Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evita Nur Indahsari
"ABSTRAK
Praktik sleep hygiene yang tidak adekuat secara langsung dapat mempengaruhi kualitas tidur pada mahasiswa yang rentan memiliki sleep hygiene tidak adekuat sebagai akibat dari tuntutan kehidupan akademis dan sosialnya, serta kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan tidur. Sleep hygiene tidak adekuat pada mahasiswa dapat menyebabkan beberapa dampak negatif seperti penurunan konsentrasi, perasaan mengantuk sepanjang hari, dan mudah emosi. Penelitian ini dilakukan pada 99 responden mahasiswa Universitas Indonesia dan menggunakan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan mengenai tidur dengan praktik sleep hygiene pada mahasiswa program sarjana reguler Universitas Indonesia. Pengetahuan mengenai tidur diukur menggunakan kuesioner Sleep Knowledge Questionnaire (SKQ) dan praktik sleep hygiene menggunakan Sleep Hygiene Index (SHI). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pengetahuan mengenai tidur berhubungan positif dengan praktik sleep hygiene mahasiswa (p=0,023; α=0,05). Oleh karena itu, dibutuhkan upaya promotif seperti adanya pendidikan kesehatan tidur untuk meningkatkan kualitas tidur mahasiswa.

ABSTRACT
Inadequate sleep hygiene practice can directly affect the quality of sleep in college students that prone to have inadequate sleep hygiene as a result of the demands of the academic and social life, and also because their lack of knowledge about sleep hygiene. Inadequate sleep hygiene in college students may cause some negative impacts such as decreased concentration, feeling sleepy during the day, and irritable. This study was conducted on 99 students in University of Indonesia and using cross sectional study design. This study using a Sleep Knowledge Questionnaire (SKQ) and Sleep Hygiene Index (SHI) to measure student?s sleep knowledge and sleep hygiene practice. Based on this research, the results show that the sleep knowledge is positively associated with student sleep hygiene practices (p=0,023; α=0,05). Therefore, intervention based on health promotion is needed such as sleep health education to improve the students? sleep quality."
2016
S65644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Devita Harmoniati
"[ABSTRAK
Latar belakang: Gangguan tidur adalah kumpulan kondisi yang ditandai dengan gangguan jumlah, kualitas, atau waktu tidur. Dampaknya adalah gangguan belajar, memori, perubahan mood, perilaku, dan kesulitan mempertahankan perhatian. Data intervensi Sleep Hygiene di Indonesia belum tersedia.
Tujuan: Untuk mengetahui: (1) prevalens dan gambaran gangguan tidur, (2) pengaruh intervensi Sleep Hygiene pada keluhan mengantuk, mood, kesulitan bangun, dan durasi tidur, (3) pengaruh intervensi terhadap nilai SDSC dan PDSS.
Metode: Penelitian quasi eksperimental di 3 SDN di Jakarta Pusat pada bulan Mei-Juni 2015. Skrining gangguan tidur menggunakan Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) dan Pediatric Daytime Sleepiness Scale (PDSS). Murid dengan gangguan tidur dimintakan persetujuan intervensi selama 8 minggu. Evaluasi dengan kuesioner SDSC dan PDSS.
Hasil: Prevalens gangguan tidur 25,1%. Gambaran gangguan tidur yaitu Disorder of initiating and maintaining sleep (DIMS) 61,5%, Sleep wake transition disorder (SWTD) 61,5%, Disorder of excessive somnolence (DOES) 55,4%, dan Disorder of arousal (DA) 51,5%. Terdapat perbaikan keluhan mengantuk, perubahan mood, dan kesulitan bangun pagi. Terdapat penurunan nilai SDSC pre dan post intervensi (p < 0,001).
Kesimpulan: Prevalens gangguan tidur anak usia sekolah 25,1%. Dampak intervensi sleep hygiene yaitu perbaikan keluhan mengantuk, perubahan mood, dan kesulitan bangun pagi. Terdapat perbedaan bermakan nilai SDSC pre dan post intervensi.
ABSTRACT
Background: Sleep disorder is a condition characterized by disorder of amount, quality, or duration of sleep. Its impacts are difficulties in learning, memory, mood, behavior, and attention. No data of sleep hygiene intervention in Indonesia.
Objectives: To evaluate: (1) prevalence and description of sleep disorder in school age children, (2) impact of intervention on daytime sleepiness, mood, difficulty waking up, and duration of sleep, (3) impact of intervention on SDSC and PDSS score.
Methods: A quasi experiment study in 3 elementary school in Central Jakarta on Mei-June 2015. Screening of sleep disorder used the Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) and the Pediatric Daytime Sleepiness Scale (PDSS). Students with sleep disorder followed intervention for 8 weeks. Evaluation used SDSC and PDSS.
Results: There were 25.1% subjects with sleep disorders, consisting of Disorder of initiating and maintaining sleep (DIMS) 61.5%, Sleep wake transition disorder (SWTD) 61.5%, Disorder of excessive somnolence (DOES) 55.4%, and Disorder of arousal (DA) 51.5%. There were improvements in daytime sleepiness, mood, difficulty waking up, and the SDSC score.
Conclusions: Sleep disorder prevalence in school age children is 25.1%. Sleep hygiene intervention shows improvement in daytime sleepiness, mood, difficulty waking up, and significant improvement of the SDSC score.;Background: Sleep disorder is a condition characterized by disorder of amount, quality, or duration of sleep. Its impacts are difficulties in learning, memory, mood, behavior, and attention. No data of sleep hygiene intervention in Indonesia.
Objectives: To evaluate: (1) prevalence and description of sleep disorder in school age children, (2) impact of intervention on daytime sleepiness, mood, difficulty waking up, and duration of sleep, (3) impact of intervention on SDSC and PDSS score.
Methods: A quasi experiment study in 3 elementary school in Central Jakarta on Mei-June 2015. Screening of sleep disorder used the Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) and the Pediatric Daytime Sleepiness Scale (PDSS). Students with sleep disorder followed intervention for 8 weeks. Evaluation used SDSC and PDSS.
Results: There were 25.1% subjects with sleep disorders, consisting of Disorder of initiating and maintaining sleep (DIMS) 61.5%, Sleep wake transition disorder (SWTD) 61.5%, Disorder of excessive somnolence (DOES) 55.4%, and Disorder of arousal (DA) 51.5%. There were improvements in daytime sleepiness, mood, difficulty waking up, and the SDSC score.
Conclusions: Sleep disorder prevalence in school age children is 25.1%. Sleep hygiene intervention shows improvement in daytime sleepiness, mood, difficulty waking up, and significant improvement of the SDSC score., Background: Sleep disorder is a condition characterized by disorder of amount, quality, or duration of sleep. Its impacts are difficulties in learning, memory, mood, behavior, and attention. No data of sleep hygiene intervention in Indonesia.
Objectives: To evaluate: (1) prevalence and description of sleep disorder in school age children, (2) impact of intervention on daytime sleepiness, mood, difficulty waking up, and duration of sleep, (3) impact of intervention on SDSC and PDSS score.
Methods: A quasi experiment study in 3 elementary school in Central Jakarta on Mei-June 2015. Screening of sleep disorder used the Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) and the Pediatric Daytime Sleepiness Scale (PDSS). Students with sleep disorder followed intervention for 8 weeks. Evaluation used SDSC and PDSS.
Results: There were 25.1% subjects with sleep disorders, consisting of Disorder of initiating and maintaining sleep (DIMS) 61.5%, Sleep wake transition disorder (SWTD) 61.5%, Disorder of excessive somnolence (DOES) 55.4%, and Disorder of arousal (DA) 51.5%. There were improvements in daytime sleepiness, mood, difficulty waking up, and the SDSC score.
Conclusions: Sleep disorder prevalence in school age children is 25.1%. Sleep hygiene intervention shows improvement in daytime sleepiness, mood, difficulty waking up, and significant improvement of the SDSC score.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Juwi Athia Rahmini
"ABSTRAK
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering dan prevalensi nya meningkat pada pasien hemodialisis. Insomnia yang tidak ditangani lebih lanjut akan menyebabkan kematian. Back massage adalah salah satu intervensi keperawatan komplementer yang dapat memberikan peningkatan rasa nyaman dan relaksasi otot. Sementara sleep hygiene adalah kebiasaan sehari-hari yang berhubungan dengan proses tidur yang dapat di gunakan untuk mengatasi insomnia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh back massage dan sleep hygiene terhadap insomnia. Metode: Desain penelitian adalah quasi eksperimen, pre post-test with control, dengan jumlah total sampel 30 orang, dengan tehnik consecutive sampling. Responden dibagi dalam dua kelompok yaitu 15 orang yang diberikan intervensi back massage dan sleep hygiene; 15 orang lainnya yang diberikan intervensi sleep hygiene. Back massage dilakukan sebanyak 3 sesi (10 menit per sesi) di unit HD dan sebelum tidur malam di rumah selama 8 hari. Pengukuran insomnia dengan menggunakan Indeks Kualitas Tidur Pittsburgh. Hasil: Back massage dan sleep hygiene menunjukkan perbedaan nilai rata-rata insomnia 1,6 lebih besar dibandingkan dengan pemberian sleep hygiene dengan nilai rata-rata 0,4 (p= 0,0001). Rekomendasi: Back massage dan sleep hygiene dapat diaplikasikan oleh perawat dan keluarga sebagai bagian dari program intervensi komplementer non farmakologis untuk menurunkan keluhan insomnia dan meningkatkan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis.

ABSTRACT
Insomnia is the most frequent sleep disorder and high prevalence occurs in hemodialysis patient. If insomnia is not treated in advance, it will enchance mortality. Back massage is one of the complementary nursing interventions can increase comfort and muscle relaxation. Other intervention; sleep hygiene can be used as intervention for sleep disorder. This study aimed to identify the effect of back massage and sleep hygiene on insomnia. Method: This study used a quasi-experimental study design, pre post-test with control, recruited 30 sample by consecutive sampling technique. The implementation was conducted in November until December 2018. Respondents were divided into two groups: 15 sample of intervention groups provided back massage and sleep hygiene and 15 sample of intervention group provided sleep hygiene. Back massage provide in 3 session (10 minute per sesi) in Hemodialysis unit and before sleep for 8 days at home. The implementation of insomnia was evaluated using the Pittsburgh Sleep Quality Index. Results: The intervention of back massage and sleep hygiene showed differences in mean value of insomnia 1.6 greater than that of sleep hygiene with a mean value of 0.4 (p value 0,0001). Recommendation: Back massage and sleep hygiene can be applied by nurses as part of a non-pharmacological complementer intervention to reduce insomnia and improve the sleep quality of patients undergoing hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T52517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Nur Indahsari
"ABSTRACT
Mahasiswa merupakan kelompok usia dewasa awal yang rentan memiliki sleep hygiene tidak adekuat sebagai akibat dari tuntutan kehidupan akademis dan sosialnya, serta kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan tidur. Praktik sleep hygiene yang tidak adekuat secara langsung mempengaruhi kualitas tidur pada mahasiswa sehingga dapat menyebabkan beberapa dampak negatif seperti penurunan konsentrasi, perasaan mengantuk sepanjang hari, dan mudah emosi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan mengenai tidur dengan praktik sleep hygiene pada mahasiswa program sarjana reguler Universitas Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pengetahuan mengenai tidur berhubungan positif dengan praktik sleep hygiene mahasiswa p=0,023; ?=0,05 . Oleh karena itu, dibutuhkan upaya promotif seperti adanya pendidikan kesehatan tidur untuk meningkatkan kualitas tidur mahasiswa.

ABSTRACT
College student is a young adult age group that prone to have inadequate sleep hygiene as a result of the demands of their academic and social life, and also because their lack of sleep knowledge. Inadequate sleep hygiene practice affects the quality of sleep so that they can lead to several negative consequences for students such as decreased concentration, feeling sleepy during the day, and irritable. This study used a cross sectional study which aimed to determine the relationship between sleep knowledge and the sleep hygiene practices in undergraduate regular student University of Indonesia. Based on this research, the results show that the sleep knowledge is positively associated with student sleep hygiene practices p 0,023 0,05 . Therefore, promotive intervention is needed such as sleep health education to improve the students rsquo sleep quality."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Velika Wijaya
"ABSTRACT
Mahasiswa sering kali memiliki kualitas tidur yang kurang baik. Salah satu penyebab kualitas tidur yang kurang baik pada mahasiswa adalah tingginya tuntutan akademis di tingkat perguruan tinggi. Tingginya tuntutan akademik menyebabkan stres akademik. Sleep hygiene yang baik menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh moderasi sleep hygiene terhadap hubungan antara stres akademik dengan kualitas tidur mahasiswa. Partisipan penelitian berjumlah 328 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Kualitas tidur diukur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI, stres akademik diukur melalui Student-Life Stress Inventory SSI, dan sleep hygiene diukur dengan Sleep Hygiene Index SHI. Hasil penelitian menemukan bahwa model statistik signifikan.

ABSTRACT
College students are often subjected to poor sleep quality. High academic demand in university which leads to academic stress, becomes one of the reason for poor sleep quality. Good sleep hygiene has become a way to improve sleep quality. This study examine the effect of academic stress on sleep quality with sleep hygiene as the moderator in college students. This study was conducted on 328 participants from various universities in Indonesia. Sleep quality was measured using the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI, academic stress was measured by the Student Life Stress Inventory SSI, and sleep hygiene was measured by the Sleep Hygiene Index SHI. Results showed that the model was significant."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vindry Yana Cappenberg
"ABSTRACT
Pengemudi adalah salah satu pekerjaan kompleks yang melibatkan persepsi, koordinasi sensorimotorik serta membutuhkan kewaspadaan dan pembuatan keputusan. Jam kerja yang tidak tentu akan berpengaruh terhadap kuantitas tidur dan kualitas tidur meeka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran pengaruh sleep hygiene terhadap kuantitas tidur dan kualitas tidur pengemudi truk muatan. Desain studi cross-sectional digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI terhadap 45 pengemudi laki-laki. Ditemukan sebanyak 25 orang 55,6 mendapatkan penilaian sleep hygiene buruk, dengan jumlah pengemudi yang mengalami kuantitas tidur kurang sebanyak 13 orang 52 dan kualitas tidur buruk sebanyak 14 orang 56. Kesimpulannya sleep hygiene memberi pengaruh baik terhadap kuantitas tidur maupun kualitas tidur pengemudi truk di PT. X walaupun dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan.

ABSTRACT
The driver is one of the complex jobs involving perception, sensorimotoric coordination as well requires vigilance and decision making. Unnecessary working hours will affect the quantity of sleep and the quality of their sleep. The purpose of this study was to look at the effect of sleep hygiene on the quantity of sleep and the sleep quality of truckload drivers. A cross sectional study design was used in this study using the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI questionnaire of 45 male drivers. It was found that 25 people 55,6 got poor sleep hygiene rating, with the number of drivers who experienced less sleeping quantity as many as 13 people 52 and poor sleep quality as many as 14 people 56. In conclusion sleep hygiene gives good influence on the quantity of sleep and sleep quality truck drivers at PT. X although in this study there is no significant relationship."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Muhammad Yanuar Abdurrahman
"Kualitas tidur yang buruk di kalangan mahasiswa dapat mempengaruhi kondisi fisik dan aktivitas belajar. Sleep hygiene yang berkaitan dengan kualitas tidur dapat mempengaruhi kualitas konsenterasi maupun daya ingat mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dan daya ingat pada mahasiswa Universitas Indonesia.
Desain penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan potong lintang cross sectional terhadap 450 mahasiswa sarjana dan menggunakan metode cluster random sampling. Pengumpulan data penelitian menggunakan instrumen dalam bentuk kuesioner yaitu Sleep Hygiene Index SHI, Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI, dan Everyday Memory Questionnaire EMQ.
Sampel penelitian yang berasal dari tiga rumpun ilmu dengan karakteristik aktivitas dan kualitas tidur yang berbeda. Tiga rumpun di Universitas Indonesia adalah Rumpun Ilmu Kesehatan, Rumpun Ilmu Sains dan Teknologi, dan Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora.
Hasil uji t-Independen memperlihatkan ada hubungan sleep hygiene, dan kualitas tidur dengan daya ingat mahasiswa Universitas Indonesia p=0,001, p=0,008; ? =0,05. Hasil peneliltian ini diharapkan akan memberikan solusi kepada mahasiswa agar dapat meningkatkan kualitas tidurnya sehingga memiliki status kesehatan fisik, kognitif, maupun psikologis yang optimal.

Poor sleep quality among student can affect the physical condition and learning activities. Sleep Hygiene is associated with sleep quality that affects the concentration and memory of the students. This study aims to determine the relationship of sleep quality and lack of memory among college student of University Indonesia.
Design of this study is analytical with cross sectional approach which will be conducted toward 450 sample undergraduate student and using cluster random sampling methods. The data collection research using instrumet in the form of questionnaire that is Sleep Hygiene Index SHI, The Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI and Everyday Memory Questionnaire EMQ.
The study samples which come from three clusters are expected to show the characteristics of activities and sleep quality. The three clusters in University Indonesia are health science cluster, science and technology cluster, and social science humanities cluster.
The result are using t test Independent and showed relationship between sleep hygiene, sleep quality and lack of memory among of Students University Indonesia p 0,001, p 0,008 0,05. The results of this study is expected to provide solutions to students in order to improve the quality of sleep so as to have the physical, cognitive, and psychological health status optimal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Novianti
"Sesuai dengan target pembangunan nasional Indonesia yaitu pembangunan infrastruktur, khususnya infrastruktur yang mendukung konektivitas antardaerah dalam bentuk jalan tol sangat intensif dilakukan. Namun demikian, seiring dengan perkembangan tersebut, aspek K3 juga muncul sebagai topik utama yang memicu perhatian untuk diteliti oleh penulis. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pada tahun 2018 ada deretan insiden kecelakaan kerja yang terjadi di industri konstruksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja subyektif dalam proyek pembangunan jalan tol PT X, Jakarta. Desainnya adalah cross sectional dan sampel terdiri dari 120 pekerja yang menanggapi kuesioner dasar yang dikelola sendiri untuk nutrisi pekerja, karakteristik individu dan karakteristik pekerjaan. Kelelahan diukur dengan Kuesioner IFRC dengan 30 item. Karakteristik psikologis kerja terdiri dari tuntutan di tempat kerja, dukungan sosial, peran dalam organisasi, dan kepuasan kerja yang diukur dengan Kuisioner COPSOQ III. Sleep hygiene diukur dengan Sleep Hygiene Index dan kualitas tidur diukur dengan kuesioner PSQI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelelahan kerja subyektif dengan riwayat penyakit, kegiatan olahraga, masa kerja, shift kerja, tuntutan tempat kerja, peran organisasi, sleep hygiene, kualitas tidur. Namun, tidak ada korelasi yang menunjukkan antara kelelahan kerja subyektif dengan usia, status perkawinan, perilaku merokok, posisi kerja, durasi kerja harian, BMI, kegiatan minum kopi, kegiatan konsumsi minuman energi, konsumsi gorengan, dukungan sosial, kepuasan kerja.

In accordance with Indonesias national development targets, infrastructure development, especially infrastructure that supports inter-regional connectivity in the form of toll roads is very intensively carried out. Nevertheless, along with the development, the OHS aspect also emerged as the main topic that triggered the attention to be investigated by the author. This is due to the fact that in 2018 there were rows of work accident incidents that occurred in the construction industry. The purpose of this study is to analyze factors that related to subjective work fatigue in toll-road construction PT X, Jakarta. The design was cross sectional and included 120 employees who responded to the self-administered baseline questionnaire for worker nutrition along with worker characteristic and job characterstic. Fatigue was measured with IFRC Questionnaire with 30-item. Psychological work characteristics comprised demands at work, social support, roles in the organization, and job satisfaction as measured by the was measured with COPSOQ III Questionnaire. Sleep hygiene measured with Sleep Hygiene Index and sleep quality measured with PSQI Questionnaire. The result of this research showed that there was a correlation between subjective work fatigue with disease history, exercise, years of service, work shifts, workplace demands, organizational role, sleep hygiene, sleep quality. However, no correlation showed between subjective work fatigue with age, marital status, smoke habit, job position, daily work duration, BMI, coffee drinking, energy drink consumption, fried consumption, social support, job satisfaction."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vediana Aulia Rahman
"Nyeri menjadi salah satu alasan seseorang untuk berobat ke rumah sakit. Nyeri mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang salah satunya kualitas tidur. Kualitas tidur yang buruk membuat seseorang menjadi sulit untuk fokus, kurang energi, hingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Teknik relaksasi merupakan salah satu intervensi non farmakologis yang disarankan untuk meningkatkan kualitas tidur. Pasien perempuan usia 34 tahun menderita nyeri hebat di kepala tanpa penyebab pasti. Nyeri sangat berat dirasakan hingga membuat pasien tidak dapat tidur selama beberapa hari. Pasien mengeluhkan kelelahan, nyeri, dan tidak dapat tidur. Nyeri berkurang ketika diberikan terapi farmakologi namun tidak sepenuhnya hilang. Pasien tidak diberikan terapi farmakologi untuk mengatasi kesulitan tidur, skor Pittsburgh Sleep Quality Index atau PSQI 13 (Kualitas tidur buruk) dan skor Insomnia Severity Index atau ISI 16 (insomnia berat). Penulis memberikan intervensi relaksasi Benson dan melakukan sleep hygiene untuk meningkatkan kualitas tidur pasien selama 1 minggu. Setelah intervensi terdapat perbaikan pada kualitas tidur pasien ditandai dengan skor PSQI pasien menurun menjadi 5 (kualitas tidur baik) dan skor ISI 6. Pasien juga mengatakan merasa lebih segar dan berenergi untuk melakukan aktivitas di siang hari karena kebutuhan tidur sudah tercukupi. Hal ini menunjukan bahwa teknik relaksasi benson memberikan manfaat serta perubahan signifikan pada kualitas tidur pasien.

Pain is one of the reasons for someone to go to the hospital. Pain affects various aspects of a person's life, one of which is the quality of sleep. Poor sleep quality makes it difficult for a person to focus, lack of energy, and is unable to carry out daily activities. Relaxation techniques are one of the non-pharmacological interventions that are recommended to improve sleep quality. A 34-year-old female patient suffers from severe pain in the head without a definite cause. The pain is so severe that it makes the patient unable to sleep for several days. The patient complains of fatigue, pain, and inability to sleep. Pain lessens when therapy is given but does not completely go away. Patients were not given pharmacological therapy to treat sleep difficulties, the patient’s Pittsburgh Sleep Quality Index or PSQI score 13 (poor sleep quality) and the Insomnia Severity Index or ISI score is 16 (intermediate insomnia). The author provides Benson relaxation interventions and performs sleep hygiene to improve the patient's sleep quality for 1 week. After 1 week of intervention, the patient's PSQI score decreased to 5 (good sleep quality) and an ISI score of 6. The patient also said she felt more refreshed and energized to do activities during the day because her sleep needs were fulfilled. This shows that the Benson relaxation technique provides significant benefits and changes in the patient's sleep quality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilhan Khazin
"Tidur merupakan hal yang penting bagi manusia untuk bertahan hidup, bahkan tidur menghabiskan sepertiga dari hidup manusia. Kejadian kurang tidur saat ini menjadimasalah yang umum terjadi di sekolah menengah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di berbagai sekolah menengah atas di Indonesia menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kualitas tidur yang buruk lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memiliki kualitas tidur yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah terdapat hubungan antara sikap, dukungan sosial, efikasi diri, niat, dan praktik sleep hygiene dengan kualitas tidur pada remaja di SMA Negeri 21 Kota Bekasi dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 288 responden yang terdiri dari kelas 10 dan kelas 11. Penelitian yang dilakukan menunjukkan sebagian remaja di SMA Negeri 21 Kota Bekasi memiliki sikap, dukungansosial, efikasi diri, niat, dan praktik sleep hygiene yang baik tetapi memiliki kualitas tidur yang buruk. Hal ini dikarenakan untuk memiliki kualitas tidur yang baik, diperlukan adanya kesadaran dan praktik untuk menerapkan hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas tidur. Sebanyak 191 responden (66,3%) memiliki kualitas tidur yang buruk. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara efikasi diri dan praktik sleephygiene dengan kualitas tidur, yang artinya siswa dengan efikasi diri dan praktik sleep hygiene yang baik maka kualitas tidurnya akan baik. Sementara pada sikap, dukungan sosial, dan niat tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kualitas tidur. Oleh karena itu, diperlukan adanya edukasi maupun program kesehatan untuk meningkatkan kualitas tidur pada remaja.

Sleep is essential for humans to survive, even it takes one-third of human life. Sleep deprivation is now a common problem in middle school students. Based on research conducted in various high schools in Indonesia, It shows that more students have poor sleep quality than students who have good sleep quality. This research was conducted to identify a possible relationship between attitudes, social support, self-efficacy, intentions and sleep hygiene practices with sleep quality in adolescents at SMA Negeri 21 Bekasi. This study used a cross-sectional method. The sample used in this study was 258 respondents consisting of grades 10 and grade 11. The research conducted showed that some adolescents at SMA Negeri 21 Kota Bekasi have good attitudes, social support, self-efficacy, intentions, and sleep hygiene practices but have poor sleep quality, this is because to have good sleep quality, awareness and practices both needed to implement things that can improve sleep quality. 191 respondents or 66,3% had poor sleep quality. The results showed that there was a positive association between self-efficacy and sleep hygiene practices and sleep quality, which means that students with good self-efficacy and sleep hygiene practices will have good sleep quality. Meanwhile, attitudes, social support and intentions did not show a relationship with sleep quality. Therefore, education and health programs are needed to improve the quality of sleep in adolescents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>