Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gineng Pratidina Permana Sakti
Abstrak :
[ABSTRAK Kasus penerimaan terbatas ASEAN dalam norma pengaturan senjata kecil dan senjata ringan menunjukkan peristiwa kontra-tren dari tren penerimaan norma internasional dalam masalah tersebut. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis kondisi-kondisi yang mendasari penerimaan terbatas ASEAN terhadap norma pengaturan senjata kecil dengan berusaha menelusuri proses mikro yang terjadi pada konteks struktur domestik ASEAN sebagai refleksi terhadap dinamika pengaturannya pada tingkat kawasan. Dengan menggunakan metode multi-value Qualitative Comparative Analysis (mvQCA), penelitian ini menemukan bahwa strategic culture dan struktur politik domestik berpengaruh secara signifikan dalam memungkinkan terjadinya saluran normatif bagi resonansi norma pengaturan senjata kecil. Sementara itu, karena adanya perbedaan kompetensi normatif di antara negara-negara ASEAN dan adanya cognitive prior ASEAN yang memiliki kecenderungan untuk menjadi organisasi regional bercorak ?sovereignty-oriented?, ASEAN membatasi penerimaan norma ini dengan melakukan lokalisasi norma pengaturan senjata kecil di kawasan.
ABSTRACT ;ASEAN cases of limited acceptance in small arms control norm represents a counter-trend event of the widely accepted international norms in the matter. This study aimed to analyze the conditions underlying the limited acceptance of ASEAN towards small arms control norms by seeking to explore the micro processes that occur in the context of the domestic structure of ASEAN as a reflection of the dynamics at the regional level. By using the multi-value method Qualitative Comparative Analysis (mvQCA), the study found that strategic culture and domestic political structures affect significantly for the channel which allows the setting of norms resonance for small arms control norms. Meanwhile, because of differences in normative competence among ASEAN countries and the ASEAN?s cognitive priors which leans toward a tendency to become a regional 'sovereignty-oriented' organization, ASEAN limits the acceptance of this norm by setting norms localization of small arms control norms in the region, ASEAN cases of limited acceptance in small arms control norm represents a counter-trend event of the widely accepted international norms in the matter. This study aimed to analyze the conditions underlying the limited acceptance of ASEAN towards small arms control norms by seeking to explore the micro processes that occur in the context of the domestic structure of ASEAN as a reflection of the dynamics at the regional level. By using the multi-value method Qualitative Comparative Analysis (mvQCA), the study found that strategic culture and domestic political structures affect significantly for the channel which allows the setting of norms resonance for small arms control norms. Meanwhile, because of differences in normative competence among ASEAN countries and the ASEAN’s cognitive priors which leans toward a tendency to become a regional 'sovereignty-oriented' organization, ASEAN limits the acceptance of this norm by setting norms localization of small arms control norms in the region]
2015
S60675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putti Ananda Hiswi
Abstrak :
Kajian ini menganalisis kerja sama negara-negara Asia Tenggara untuk menangani perdagangan ilegal senjata ringan (Small Arms and Light Weapon) di kawasan melalui kerangka ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC). Dengan menggunakan pendekatan formal rezim dan metode penelitian causal-process tracing, kajian ini menunjukkan bahwa komponen kontraktualisme dan strukturalisme-situasi dalam interest-based theories of regime serta leadership hegemon dalam power-based theories of regime tidak terpenuhi seutuhnya dalam rezim kerja sama penanganan perdagangan senjata ringan ASEAN. Analisis kajian ini menunjukan upaya penanganan peredaran SALW ilegal oleh AMMTC berbenturan dengan kepentingan yang berasal dari faktor ekonomi, kebutuhan domestik, persinggungan isu sensitif, perbedaan prioritas, masalah bentuk kelembagaan dan tidak adanya ruang untuk leadership hegemon dalam mekanisme ASEAN. Dengan demikian upaya penanganan peredaran SALW ilegal di Asia Tenggara oleh AMMTC menjadi kurang optimal. ...... This study analyses the cooperation of Southeast Asia countries to resolving the illicit trade of Small Arms and Light Weapon in the region through the framework of ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC). By using a formal regime theories and causal-process tracing on research method, this study shows that the components of contractualism and structuralism-situations in interest-based theories of regime as well as hegemon leadership in power-based theories of regimes are not fulfilled in the regime cooperation to resolving the illicit trade of Small Arms ASEAN. The analysis of this study shows that AMMTC's effort to resolving illegal circulation of SALW is in conflict with interests originating from economic factors, domestic needs, sensitive issues, priority differences, institutional forms and absences of hegemon leadership in the ASEAN mechanism. Thus AMMTC's efforts to resolving illegal circulation of SALW in Southeast Asia have become less optimal.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryani Kusumadewi
Abstrak :
Sierra Leone adalah salah satu negara bekas koloni Inggris pads abad ke-19. Pala saat itu Inggris sedang mengalami stagnasi dan depresi ekonomi karena sangat kekurangan sumber daya alam. Pads tahun 1930, sebuah tim survei geologi menemukan berlian di Distrik Kono. Sejak penemuan berlian ini, pemerintah kolonial mulai memanfaatkan berlian sebagai sumber pendapatan mereka. Pada awal tahun 1950-an, sejumlah besar penambang gelap dari negara-negara tetangga datang ke Sierra Leone. Pada tahun 1956, telah terdapat 75.000 penambang gelap yang melakukan penyelundupan berlian dalam skala besar. Tindakan dari para penambang gelap berlian ini telah menyebabkan kekacauan hukum dan peraturan di Sierra Leone. Peristiwa penyelundupan berlian dalam skala besar ini disebut dengan istilah ?Great Diamond Rush?. Pada tahun 1961, Sierra Leone memperoleh kemerdekaan dari pemerintah kolonial Inggris. Negara yang baru merdeka ini diperintah oleh Milton Margai dengan cara memerintah yang sama dengan pemerintah kolonial Inggris. Kemudian pada tahun 1967, Siaka Stevens memenangkan pemilihan umum dan menjadi Presiden Sierra Leone berikutnya. Stevens memberikan dukungan kepada kelompok penambang gelap berlian. Selain itu, Stevens dan rekan-rekannya juga mengeksploitasi berlian untuk kepentingan pribadi mereka. Setelah Stevens pensiun, ia menunjuk Kepala Militer Mayor Jenderal Joseph Saidu Momoh sebagai penggantinya. Pemerintahan Momoh menunjukkan tanda-tanda kehancuran karena didominasi oleh sisa-sisa rezim Stevens yang korup. Akibatnya, perekonomian negara menjadi collapse sehingga negara kekurangan pendapatan fiskal dan rakyat kehilangan kesempatan ekonomi serta bantuan sosial. Pada tahun 1991, Revolutionary United Front (RUT) melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Momoh dari Liberia. Pada scat inilah konflik internal di Sierra Leone dimulai. RUF ini merupakan gerakan pemberontak yang didukung oleh Charles Taylor dari Liberia. Sejak tahun 1995, RUF mulai mengambil alih kendali terhadap pertambangan berlian di Distrik Kano, dan kepentingan RUF terhadap berlian menjadi lebih terfokus. Wilayah pertambangan berlian Kano dan Tonga menjadi fokus militer utama RUF, dan pertambangan berlian menjadi sumber pengalaman utama pelatihan mereka. RUF menjadi sangat terobsesi dengan berlian sehingga kelompok ini sendiri didominasi oleh kebanyakan bekas penambang gelap berlian. RUF menggunakan berlian untuk membiayai pemberontakannya selama konflik internal berlangsung dengan dukungan Liberia. Di Sierra Leone, peran Liberia dan RUF dalam eksploitasi berlian selama konflik internal berlangsung tidak dapat dipisahkan dari jaringan kriminal transfer ilegal Small Arms and Light Weapons (SALW). Terutama karena Charles Taylor dari Liberia berperan sebagai broker atau pedagang perantara untuk menyalurkan SALW kepada RUF yang akan ditukarkan dengan berlian mentah. Charles Taylor bersama dengan RUF telah membentuk jaringan kriminal perdagangan ilegal berlian dengan pars pedagang senjata yang juga merangkap sebagai pedagang berlian ilegal. Pokok permasalahan penelitian ini berkisar mengenai berlian yang telah memberikan motivasi bagi RUF dengan dukungan Liberia untuk mempertahankan dan memelihara peperangan agar dapat melindungi akses mereka terhadap sumber daya alam berlian ini. Tesis ini menggunakan pendekatan political economy of conflict untuk menganalisa peran dari Liberia dan RUF dalam eksploitasi berlian selama konflik internal di Sierra Leone berlangsung. Penelitian ini menemukan bahwa Liberia dan RUF berperan besar dalam eksploitasi berlian selama konflik internal di Sierra Leone berlangsung. RUF juga telah membentuk jaringan kriminal perdagangan berlian baik secara lokal, regional dan internasional (dengan Charles Taylor dari Liberia, perusahaan-perusahaan internasional dan komunitas kriminal dunia). RUF dan Liberia memiliki kepentingan besar untuk memelihara dan mempertahankan konflik internal di Sierra Leone karena keduanya memperoleh keuntungan yang sangat besar clan situasi konflik ini. Peran RUF dan Liberia yang besar dalam eksploitasi berlian di Sierra Leone selama konflik internal berlangsung didasari oleh motif greed dan juga merupakan tindakan resource predation.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library