Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kanthi Soraca Widiatmika
Abstrak :
Screen time pada anak semakin meningkat seiring berkembangnya teknologi. Peningkatan screen time tersebut dapat menyebabkan sejumlah dampak, salah satunya adalah gangguan pola tidur. Penelitian ini menggambarkan hubungan screen time dengan pola tidur anak sekolah dasar di SDN Beji 1 Depok. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang. Instrumen yang digunakan adalah Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) yang disebar ke seluruh murid SDN Beji 1 Depok dan diisi oleh orang tua atau pengasuh dengan tingkat pendidikan minimal Sekolah Menengah Pertama. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dari 183 data sehingga didapat 100 data yang dianalisis. Hasil analisis Chi-Square menunjukkan adanya hubungan berbeda bermakna secara statistik antara screen time berlebih dengan gangguan pola tidur pada anak (p = 0,024). Anak dengan screen time berlebih memiliki peluang mengalami gangguan pola tidur 2,6 kali lebih tinggi dibandingkan anak dengan screen time tidak berlebih (OR = 2,6 dan IK 95% = 1,123-6,243). Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara screen time dengan pola tidur anak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan screen time untuk mengurangi peluang terjadinya gangguan pola tidur. ...... Screen time for children is increasing as technology develops. The increase in screen time can cause a number of impacts, one of which is a sleep pattern disorder. This study describes a screen time relationship to the sleep patterns of elementary school children at SDN Beji 1 Depok. A cross-sectional study was used for this research along with the Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) instrument, which was filled by parents and/or caregivers with a minimum educational background of junior high school. A total of 183 datasets collected, and 100 of those were sampled for analysis. The results of Chi-square analysis showed a statistically significant relationship between screen time and sleep pattern disorder (p = 0.024). Children with excessive screen time have 2.6 times higher risk of having sleep pattern disorder (OR = 2.6 and IK 95% = 1.123-6.243). Based on these results, it can be concluded that there is a relationship between screen time and childrens sleep pattern. Therefore, screen time restriction is needed to reduce the chance of sleep pattern disorder.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathul Gani Santoso
Abstrak :
Latar belakang: Pandemi COVID-19 menyebabkan anak tetap tinggal di rumah untuk menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal ini dapat berdampak kepada peningkatan paparan screen time anak yang melebihi anjuran. Lebih lanjut hal ini dapat berpotensi terjadinya gangguan tidur. Pada anak dengan thalassemia, yang memiliki beberapa penyulit, dapat semakin meningkatkan risiko gangguan tidur tersebut sehingga akan berdampak terhadap tumbuh kembang anak. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan menggunakan instrumen Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) versi Bahasa Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling pada orang tua pasien thalassemia yang berada di Poli Hematologi dan Ruang Transfusi RSCM Kiara. Hasil: Dari 93 data yang diperoleh, sebanyak 85 data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang kemudian dianalisis. Subjek didominasi oleh kelompok usia sekolah dengan rentang usia 6-15 tahun (51,2%) dan berjenis kelamin laki-laki (57,6%). Sebanyak 57 dari 85 subjek memiliki tingkat screen time yang tinggi. Dengan menggunakan kuesioner SDSC didapatkan juga 50 dari 85 subjek mengalami gangguan tidur dengan hiperhidrosis saat tidur menjadi faktor gangguan tidur terbanyak (26%). Terdapat hubungan bermakna antara screen time dan gangguan tidur (p=0,01). Pasien anak thalassemia dengan screen time tinggi (lebih dari 120 menit) memiliki peluang untuk mengalami gangguan tidur 3,35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien thalassemia yang tidak memiliki screen time tinggi (OR = 3,35 dan CI 95% = 1,31-8,59). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara screen time dan gangguan tidur pada pasien thalassemia sehingga perlu dilakukan edukasi dan pembatasan screen time. ......Introduction: The COVID-19 pandemic has caused children to stay at home and undergo distance learning. This situation can have an impact on increasing exposure to child screen time exceeding the recommendation. Furthermore, it can potentially lead to sleep disturbances. Especially for children with thalassemia, having complications, be able to increase the risk of these sleep disturbances that will increasingly impact the child's development. Method: This study used a cross-sectional design using instruments Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC) Indonesian version. Subject selection is done by consecutive sampling in parents of thalassemia patients in the Hematology Poly and Transfusion Room of RSCM Kiara. Result: Of the 93 data obtained, 85 data met the inclusion and exclusion criteria which were then analyzed. Subjects were dominated by the school age group with an age range of 6-15 years (51.2%) and were male (57.6%). As many as 57 out of 85 subjects have level screen time tall one. Using the SDSC questionnaire, it was also found that 50 out of 85 subjects experienced sleep disturbances with hyperhidrosis during sleep being the most common sleep disturbance factor (26%). There was a significant relationship between screen time and sleep disturbance (p=0.01). Thalassemia pediatric patients with high screen time (more than 120 minutes) had a 3.35 times higher chance of experiencing sleep disturbances compared to thalassemia patients who did not have high screen time (OR = 3.35 and 95% CI = 1.31- 8,59). Conclusion: In conclusion, this study recommends education and screen time restriction be needed for children with thalassemia to reduce the chance of sleep disturbances.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salendu, Praevilia Margareth
Abstrak :
Latar belakang : Tidur berguna untuk kesehatan mental, emosi, fisik, dan sistem imunitas tubuh. Gangguan tidur pada anak semakin menjadi masalah karena akan berdampak pada mood, perilaku dan intelektual anak. Dilaporkan, insidensi gangguan tidur pada anak lebih tinggi pada kasus epilepsi. Tujuan : Mengetahui prevalensi gangguan tidur pada anak dengan epilepsi, serta menilai hubungan antara faktor-faktor risiko yang memengaruhinya kejadian gangguan tidur pada anak dengan epilepsi. Metode : Studi potong lintang yang dilakukan di Poliklinik Anak Kiara RS Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan populasi anak epilepsi usia 4-18 tahun. Penilain variabel gangguan tidur menggunakan kuesioner sleep disturbance scale for children (SDSC) terdiri dari 26 pertanyaan yang telah tervalidasi sebelumnya. Kuesioner akan diisi oleh orang tua mengenai pola tidur anak dalam 6 bulan terakhir. Pasien yang sebelumnya memiliki gangguan tidur primer seperti obstructive sleep apnea (OSA), sindrom epilepsi, disabilitas intelektual, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) akan dieksklusi. Hasil : Didapatkan 99 subyek dengan karakteristik 22,2% menderita epilepsi intraktabel, 28,2% serebral palsi dan 64,6% tipe kejang umum. Dari hasil kuisioner SDSC didapatkan 71,7% anak dengan epilepsi mengalami gangguan tidur, jenis terbanyak 62% gangguan memulai dan mempertahankan tidur. Faktor risiko yang terbukti memengaruhi secara independen kejadian gangguan tidur pada pasien epilepsi adalah tipe kejang umum, serebral palsi, epilepsi intraktabel, elektroensefalografi (EEG) abnormal, dan obat antiepilepsi (OAE) jenis nonbenzodiazepin. Kesimpulan : Tipe kejang umum, serebral palsi, epilepsi intraktabel, abnormalitas EEG, dan OAE jenis non-benzodiazepin bermakna secara statistik independen memengaruhi kejadian gangguan tidur pada epilepsi.
Background : Sleep is affecting mental health, emotional, physical, and immune system. Sleep disorder in children was increased and became a burden because it will affect the mood, behaviour and intellectual. Reportedly, the incidence of sleep disorder is higher in children with epilepsy. Objective : Knowing the prevalence of sleep disorder in children with epilepsy, and to assess the risk factors which affecting it. Methods : A cross-sectional study was conducted at children polyclinic Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta with populations of epilepsy children aged 4- 18 years old. The assessment of sleep disorder using the sleep disturbance scale for children (SDSC), which consist of 26 questions that had been previously validated. The questionnaire will be filled out by parents regarding the childs sleep pattern in the past 6 months. Patients who had primary sleep disorders such as obstructive sleep apnea (OSA), epilepsy syndrome, intellectual disabilities, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) will be excluded. Results : There were 99 subjects, with characteristics are 22.2% had intractable epilepsy, 28.2% had cerebral palsy and 64.6% generalized seizures. The prevalence of sleep disorder in child with epilepsy in this study was 71.7%, the most frequent type was disorder of starting and maintaining sleep. Risk factors that have been shown to independently affecting the incidence of sleep disorder in epilepsy patients are generalized seizures, cerebral palsy, intractable epilepsy, electroencephalography (EEG) abnormality, and non-benzodiazepine type antiepileptic drugs (AED). Conclusion : Generalized seizure, cerebral palsy, intractable epilepsy, EEG abnormality, and non-benzodiazepine type of AED are statistically significant affecting the incidence of sleep disturbance in epilepsy independently.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library