􀁌􀀁􀁎􀁌􀁂􀁇􀁀􀀁􀀯􀀬􀀯􀀯􀀁􀀎􀀕􀀋"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43165
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library