Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Istiani
Abstrak :
Skor Apgar digunakan untuk menilai secara cepat kondisi bayi yang baru lahir. Skor Apgar yang rendah berhubungan dengan prognosis yang buruk pada bayi. Salah satu faktor yang dianggap sebagai faktor risiko prognosis buruk pada bayi adalah usia kehamilan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia kehamilan dengan skor Apgar buruk bayi. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Data adalah data sekunder dari rekam medis seluruh pasien melahirkan di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi preterm (usia kehamilan <37 minggu) memiliki skor Apgar menit 1 buruk sebesar 25% dan skor Apgar menit 5 buruk sebesar 9,5%. Analisis uji Chi-Squre menunjukkan adanya perbedaan proporsi skor Apgar buruk antara usia kehamilan preterm dan aterm secara bermakna (p<0.01). Rasio prevalensi usia kehamilan preterm terhadap aterm pada menit pertama dan kelima adalah 4.2 dan 9.6. Disimpulkan bahwa skor Apgar berhubungan dengan usia kehamilan. Usia kehamilan preterm berisiko lebih tinggi terhadap skor Apgar buruk bayi baru lahir dibandingkan usia kehamilan aterm. ...... Apgar score is used as a quick tool to assess newborn condition. Low Apgar score has relation with poor prognosis in newborn. Gestational age is considered as one of the risk factor for poor prognosis in newborn. This study aimed to determine the relation between gestational age and low Apgar score. The study design was cross-sectional using secondary data taken from medical records of all labor patients at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) in 2011. This study found that 25% of preterm newborn (<37 weeks gestational age) had low 1-minute Apgar score and 9,5% had low 5-minute Apgar score. Based on Chi-Square test, there was a significant difference in proportion of low Apgar score between preterm and aterm gestational age. The prevalence ratio for 1-minute and 5-minute Apgar score consecutively are 4,2 and 9,6. In summary, there was relation between gestational age and Apgar score at RSCM in 2011. Preterm newborn had higher risk of having low Apgar score compare to the aterm newborn.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunny Orlena
Abstrak :
Asfiksia neonatal dan sepsis termasuk tiga penyebab kematian terbanyak pada neonatus dan dapat menyebabkan berbagai keluaran buruk. Deteksi dini penting agar dapat dilakukan upaya pencegahan terutama terhadap neonatus dengan risiko tinggi. Diagnosis sepsis yang akurat masih menjadi tantangan karena manifestasi tidak spesifik. Infeksi intrauterin akan menimbulkan fetal inflammatory response syndrome yang disertai beberapa perubahan hematologi, yaitu peningkatan granulopoiesis dan eritropoiesis. Penelitian ini mencoba mencari tahu apakah rasio imatur/total neutrofil (IT), rasio neutrofil limfosit (RNL), dan eritrosit berinti (NRBC) darah tali pusat dapat digunakan sebagai alternatif untuk memprediksi keluaran buruk jangka pendek neonatus. Penelitian ini menggunakan desain nested case control untuk mencari hubungan dan desain potong lintang untuk menilai performa diagnosis parameter hematologi seperti rasio IT, RNL, dan NRBC dalam memprediksi keluaran buruk jangka pendek neonatus. Sejumlah 88 neonatus terdiri atas 22 neonatus dengan keluaran buruk dan 66 neonatus tanpa keluaran buruk sebagai kontrol diikutsertakan dalam penelitian ini. Ditemukan hubungan bermakna secara statistik antara rasio IT (OR=9,1; p<0,001) dan NRBC (OR=14,44; p<0,001) dengan keluaran buruk, sedangkan untuk RNL tidak ditemukan hubungan bermakna secara statistik (p=0,052). Pemeriksaan rasio IT mempunyai luas Area Under the Curve (AUC) 78,7% dengan nilai titik potong optimal 0,206 (sensitivitas 77,3%, spesifisitas 72,7%), sedangkan pemeriksaan NRBC memiliki AUC 80,7% dengan titik potong optimal 13/100 leukosit (sensitivitas 59,1%, spesifisitas 90,9%). Parameter gabungan rasio IT dan NRBC memiliki AUC 85%. Berdasarkan hasil tersebut maka pemeriksaan rasio IT dan NRBC dapat digunakan untuk memprediksi keluaran buruk jangka pendek neonatus. ......Neonatal asphyxia and sepsis are among the three leading causes of death in neonates and can cause a variety of adverse outcomes. Early detection is important so that prevention efforts can be made, especially for high-risk neonates. An accurate diagnosis of sepsis remains a challenge because of the nonspecific manifestations. Intrauterine infection will cause fetal inflammatory response syndrome, which is accompanied by several hematological changes, namely increased granulopoiesis and erythropoiesis. This study tried to find out whether the immature/total neutrophil ratio (IT), neutrophil lymphocyte ratio (NLR), and nucleated red blood cells (NRBC) of umbilical cord blood could be used as alternatives to predict short-term adverse neonatal outcomes. This study used a nested case control design to look for association and a cross-sectional design to assess the diagnostic performance of hematological parameters such as IT ratio, NLR, and NRBC in predicting neonatal short-term adverse outcomes. A total of 88 neonates consisting of 22 neonates with adverse outcome and 66 neonates without adverse outcome as controls were included in this study. There was a statistically significant relationship between IT ratio (OR = 9.1; p <0.001) and NRBC (OR = 14.44; p <0.001) with adverse outcome, while for NLR there was no statistically significant relationship (p = 0.052) . IT ratio had an Area Under the Curve (AUC) of 78.7% with an optimal cut-off of 0.206 (sensitivity 77.3%, specificity 72.7%), while NRBC count had an AUC of 80.7% with an optimal cut-off of 13/100 leukocytes (sensitivity 59.1%, specificity 90.9%). The combined parameter of the IT and NRBC ratio has an AUC of 85%. Based on these results, IT ratio and NRBC can be used to predict neonatal short-term adverse outcomes
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Tjahjadi
Abstrak :
Asfiksia perinatal berhubungan dengan luaran buruk neonatus, seperti buruknya skor Apgar; kebutuhan resusitasi dan ventilasi bertekanan positif, perdarahan intraventrikuler, hypoxic ischemic encephalopathy, hingga terjadinya kematian dini neonatus. Pemantauan kesejahteraan janin melalui berbagai modalitas indirek dilakukan untuk mendeteksi dini faktor risiko asfiksia perinatal, meskipun pemeriksaan gas darah tali pusat diakui sebagai metode baku penetapan status asam basa dan penegakkan keadaan asfiksia yang objektif. Asidosis metabolik janin menurut ACOG dan AAP ditegakkan jika dijumpai pH arteri tali pusat ≤ 7 dan defisit basa ≥ 12 mmol/L, tetapi masih belum diketahui nilai pH dan BD yang dapat digunakan untuk memprediksi kejadian luaran buruk neonatus. Penelitian ini dilakukan di RSUPNCM selama bulan Mei – Agustus 2020 terhadap persalinan dengan usia kehamilan di atas 27 minggu, baik secara spontan maupun operasi. Desain penelitian adalah kohort prospektif dengan masa pemantauan bayi baru lahir selama 7 hari. Sejumlah 135 subjek yang memenuhi kriteria diikutsertakan dalam penelitian ini. Nilai pH < 7,2015 dapat diterapkan pada sampel arteri maupun vena tali pusat karena menunjukkan akurasi baik dan prediktif terhadap kejadian luaran buruk neonatus jangka pendek, dengan nilai RR masing-masing 4,05 dan 5,9. Nilai BD arteri tali pusat tidak menunjukkan kemaknaan dalam memprediksi luaran buruk neonatus jangka pendek. ......Perinatal asphyxia is associated with adverse neonatal outcomes, such as poor Apgar score, the need for positive pressure ventilation and resuscitation, intraventricular hemorrhage, hypoxic ischemic encephalopathy, and the occurrence of early neonatal death. Monitoring of fetal well-being through various indirect modalities is performed to detect the risk of developing perinatal asphyxia, although cord blood gas testing is recognized as the reference method of determining neonatal acid-base status and diagnosing perinatal asphyxia. According to ACOG and AAP, fetal metabolic acidosis is confirmed if either umbilical cord artery pH ≤ 7, or a base deficit ≥ 12 mmol / L is found, but it is still unknown whether pH and BD values could be used to predict the incidence of adverse neonatal outcomes. This research was conducted at the dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital during May - August 2020 on spontaneous or caesarean deliveries with a gestational age of more than 27 weeks. The study design was a prospective cohort with 7 days monitoring period of newborns. A total of 135 subjects who met inclusion criteria were included in this study. The pH value of < 7.2015 showed good accuracy and predictive of short-term adverse outcome for both arterial and venous umbilical cord, with RR of 4.05 and 5.90 respectively. Umbilical cord BD was insignificant as short-term neonatal adverse outcomes predictor.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library