Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marendi Rahman
"Copper Slag in the fomi of waste coming from process purification of copper exploited as material for the construction. Material of Copper slag which has the character of cement was exploited with cement by substituting in concrete mixture and that expected it can improve the compressive strength, flexural strength, and shear strength at the concrete.
This research is done in laboratory by doing examination to test object which have been design with composition 10%, 15%, 20%, 25% and 30% Hom cement weight which required in concrete mixture. Examination of the test objects in the form of examination of compressive strength, flexural strength and shear strength. From composition which have been planned, is expected to get the optimum value which fiom rate of copper slag required as substitution cement.
Pursuant to the research by using slag copper which is have gradation near by sand gradation is got that optimum rate of slag copper as substitution cement is 15% fiom required cement weight. Concrete mixture with rate of copper slag 15% this got compressive strength with degradation 28,488% from compressive strength of normal concrete. While for flexural strength with sameness rate of copper slag is increased 6,25% from flexural strength of normal concrete. And for shear strength with sameness rate of copper slag is got degradation l0,909% from shear strength of normal concrete.

Copper Slug berupa limbah yang berasal dari proses pemurnian tembaga yang dimanfaatkan sebagai material untuk konsu-uksi. Material copper slag yang memiliki sifat cemenric ini dimanfaatkan dengan rnensubtitusi semen dalam campuran beton sehingga diharapkan dapat meningkatkan kuat tekan, kuat lentur, dan kuat geser beton tersebut.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium dengan cara melakukan pengujian terhadap benda uji yang telah didesain dengan komposisi 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% dari berat semen yang dibutuhkan dalam campuran beton. Pengujian benda uji tersebut berupa pengujian kuat tekan, kuat lentur dan kuat geser. Dari komposisi yang telah direnoanakan diharapkan didapat nilai optimum yang dari kadar copper slag yang dibutuhkan sebagai pensubtitusi semen berdasarlcan berat semen yang dibutuhkan.
Berdasarkan penelitian dengan menggunakan copper slag yang bergradasi mendekati gradasi pasir ini didapatkan bahwa kadar optimum copper slag sebagai subtitusi semen adalah sebesar 15% dari berat semen yang dibutuhkan. Campuran beton dengan kadar copper slag sebesar 15% ini didapatkan kuat tekan dengan penurunan sebesar 28,488% dari kuat tekan beton normal. Sedangl-can untuk kuat lentumya dengan kadar copper slag yang sama teljadi kenaikan sebesar 6,25% dari kuat lentur beton normal. Dan untuk kuat gesemya dengan kadar copper slag yang sama pula terjadi penurunan sebesar lO,909% dari kuat geser beton normal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ansari
"Paradigma baru dalam pengelolaan dan perkembangan industri pertimahan di Provinsi Bangka Belitung telah memunculkan perusahaan-perusahaan yang melaksanakan pemurnian bijih timah. Dalam proses pemurnian bijih timah hingga menjadi logam timah juga menghasilkan s/ag timah yang mengandung unsur radioaktif. Slag yang dihasilkan dikategorikan sebagai TENORM. Data pengukuran radioaktivitas yang dilakukan dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa slag yang dihasilkan mengandung unsur radioaktif melebihi batas yang telah ditentukan. Berdasarkan rekomendasi dari Basic Safety Standard yang dikeluarkan oleh international Atomic Energy Agency (IAEA), batas tindakan penanganan TENORM apabila konsentrasinya = 1000 - 10.000 Bq/kg atau mempunyai paparan radiasi gamma = 50 pR/jam. Jika konsentrasi unsur radioaktif dalam TENORM telah memenuhi batasan tersebut maka TENORM harus dikendalikan sebagaimana halnya limbah radioaktif. Dengan kondisi tersebut berdasarkan ketentuan peraturan perundangan, pengeloljaan terhadap slag yang dihasilkan wajib memiliki izin pemanfaatan tenaga nuklir. Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan smelter timah sehingga belum mengelola limbah yang mengandung unsur radioaktif dan membandingkan kinerja sme/er timah dalam pengelolaan limbah yang mengandung unsur radioaktif. Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis faktor-faktor yang. mempengaruhi dan membandingkan kinerja syneiter dalam rangka pengelolaan limbah yang mengandung unsur radioaktif ramah lingkungan.

The new paradigm in the management and development on tin industry in Bangka Belitung Province has made the emergence of companies whose business is in the menagement and purification of tin ore. On the other hand, the process of the processing and purification of tin ore into tin metal also produce byproduct such as among others monasite, ilmenite, and slag which contain radioactive elements. Category of produced s/ag is TENORM. Radioactivity measurement data from the previous research indicates that the slag produced contains radioactive elements exceeding the established limit. Based on the recommendations from basic Safety Standard issued by IAEA, the limit for management of TENORM is if the concentration is = 1000 - 10.000 Ba/kg or it has gamma-radiation exposure = 50 pR/hour. if concentration of radioactive elements exceeding the established limit of TENORM, It must be controlled in the same manner as in controlling radioactive wastes. Given the condition, pursuant to laws and regulations the management of produced slag requires a licence for utilization of nuclear energy. This research identifies factors influencing the activities of tin smelter which makes the management of waste and compare the performance of tin smelter in managing the waste containing radioactive elements are not yet properly conducted. This research has the objective to analyze factors influencing and compare the performance of tin smelter, environmentally-friendly in managing the waste containing radioactive elements from tin smelters.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34337
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Aditya Syarif
"Terak nikel, yang merupakan sisa dari proses smelting nikel, selama ini hanya menjadi limbah yang tidak terpakai. Setiap satu ton produksi nikel dihasilkan 6-16 ton terak. Padahal, terak nikel memiliki potensi nilai tambah yang jauh lebih besar jika digunakan sebagai bahan baku pembuatan geopolimer. Geopolimer, yang dapat digunakan sebagai material pengganti semen, memiliki beberapa kelebihan, seperti lebih cepat keras dan ramah lingkungan. Untuk penerapan di lapangan salah satunya dijadikan beton, diperlukan rancang campuran beton geopolimer sesuai dengan target kekuatan tekan yang diinginkan. Jika mengacu pada rancang campuran beton standar (K225 & K400), hasil beton geopolimer tidak mencapai kekuatan minimum yang ditargetkan. Ini disebabkan oleh penambahan air yang mengacu pada rancang campuran beton standar akan membuat kuat tekan dari beton geopolimer menjadi sangat buruk. Pembuatan rancang campuran beton geopolimer dengan penggunaan air seminimum mungkin dan jumlah aktivator.

Nickel slag, a by-product from nickel smelting process, has been considered as waste 6-16 tonnes of slag is produced for every tonne of nickel from the nickel smelting process. Whereas, nickel slag is a material with high potential if used as a geopolymer raw material. Geopolymer can be used as a substitute of cement which has several advantages, such as its ability to solidify faster and its eco-friendliness. A mix design of geopolymer concrete is needed to produce a geopolymer with desired compressive strength. Referring to the standard of the mix design of concrete (K225 & K400), the geopolymer concrete produced is yet to reach the minimum compressive strength desired. The addition of water, which is refers to the standard of mix design of concrete, is known to be the cause of the geopolymer concretes compressive strength low value. A mix design of geopolymer concrete with a very minimum use of water and an optimum amount of activator produced a geopolymer concrete with a compressive strength value above the standard of K400."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhan Futuh Mahfuzh
"Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki deposit bijih nikel laterit terbesar di dunia. Maka dari itu tuntutan produksi nikel di Indonesia sangat tinggi. Hal itu menyebabkan jumlah smelter pengolahan feronikel semakin meningkat. Setiap satu ton feronikel hasil peleburan menghasilkan delapan ton terak feronikel. Hingga saat ini pemanfaatan terak feronikel di Indonesia masih sangat minim. Penelitian ini menjelaskan tentang peningkatan kadar besi dan magnesium dari terak feronikel dengan metode hidrometalurgi menggunakan pelindian asam sulfat (H2SO4) dengan variasi konsentrasi 0,5, 1,0, 1,5, 2,0, dan 2,5 M, variasi temperatur 32, 50, dan 90°C, serta variasi waktu 10, 20, 30, 60, dan 90 menit untuk mendapatkan kondisi paling efisien. Setelah dilakukan pelindian dilanjutkan ke proses karakterisasi ICP-OES, XRD, dan XRF. Dari karakterisasi didapatkan hasil ekstraksi Fe dan Mg terbesar yaitu 99,12% dan 99,08% pada variabel konsentrasi 2,5 M, temperatur 90°C, dan waktu 90 menit.

Indonesia has one of the world’s largest laterite nickel ore deposits. Therefore, the demand for nickel production in Indonesia is very high. This causes the number of ferronickel processing smelters to increase. Every ton of ferronickel smelter produces eight tons of ferronickel slag. Until now, the utilization of ferronickel slag in Indonesia is still very limited. This study aimed to extract iron (Fe) and magnesium (Mg) concentration from ferronickel slag by hydrometallurgical method using sulfuric acid (H2SO4) leaching with various concentrations of 0.5, 1.0, 1.5, 2.0, and 2.5 M, temperature variations 32, 50, and 90°C, as well as time variations of 10, 20, 30, 60, and 90 minutes to get the most efficient conditions. Several characterizations including ICP-OES, XRD, and XRF were carried out in order to elucidate as well as calculate percentage of the extracted Fe and Mg. The optimum conditions for extraction of both Fe and Mg were at 90°C for 90 minutes under 2,5 M H2SO4 with the highest extraction of Fe and Mg were 99,12% and 99,08%, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arryan Jibril R.
"Terak feronikel adalah produk sekunder dari peleburan bijih nikel yang mengandung banyak logam berharga seperti nikel, kobalt, besi, bahkan unsur tanah jarang terkandung di sana. Penelitian ini dilakukan untuk menjadi solusi dari masalah lingkungan yang terjadi karena terak ini dan logam berharga yang terbuang karena tidak ada proses lebih lanjut dari terak tersebut. Dalam percobaan ini terak feronikel pertama kali diberikan fusi alkali menggunakan natrium karbonat untuk menghilangkan silika yang memiliki jumlah besar dalam terak dan diikuti oleh pelindian air panas untuk memisahkan silika. Kemudian, proses hidrometalurgi dimulai menggunakan asam sulfat dengan berbagai konsentrasi seperti 0,2M, 0,4M, 0,6M dan 0,8M dengan berbagai waktu yaitu 15, 30, 60, 90 dan 120 menit untuk mendapatkan yang paling efektif kondisi untuk melarutkan nikel. Sampel dan hasil percobaan ini dicirikan oleh proses ICP untuk mengetahui berapa banyak nikel dan besi larut dan dapat dikumpulkan untuk menjadi produk baru. Karakterisasi sampel menunjukkan adanya Ni 0,11%. Hasil penelitian ini adalah 0,2M H2SO4 dan pelindian 15 menit adalah kondisi terbaik untuk menghasilkan% tertinggi dari ekstraksi nikel.

Ferronickel slag is secondary product from nickel ore smelting that containing many valuable metals such as nickel, cobalt, iron, even rare earth elements is contained there. This research is conducted to become the solution of the environmental issues that happened because of this slag and the valuable metals that wasted because there is no further processing of the slag. In this experiment ferronickel slag is first given an alkaline fusion using sodium carbonate to remove silica that have a big amount in the slag and followed by the hot water leaching to separate the silica. Then, the hydrometallurgy process is started using the sulfuric acid with various concentration such as 0.2M, 0,4M, 0,6M and 0,8M with various time that is 15, 30, 60, 90 and 120 minutes to get the most effective condition to dissolve the nickel. The sample and result of this experiment is characterized by ICP process to know how much the nickel and iron dissolve and can be collected to become a new product. Sample characterization showed the presence of Ni 0,11%. The result of this research is 0,2M H2SO4 and 15 minutes of leaching is the best condition to make the highest % of nickel extraction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Alfalah
"Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara yang memiliki deposit bijih nikel laterit terbesar di dunia. Dengan meningkatnya kepentingan nikel pada trend dunia saat ini, Indonesia saat ini direncanakan akan membangun 30 smelter nikel baru hingga tahun 2024. Rencana ini memiliki potensial ekonomi yang tinggi tetapi terdapat satu faktor yang harus diantisipasi, yaitu terak yang akan dihasilkan oleh smelter-smelter nikel yang baru dibuat. Berdasarkan kementerian ESDM pada tahun 2019, tercatat sudah ada 17 juta ton terak yang dapat ditemukan pada kegiatan pengolahan dan pemurnian komoditas nikel. Penelitian ini menjelaskan tentang utilisasi kembali terak feronikel dengan mengekstraksi Fe dan Mg dari terak feronikel menggunakan pelindian asam klorida (HCl) dengan variasi konsentrasi zat pelindi 0,75, 1,125, 1,5, 1,875, dan 2,5 M, variasi temperatur pelindian 32 (temperature ruang), 50, dan 90 oC, serta variasi waktu pelindian 10, 20, 30, 60, dan 90 menit untuk mendapatkan hasil ekstraksi paling efisien. Karakterisasi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah ICP-OES untuk sampel filtrat, XRD dan XRF untuk sampel terak feronikel awal dan residu hasil pelindian. Hasil Karakterisasi ICP-OES menunjukkan bahwa hasil ekstraksi Fe dan Mg terbesar berada pada variabel konsentrasi HCl 2,5 M, temperatur pelindian 90 oC, dan waktu pelindian 90 menit dengan hasil sebesar 92,61% untuk Mg dan 89,41% untuk Fe.

Indonesia is one of three countries that has the largest lateritic nickel ore deposits in the world. With the increasing importance of nickel in today’s world trends. Indonesia currently planning to build 30 new nickel smelters till 2024. This plan has a vast economic potential but there are one factor that need to be anticipated, namely the slag that will be produced by the new nickel smelter. According to ministry of ESDM in 2019, there are already 17 million tons of slag that can be found in the processing and refining of nickel commodities. This study describes the utilisation of ferronickel slag by extracting Fe and Mg from ferronickel slag using hydrochloric acid (HCl) leaching with variations in the concentration of leachate 0,75, 1,125, 1,5, 1,875, and 2,5 M, variation of leaching temperature 32 (ambient temperature), 50, and 90 oC, as well as variations in leaching time of 10, 20, 30, 60, 90 minutes to get the most efficient extraction results. The characterizations used in this study were ICP-OES for the filtrat sample, XRD and XRF for the initial ferronickel slag sample and leaching residue. The results of the ICP-OES Characterization showed that the largest extraction yields of Fe and Mg were in the variable leachate concentration of 2,5 M, leaching temperature of 90 oC, and leaching time of 90 minutes with yields of 92,61% for Mg and 89,41% for Fe.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arival Jefry
"Berdasarkan data ESDM produksi olahan nikel Indonesia mencapai 2,47 ton pada 2021 yang naik 2,17% dari tahun sebelumnya. Tren produksi olahan nikel ini terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Akan tetapi dengan naiknya produksi nikel menyebabkan permasalahan yang tidak dapat diselesaikan oleh pelaku industri smelter di Indonesia. Terhitung pada tahun 2019 Industri nikel menghasilkan 19 juta ton terak yang diperkirakan akan terus bertambah. Penelitian ini menjelaskan proses ekstraksi silika dari terak feronikel secara sederhana dan ekonomis sehingga menghasilkan karakteristik produk yang baik untuk diguakan sebagai absorbent untuk penyerapan logam berat. Metode ekstraksi yang diguankan yaitu hidrotermal dengan penambahan aditif berupa NaOH, pelindian menggunakan air (aquaades), pengendapan menggunakan proses titrasi dengan HCL sebagai agen titrasi, pencucian menggunakan air (aquades), dan kalsinasi untuk menghilangkan klorin. Dalam Penelitian ini, produk silika yang didapatkan memiliki nilai recovery 91% dan tingkat efisiensi 98% sebagai absorbent untuk logam berat.

Based on ESDM data, Indonesia's nickel processed production will reach 2.47 tons in 2021, an increase of 2.17% from the previous year. This trend of nickel-processed production continues to grow every year. However, the increase in nickel production causes problems that cannot be solved by the smelter industry players in Indonesia. As of 2019 the nickel industry produced 19 million tons of slag which is expected to continue to grow. This study describes the process of extracting silica from ferronickel slag in a simple and economical way so as to produce good product characteristics to be used as an absorbent for heavy metal absorption. The extraction method used is hydrothermal with the addition of additives in the form of NaOH, leaching using water (aquades), precipitation using a titration process with HCL as a titration agent, washing using water (aquades), and calcination to remove chlorine. In this study, the silica product obtained had a recovery value of 91% and an efficiency rate of 98% as an absorbent for heavy metals.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dwi Andini
"Pemulihan logam menjadi sangat penting dalam proses pembuatan besi dan baja dikarenakan tingginya harga bahan baku. Slag memiliki potensi yang tinggi sebagai bahan sekunder, di mana slag diproses menjadi briket sebagai agregat dan dipanaskan dalam tungku pemanas. Temperatur yang dipilih untuk eksperimen ini adalah 1400 ⁰C, 1500 ⁰C, dan 1600 ⁰C dengan durasi 15, 30, 45, 60, dan 120 menit. Observasi terhadap reduksi kinetik menunjukkan bahwa massa logam yang telah direduksi akan bertambah seiring dengan peningkatan temperatur dan waktu, di mana gradien menjadi datar pada titik tertentu. Laju reduksi juga mengalami peningkatan. Slag yang melewati proses pemisahan secara magnetik memiliki massa reduksi lebih tinggi daripada sampel yang tidak dipisahkan secara magnetik. Slag berbulir halus memiliki massa reduksi dan laju reaksi yang lebih besar dibanding slag berbulir kasar.

Recovering metals is becoming vital in steelmaking due to higher price of the raw materials. Realizing its high potential as the secondary raw materials, the steel slag is being recycled by forming it into briquettes as agreggates and heated inside a resistance heated chamber furnace by means of carbothermic reduction. The selected temperatures in the experiments carried out in this thesis are 1400 ⁰C, 1500 ⁰C, and 1600 ⁰C with duration for 15, 30, 45, 60, and 120 minutes. The analysis done by using optical microscope and scannning electron microscope show that the steel slag is able to be recycled with distinctions on the reaction, morphology, and the amount of recovered metals. The observation of reduction kinetics show that the amount of reduction is increased along with the temperature and time, although flattening at some point. The velocity of the reduction is also developed. Slag samples with applied magnetic separation process have higher weight reduction value and reaction rates, while being compared with coarse-grained and fine-grained samples with no magnetic separation process. Fine-grained slags have higher weight reduction value and reaction rates than coarse-grained slags."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dania Labira
"Selama operasi peleburan bijih nikel menjadi matte dan slag di dalam electric furnace, dibutuhkan aktivitas rutin yang disebut kontrol slag level. Model perhitungan untuk pengukuran tinggi slag menggunakan pendekatan densitas diperoleh dari penelitiaan ini. Slag nikel terdiri dari berbagai elemen dengan jumlah kadarnya yang berbeda-beda, sehingga dapat mempengaurhi sifat densitas slag. Elemen yang digunaakan pada penelitian ini adalah Nikel dan Besi dengan temperatur slag konstan sebesar 1520oC. Beberapa betuk variabel yang digunakan untuk mengatahui hubungannya dengan densitas adalah %Ni, %Fe, %(Ni+Fe), dan rasio (Ni+Fe)/SiO2. Hasil penelitian ini menyatakan peningkatan jumlah besi akan meningkatkan densitas slag nikel, namun pada keadaan jumlah nikel yang sedikit tidak dapat memengaruhi densitas slag nikel. Pengujian ini juga menghasilkan suatu persamaan prediksi densitas slag nikel yang menggunakan variabel rasio (Ni+Fe)/SiO2. Dengan menggunakan persamaan prediksi densitas tersebut, hasil pengujian menyatakan bahwa peningkatan rasio (Ni+Fe)/SiO2 dari 0,48 – 0,62 di dalam slag nikel akan mengurangi ketinggian slag sebesar 19,63 inch
.During the nickel ore smelting into matte and slag in the Electric Furnace, daily activity called slag level control is needed. A calculation model for slag level measurement in furnace was established in this work, based on the density of the slag itself. Nickel slag consists of various elements with different contents and thus can influence the density behavior. The elements used in this research are Nickel and Iron with constant slag temperature at 1520oC. Several forms of variable are used to determine its relation with density, which are %Ni, %Fe, %(Ni+Fe), and (Ni+Fe)/SiO2. ratio. The test results state that an increase of Iron content can cause an increase of the nickel slag density but a small amount of Nickel can’t affect the nickel slag density. The test also obtained an equation for nickel slag density prediction using (Ni+Fe)/SiO2 ratio. By using the density prediction equation, the result shown that an increase of (Ni+Fe)/SiO2 ratio from 0,48 – 0,62 in nickel slag leads a decrease of slag level by 19,63 inch."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Winner Lorenzo
"Perhitungan ketinggian slag nikel di dalam Electric Arc Furnace (EAF) dapat dipengaruhi dari densitas yang dimiliki oleh slag tersebut. Slag nikel terdiri dari berbagai elemen penyusun dengan komposisi kadar yang berbeda-beda dan hal ini dapat mempengaruhi perilaku nilai densitas. Sejumlah rangkaian dilakukan dengan melibatkan mesin X-Ray Fluorosence (XRF) untuk mengetahui kadar komposisi dari setiap elemen dan perhitungan densitas dengan metode perhitungan densitas cair. Variasi yang digunakan dalam penelitian adalah Al2O3 dan SiO­2 dengan temperatur yang dianggap konstan yaitu ±1520oC. Hasil pengujian menyatakan bahwa kenaikan kadar komposisi Al2O3 menyebabkan kenaikan nilai densitas namun sebaliknya kenaikan kadar komposisi SiO2 menyebabkan penurunan nilai densitas. Hasil pengujian juga menyatakan bahwa kenaikan densitas dapat menyebabkan penurunan dari ketinggian slag di dalam proses smelting.

The calculation of nickel slag level in Electric Arc Furnace (EAF) can be affected by the density of the slag itself. Nickel slag consists of various constituent elements with different content compositions and thus can affect the behavior of the density values. Experimental works are carried out by involving an X-Ray Fluorence (XRF) machine to determine the composition of each element and calculating the density using the liquid density calculation method. The variations used in this research are Al2O3 and SiO2 with a temperature that is considered to be constant at ±1520oC. The test results state that an increase of Al2O3 composition can cause an increase of the density value but conversely an increase of the SiO2 composition can cause a decrease of the density value. The test results also state that an increase of nickel slag density can cause a decrease of slag level in the smelting process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>