Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evy Clara
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara status sosial ekonomi orang tua dan sosialisasi anak di keluarga dalam menunjang prestasi belajar siswa di sekolah. Pengumpulan datanya dilakukan dengan cara observasi dan wawancara secara mendalam. Agar data mempunyai validitas yang kuat, maka dilakukan cross chek terhadap orang tua, teman dan guru dari sampel utama tersebut. Guna memperoleh gambaran yang nyata, selain wawancara dilakukan juga observasi, serta penyebaran angket kepada 104 orang responder (siswa) sebagai data pendukung. Pemilihan 8 sampel utama dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan khusus dengan melalui kriteria tertentu, terdiri dari 4 orang siswa yang orang tuanya mempunyai status sosial ekonomi "tinggi?, dan status sosial ekonomi "rendah" 4 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status sosial ekonomi dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Artinya bahwa siswa yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonomi tinggi mempunyai banyak kesempatan memiliki berbagai fasilitas yang diberikan keluarga seperti bimbirgan belajar, les privat, kebutuhan buku, komputer, penyediaan ruang belajar khusus dan lain sebagainya. Hasil penelitian memberikan kecenderungan bahwa kemampuan untuk memiliki dan menggunakan berbagai fasilitas pendidikan, ternyata hampir sebagian besar responden yang memiliki prestasi belajar "tinggi" memanfaatkan secara maksimal fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan belajar. Sedangkan yang tidak memanfaatkan secara maksimal fasilitas-fasilitas tersebut walaupun dari golongan status sosial ekonomi tinggi, ternyata prestasi belajar siswa rendah. Hasil wawancara yang mendalam terhadap responden utama dan didukung oleh survey terhadap 100 siswa, ternyata ada variabel lain yang cukup menentukan dalam pencapaian prestasi belajar siswa, variabel tersebut adalah sosialisasi anak di dalam keluarga. Artinya siswa yang berasal dari status sosial ekonomi "tinggi", kalau tidak ada perhatian. dari orang tua dan alokasi pembagian belajar yang tepat di rumah serta tidak aktif (jarang) berkomunikasi dengan keluarga, ternyata ada kecenderungan bahwa prestasi belajar siswa tersebut rendah begitu juga sebaliknya, dan dari responden pendukung ditemukan pula bahwa kebanyakan siswa yang mendapatkan pelajaran tambahan seperti: les privat, bimbingan belajar, dan kelompok belajar, mempunyai prestasi tinggi, hanya sebagian kecil saja siswa yang mempunyai prestasi rendah. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh status sosial ekonomi saja, tetapi juga faktor lain yang berasal dari sosialisasi siswa dalam keluarga. Salah satu faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajari adalah kemampuan (IQ). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada guru dan orang tua sebagai pendidik untuk lebih memperhatikan anak/siswa dalam proses pembelajarannya dengan melihat latar belakang kondisi status sosial ekonomi yang dimiliki, sehingga nantinya siswa tersebut dapat memperoleh prestasi belajar yang diinginkan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T1139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Dopang
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk melihat keadaan pekerja anak secara umum dan untuk mengetahui faktor-faktor sosio ekonomi demografi kepala keluarga yang dapat mempengaruhi anak untuk bekerja. Secara umum keberadaan pekerja anak ini tidak bisa dilepaskan dari keadaan ekonomi rumah tangga (kemiskinan). Data yang digunakan dalam analisis ini bersumber pada Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 1994. Pendekatan yang digunakan daiam menganalisis data adalah analisis deskriftip dan analisis inferensial dengan bantuan rega-esi logistik model penjumiahan. Berdasarkan analisis deskrifip yang dilakukan diketahui bahwa sebanyak 87,48% dari pekerja anak ini tinggal di daerah pedesaan dan 12,52% tinggal di daerah perkotaan. Kebanyakan dari pekerja anak tersebut adalah laki-laki yaitu sebanyak 58,59% dan perempuan sebanyak 41,41%. Pada umurnnya mereka bekerja di sektor pertanian yaitu sebesar 67,41%, sektor industri sebanyak 26,45% dan sektor jasa sebesar 6,14% dan kebanyakan bekerja dalam sektor informal. Dilihat berdasarkan jam kerja, secara umum sebanyak 80,36% bekerja antara 0-34 jam per minggu, 5,35% antara 35-40 dan 14,29% dengan jam kerja 41 jam keatas. Narnun jika dihubungkan dengan jam kerja bagi mereka yang manerima upah, maka yang bekerja dibawah jam kerja normal pekerja dewasa ada sebanyak 27,57%, sama dengan jam kerja normal sebesar 12,19% dan diatas jam kerja normal jauh Iebih banyak yaitu 60,24%. Dari seluruh pekerja anak, ternyata yang mendapat upah hanyalah 13,72%. Mereka yang mendapat upah dibawah rata-rata UMR tahun 1994 ada sebesar 81,36% yaitu upah antara Rp0-Rp40.000 dan Rp40.001 RpS0.000 per bulan, sama dengan UMR sebesar 11,90% (upah antara Rp80.001-Rp 120.000) dan diatas UMR. 6,74% (Rp I20.001 +}. Dilihat berdasarkan status pekerjaan utama maka sebanyak 77,28% adalah sebagai pekerja keluarga, 13,72% sebagai buruh/karyawan dan sisanya adalah untuk tiga status lainnya. Selanjutnya jika keadaan pekerja anak ini dihubungkan dengan tingkat pendidikan kepala keluarga ternyata yang tidak sekolah atau tidak tamat SD ada sebanyak 55,16%; 34,61 tamat SD; 5,91% tamat SLTP dan 4,32% tamat SLTA keatas. Kepala Keluarga ini kebanyakan menerima upah lebih kecil atau sama dengan Rpl00.000 (58,16%) dan 35,92% dengan upah antara Rpl00.001-Rp200.000 per bulan, sedangkan yang menerima upah diatas Rp200.000 per bulan hanya sebesar 5,92%. Jika sektor lapangan usaha kepala keluarga dihubungkan dengan lapangan pekerjaan anak maka kebanyakan mereka bekerja dalam sektor lapangan usaha yang sama dan kebanyakan bekerja di sektor informal. Mereka pada umumnya datang dari keluarga miskin. Berdasarkan uji statistik regresi logistik penjumlahan maka faktor-faktor sosio ekonomi demograf kepala keluarga yang mempengaruhi pekerja anak adalah: tempat tinggal, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, status pekerjaan (formal, informal) dan upah/gaji.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripto
Abstrak :
Penelitian ini bermula dari pemikiran bahwa prestasi belajar anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Inteligensi merupakan internal kognitif dan kemandirian belajar merupakan internal non kognitif (kepribadian) yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Faktor eksternal yang berpengaruh ,terhadap prestasi belajar antara lain lingkungan keluarga terutama status sosial ekonomi orang tua dan pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak-anaknya.

Penelitian ini mengkaji keterkaitan antara inteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, pola asuh dan kemandirian belajar anak dengan prestasi belajar anak dalam mata pelajaran PMP, Bahasa Indonesia, UPS, Matematika dan IPA.

Sampel penelitian diambil 12 SD secara random dari semua siswa kelas VI yang jumlahnya 417 anak. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes inteligensi dari Raven, angket status sosial ekonomi orang tua, angket pola asuh menurut anak dan menurut orang tua, angket kemandirian belajar anak dan hasil tes Ebtanas yang meliputi mata pelajaran PMP, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA.

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis korelasi berganda. Dari penelitian ini ditemukan bahwa; secara bersama-sama prestasi belajar PMP, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, pola asuh, dan kemandirian belajar anak. Keempat variabel tersebut memberi kontribusi terhadap prestasi belajar PMP 21.821%, Bahasa Indonesia 19.017%, IPS 27.899 %, Matematika 18.380 %, IPA 24.418 %. Secara sendiri-sendiri; (1) prestasi belajar PMP dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing .0001, .0007, 2689, dan 1026. (2) Prestasi belajar Bahasa Indonesia dipengaruhi secara positif oleh tingkat iteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, dan kemandirian belajar anak, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh yang dilakukan orang tua, dengan p masing-masing .0001, .0043, .0088, dan .7948. (3) Prestasi belajar IPS dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing .0001, .0027, 4161, dan 7854. (4) Prestasi belajar Matematika dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan kemandirian belajar anak, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh status sosial ekonomi orang tua dan pola asuh, dengan p masing-masing .0001, .0077, .0829, dan .1035. (5) Prestasi belajar IPA dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing 0001, .0003, .3152, dan .1298.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Nindi Trafanti
Abstrak :
ABSTRAK
Invasi industri musik K-Pop, yang dikenal dengan istilah hallyu, telah menjelma menjadi sebuah budaya populer yang menyebar hampir di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia. Kajian mengenai budaya musik korea pun telah banyak dilakukan dengan melihat fanatisme yang banyak dipengaruhi oleh aspek kemajuan sosial media hingga kedekatan budaya. Studi ini berupaya melengkapi hasil kajian sebelumnya. Oleh karena itu penulis berargumen bahwa tingkat keterpaparan konten budaya musik K-Pop merupakan aspek yang mempengaruhi tingkat fanatisme penggemar. Studi ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data survei terhadap sekitar 96 responden
ABSTRACT
The invasion of the K Pop music industry, known as hallyu, has been transformed into a popular culture spreading almost around the world including Indonesia. The previous study about Korean culture has been explain about fanaticism that influenced by several aspects like social media and cultural proximity. This study attempts to complement the results of previous studies by looking at the relationship of socio economic status and the level of content exposure with level of fanaticism of adolescent fans in Indonesia. This study argue that the cultural content exposure of K Pop music is one of the aspect that influence the level of fanatism of fans in Indonesia. This study uses quantitative research method with survey data collection technique to about 96 respondents.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nyimas Masyito
Abstrak :
Kebijakan pembangunan rumah susun sebagai alternatif perumahan dan permukiman bagi penduduk padat dilaksanakan di Kota Palembang, rumah susun ini berada di Kelurahan 23 Ilir Kecamatan Bukit Kecil merupakan daerah strategis di tengah kota yang merupakan tujuan pendalang untuk menetap. Wilayah rumah susun ini sebelumnya merupakan daerah perkampungan di tengah kota, dan dipicu oleh kebakaran yang terjadi pada bulan Agustus 1981 maka kebijakan untuk mengantisipasi terjadinya wilayah kumuh ditetapkan kebijakan pembangunan wilayah permukiman dan untuk masalah kebakaran yang terjadi, relokasi merupakan salah satu solusi agar tidak terjadi kekumuhan terhadap lahan yang ada. Badan Perhimpunan Penghuni Rumah Susun (BPPRS) yang semestinya badan yang mengelola rumah susun ini, namun kenyataan sekarang bahwa lokasi rumah susun tersebut terlihat kotor, padat dan kumuh terutama pada blok-blok tipe F.18 dan berada di Kelurahan 23 Ilir Kota Palembang yang merupakan daerah yang diobservasi dalam penelitian ini. Permasalahan-permasalahan yang muncul menimbulkan pertanyaan bahwa faktor apa yang menjadi penyebab keadaan yang kumuh tersebut, dan bagaimana pula dengan kebijakan pemerintah dengan membangun rumah susun yang dihubungkan dengan keadaan yang demikian. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan keadaan kumuh di rumah susun 2. Mengevaluasi hasil kebijakan pembangunan rumah susun oleh pemerintah daerah. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, adalah: Terdapat hubungan antara kondisi lingkungan fisik rumah susun dan kondisi sosial ekonomi penghuni rumah susun di Kelurahan 23 Ilir Kota Palembang. Lokasi Penelitian yaitu ada di 3 Blok dari Zona I yang terdiri dan 12 Blok. dan ketiga blok tersebut berada di Kelurahan 23 Ilir Kecamatan Bukit Kecil Palembang. Lokasi ditentukan berdasarkan purposive sampling, sampel ditentukan secara simple random sampling. Variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel kondisi lingkungan fisik terdiri dari: variabel-variabel fisik lingkungan (keadaan drainase dan pengelolaan sampah) dan variabel-variabel fisik bangunan (keadaan ventilasi dan pencahayaan). 2. Variabel Kualitas Hidup (kemiskinan, pengeluaran non makan, pengadaan air bersih. kepadatan, tingkat pendidikan dan kesehatan balita). Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi lapangan serta wawancara mendalam. Wawancara dilakukan untuk mengetahui lebih jelas informasi yang dirasakan belum mencukupi dalam penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari literature dan pihak instansi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Penyajian data dilakukan secara deskriptif dengan data kualitatif dan kuantitatif, analisis menggunakan rumus Chi-Kuadrat. Untuk memudahkan operasi perhitungan digunakan Software SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa: Faktor yang menyebabkan keadaan kumuh di rumah susun Kelurahan 23 Ilir Kota Palembang adalah tidak berjalannya Badan Perhimpunan Penghuni Rumah Susun, dengan didukung pula kualitas hidup penghuninya yang rendah. Tidak terdapat hubungan antara kondisi lingkungan fisik dengan kondisi sosial ekonomi penghuni rumah susun di Kelurahan 23 I1ir (hanya 3 variabel yang berhubungan dari 24 variabel yang dihubungkan atau 12,5%) , menunjukkan bahwa pembangunan runah susun yang ditetapkan pemerintah untuk mencegah terjadinya kekumuhan antara lain meningkatkan kualitas hidup masyarakat, ternyata pembangunan tersebut tidak mampu meningkatkan kualitas hidup penghuninya, bahkan kondisi fisik rumah susun menjadi kumuh. Perlu pertimbangan yang berbeda antara penghapusan kekumuhan dan peningkatan kualitas hidup dimana kedua masalah tersebut memerlukan solusi yang berbeda. Untuk penanggulangan permasalahan kualitas hidup penghuni di rumah susun ini, penentuan mendahulukan penanganan yang paling kritis keadaannya seperti keadaan kemiskinan, air bersih dan faktor kepadatan penghuni perlu ditetapkan, disamping perlunya dibentuk kembali Perhimpunan Penghuni Rumah Susun untuk mengelola rumah susun tersebut.
Correlation between Multi-storey Residential Buildings and the Quality of life of its Inhabitants (A case study on multi-storey apartments at Kampong 23 I1ir Palembang City)Multi-storey residential building (MSRB) policy has been applied in Palembang City as an alternative for housing in dense-populated area. The MSRB built in Kampong 23 Ilir Bukit Kecil Sub District, is a strategic area in the city center that become a popular place to stay for the urban. The location was a slum area. A fire on August 1981 forced the government to issue a regional development and relocation policy to prevent similar accidents happen. The policy included articles on housing to deter the prompt of other slum areas in the city. The Association of MSRB Residents has founded to run its main function to manage the building. But the fact could be found currently is hardly contrasted from the slum since the association failed to act. The worse condition could be found in F.18-hype blocks that being observed by this research. Based on those problems, there is some questions arose: 1). What are the main factors that prompted slum areas in the city?, 2) What are the government policies related to the problems? The purposes of this research are: 1. To identify the main factors have caused the prompt of slum condition at MSRB, 2. To evaluate the government policies on the problems. The hypothesis of this research is: - There is correlation between the physical condition of the MSRB in Kampong 23 Ilir Bukit Kecil Sub District, and the social; economic status of its residents. The research took place in three blocks on Zone 1 of the MSRB in Kampong 23 Ilir, Bukit Kecil Sub District Palembang City which consist 12 blocks. Data collected by using simple random sampling. The variables of this research are: 1. Physical condition variables, including: environmental physic variables (drainage and waste management) and building physic variables (ventilation and lightening). 2. Life quality variables (Primary data were collected by field observation and deep interview. The deep interview was done to fill gap information needed. Secondary data were taken from literature and from related institution. This is result presented descriptively from the qualitative and quantitative data supported by analysis used Chi Square formulation. The calculation was made by using Statistical Package for Social Science (SPPS) software. The results of this research are: - The main factor result in the slum condition at the MSRB: The Association of MSRB Residents is failed to function beside its residents life quality is low. - There's no correlation between Physical condition at the MSRB and the social economic status of its residents (only 3 out of 24 variables has correlation or only 12,5% totally). The finding show that the MSRB policy made by government failed to come to its goals increasing the life quality of the community and to provide a good life conditions. Difference consideration and judgment would be needed to solve the problems of the slum condition of the community since both problems need different solutions. The poverty, non-consume expenses, clean water supply, population density, education degree and the health condition of the children under 5 years old). The main factors ill be done to increase a part of the problems the quality of life in this location beside the Association of MSRB is acted.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Tandean
Abstrak :
Kecemasan anak terhadap perawatan gigi dapat diatasi dengan teknik manajemen perilaku, seperti Tell-Show-Do dan modelling. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat kecemasan anak berdasarkan status sosial ekonomi setelah diberikan penayangan video ekstraksi. Penelitian ini dilakukan pada 142 anak berusia 6-9 tahun dengan menggunakan kuesioner MCDAS f yang telah dimodifikasi. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada anak dengan status sosial ekonomi tinggi dan rendah sebelum dan setelah diberikan penayangan video ekstraksi, namun pada anak dengan status sosial ekonomi tinggi, perbedaan tersebut tidak bermakna. Selain itu, tidak terdapat perbedaan bermakna pada perubahan tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi antara anak dengan status sosial ekonomi tinggi dan rendah sebelum dan setelah diberikan penayangan video ekstraksi. ......Child dental anxiety can be managed by using behaviour management techniques, such as Tell Show Do and modelling. The purpose of this study was to determine the differences of child dental anxiety level based on social economic status after watching tooth extraction video. This study was conducted on 142 children aged 6 9 years using modified MCDAS f questionnaire. Statistical analysis was performed using Wilcoxon test. The results showed that there are different dental anxiety levels in children with upper and lower social economic status before and after watching tooth extraction video, but in children with high social economic status, that difference is insignificant. In addition, there are no significant differences in dental anxiety level changes between children with higher and lower social economic status before and after watching tooth extraction video.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library