Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ticoalu, Deisy Christine
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan:Data mengenai pasien PPOK pada ras melanesia belum ada.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Mengetahui faktor risiko dan nilai uji jalan 6 menit pada pasien PPOK ras Melanesia di Kota Jayapura, Papua.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di RSUD Dok II Jayapura.Pengambilan sampel dilakukan pada bulan September 2017.Hasil: Pada penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi sebesar 40 pasien PPOK.Faktor risiko pasien PPOK ras Melanesia yang merokok adalah 27 subjek 67,5 , pajanan biomass 18 subjek 45 , ISPA berulang 12 subjek 30 dan IMT kurang 6 subjek 15 , normal 33 subjek 82,5 , lebih 1 subjek 2,5 .Terdapat hubungan bermakna antara kelompok PPOK dengan ISPA berulang p=0,003 , OR 11,67 dengan IK 95 2,2-61,2 .Terdapat hubungan bermakna antara kriteria spirometri berdasarkan GOLD dengan rokok p=0,016 , pajanan biomass p=0,013 , OR 11,76 dengan IK 95 1,31-105,50 , ISPA berulang p=0,041, OR 0,16 dengan IK 95 0,03-0,785 dan IMT p=0,002 .Jarak tempuh uji jalan 6 menit terbanyak pada kelompok 200-300 m dengan 36 subjek 90 .VEP 1prediksi terbanyak adalah 50-80 dengan 30 subjek 75 dengan rerata 58,33 10,083 dan rerata VEP 1 ml adalah 1375 445,88.Pemeriksaan foto toraks pasien PPOK ras melanesia adalah normal sebanyak 38 subjek 95 dan emfisematous 2 subjek 5 .Skor CAT pasien PPOK ras melanesia di RSUD Dok II Jayapura < 10 sebanyak 36 subjek 90 dan > 10 sebanyak 4 subjek 10 dengan hubungan bermakna antara skor CAT dengan kelompok PPOK p=0,042 .Indeks brinkman IB pasien PPOK ras melanesia di RSUD Dok II Jayapura adalah ringan sebanyak 7 subjek 7 , sedang 12 subjek 44 dan berat 8 subjek 30 serta hubungan bermakna antara IB dengan hasil spirometri berdasarkan GOLD p= 0,005 .Faktor komorbid yang didapatkan pada pasien PPOK ras melanesia di RSUD Dok II Jayapura adalah gagal jantung sebanyak 2 subjek 5 . Nilai rerata uji jalan 6 menit m adalah 277,88 32,83 dan VO2 maks ml/Kg/mnt adalah 22,08 1,047 serta tidak terdapat hubungan bermakna antara kelompok PPOK ras melanesia di RSUD Dok II Jayapura dengan uji jalan 6 menit dan prediksi VO2 maks.Kesimpulan: ISPA berulang, pajanan biomass,rokok, IMT merupakan faktor yang berpengaruh pada PPOK ras melanesia. Uji jalan 6 menit pasien PPOK ras melanesia lebih rendah dibandingkan non melanesia.Kata kunci :Faktor risiko, PPOK, ras melanesia, uji jalan 6 menit.
ABSTRACT
Background and purpose:Data on patients with COPD on melanesian races is not present. The aim of this study was to determine the risk factors and 6-minute road test scores in patients with COPD Melanesia in Jayapura City, Papua.Method:This research is cross sectional study conducted in RSUD Dok II Jayapura. Sampling was conducted in September 2017.Result:In this study the inclusion criteria were 40 patients with COPD. Risk factors for COPD patients smoking Melanesia were 27 subjects 67.5 , biomass exposure 18 subjects 45 , recurrent lower inspiratory infection of 12 subjects 30 and BMI less 6 subjects 15 , normal 33 subjects 82.5 , more 1 subject 2.5 . There was a significant relationship between group of COPD with recurrent lower inspiratory infection p = 0,003, OR 11,67 with CI 95 2,2-61,2 . There was significant relation between spirometry criteria based on GOLD with cigarette p = 0,016 , biomass exposure p = 0.013, OR 11.76 with 95 IK 1.31-105.50 , recurrent lower inspiratory infection p = 0.041, OR 0.16 with CI 0.03-0.785 and IMT p = 0.002 . The distance of the 6-minute walking test was highest in the 200-300 m group with 36 subjects 90 .The FEV 1 predicted was 50-80 with 30 subjects 75 with mean of 58.33 10,083 and FEV 1 ml is 1375 445.88. The examination of chest X-rays of patients with COC melanesia is normal for as many as 38 subjects 95 and emfisematous 2 subjects 5 .The CAT scores of melanesian COPD patients in RSUD Dok II Jayapura 10 for 4 subjects 10 with significant association between CAT score and group COPD p = 0,042 . Brinkman index IB of COPD patient melanesia in RSUD Dok II Jayapura was mild s 7 subjects 7 , 12 subjects 44 and weight 8 subjects 30 and significant relationship between IB and spirometry based on GOLD p = 0,005 . The comorbid factor obtained in patients with COPD melanesia in RSUD Dok II Jayapura is a heart failure of 2 subjects 5 . The mean value of the 6-minute walking test m was 277.88 32.83 and the max VO2 ml / Kg / mnt was 22.08 1.047 and there was no significant association between the melanesian rape COPD group in RSUD Dok II Jayapura by testing 6 min walking test and prediction VO2 max.Conclusions: Recurrent acute lower respiratory infection, biomass exposure, cigarette, BMI is a contributing factor in COPD melanesia. The 6-minute road test of COPD patients of melanesia is lower than non melanesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiati Laksmitasari
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini disusun untuk mengetahui apakah uji jalan dua menit dapat digunakan sebagai alternatif uji kebugaran kardiorespirasi pada anak dengan cerebral palsy atau palsi serebral ambulatori. Penelitian menggunakan desain potong lintang. Subjek anak dengan palsi serebral ambulatori diminta untuk melakukan uji jalan dua menit dan uji jalan enam menit pada hari yang berbeda. Analisis statistik dilakukan untuk menilai korelasi antara jarak tempuh uji jalan dua menit dan jarak tempuh uji jalan enam menit. Hasil penelitian menyatakan bahwa uji jalan dua menit dan uji jalan enam menit mampu laksana pada anak dengan palsi serebral ambulatori, dengan penyesuaian khusus dalam teknis pelaksanaan. Rerata jarak tempuh uji jalan dua menit dan uji jalan enam menit masing-masing sebesar 47,87 + 28,54 m dan 134,33 + 80,27 m. Jarak tempuh uji jalan dua menit dan jarak tempuh uji jalan enam menit berkorelasi secara signifikan dengan tingkat korelasi yang sangat kuat (r = 0,920). Maka, uji jalan dua menit dapat dipertimbangkan sebagai alternatif uji kebugaran kardiorespirasi pada anak dengan palsi serebral ambulatori. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai validitas dan reliabilitas uji jalan dua menit subjek tersebut.
ABSTRACT
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikalius
Abstrak :
Penyebab tersering terjadinya PPOK adalah karena kebiasan merokok, polusi udara, defisiensi antitripsin alfa-1 dan faktor genetik. Penyakit ini akan terus berlanjut secara progresif lambat. Obat-obatan seperti bronkodilator tidak banyak membantu kecepatan penurunan faal paru, faktor lain yang memperberat seperti seringnya eksaserbasi, kebiasan merokok dan faktor lingkungan. Penderita PPOK cenderung menghindari aktiviti fisik sehingga penderita mengurangi aktiviti sehari-hari menyebabkan imobilisasi, hubungan penderita dengan lingkungan dan sosial menurun sehingga kualiti hidup menurun dan kapasiti fungsional juga menurun. Kualiti hidup adalah kemampuan individu untuk berfungsi dalam berbagai peran yang diinginkan dalam masyarakat serta merasa puas dengan peran tersebut sedangkan kapasiti fungsional adalah hal-hal yang berhubungan dengan aktiviti sehari-hari seperti merawat diri, makan, berpakaian dan kegiatan rumah tangga. Salah satu program yang dapat meningkatkan kualiti hidup dan kapasiti fungsional adalah program rehabilitasi paru. Tujuan rehabilitasi paru meningkatkan dan mempertahankan tingkat kemampuan tertinggi seseorang untuk hidup mandiri dan berguna bagi masyarakat. Rehabilitasi paru yang diberikan adalah fisioterapi dada dan latihan memakai ergometer sepeda. Fisioterapi dada yang diberikan adalah Pemberian sinar infra merah daerah dada dan punggung masing-masing 7,5 menit, pernapasan diafragma dilanjutkan pernapasan pursed lip, latihan elevasi otot-otot bahu, sendi leher,dan sendi lengan atas, vibrasi dilakukan saat ekspirasi 5x napas dalam dan latihan batuk. Kemudian dilanjutkan latihan dengan ergometer sepeda. Latihan dilakukan 3 kali seminggu 10 menit minggu pertama dan kedua kemudian dinaikkan 5 menit setiap minggu,minggu ke enam sampai ke delapan 30 menit. Tujuan utama penelitian ini adalah membuktikan peranan rehabilitasi paru penderita PPOK, metode prospective study membandingkan kelompok perlakuan (mendapat rehabilitasi paru) dan kontrol (tidak mendapat rehabilitasi paru). Pengambilan sampel menggunakan cara quota sampling. Penelitian ini dilakukan terhadap 43 penderita PPOK stabil rawat jalan di RSUD Dr Moewardi Surakarta yang dibagi 2 kelompok, terdiri 21 kelompok perlakuan dan 22 kelompok kontrol. Penilaian kualiti hidup menggunakan St George's respiratory Questionnare (SGRQ) dan kapasiti fungsional dinilai dengan uji jalan 6 menit dilakukan penilaian sebelum rehabilitasi paru dan setelah 8 minggu. Hasil penelitian didapatkan pada kelompok perlakuan (n=21; 15 laki-laki, rerata umur 61,9±8,7 tahun) dibandingkan kontrol (n=22;18 laki-laki, rerata umur 59,9±8,3 tahun). Terjadi penurunan SGRQ antara perlakuan (-21,8%) dan kontrol (0,9%) setelah dilakukan uji beda secara statistik berbeda bermakna p< 0,005. Nilai SGRQ menurun menunjukkan kuali hidup meningkat. Peningkatan jarak pada uji jalan 6 menit kelompok perlakuan ( 55±26,6 meter), kelompok kontrol (3,4 ± 15,2 meter). Uji beda antara kelompok perlakuan dan kontrol secara uji statistik berbeda bermakna p<0,005. Reningkatan jarak pada uji jalan 6 menit berarti kapasiti fungsional meningkat. Kesimpulan, penderila PPOK setelah diberi rehabilitasi paru selama 8 minggu dapat meningkatkan kualiti hidup dan kapasiti fungsional.
Study objective : to assess the benefit of Pulmonary Rehabilitation to the COPD patients Setting : COPD Patients at the Medical Rehabilitation Unit DR Moewardi Surakarta Hospital Methods : Prospective study, comparing treatment group and control group who underwent 8 weeks administration of pulmonary rehabilitation programs. The patients in the treatment groups received chest physiotherapy and ergo-cycle exercise 3 times a week within 8 weeks. Measurement : The quality of life was assessed by SGRQ, functional capacity was assessed by six minutes walking test (SMWT) Results : Total SGRQ patient in the treatment group (n=21, 15 male; mean age 61,9± 8,7 yrs) compare with control group (n=22, 18 male; mean age 59,9 ± 8,3 yrs) had statistically significant decreased (-21,8 ± 9,1% ; 0,9± 2,7% respectively, p<0,005).There are statistically significant improving of six minute walking test (SMWT) in treatment group compare to control group (55±26,6 m ; 3,4 ±15,2m respectively, p<0,005). Conclusions: The pulmonary rehabilitation programs 3 times a week within 8 weeks improve the quality of life and functional capacity of COPD patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58479
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melda Warliani
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Kebutuhan atas penilaian kapasitas fungsi individu dengan cara yang sederhana tetapi reliabel terus dikembangkan dan mendapat perhatian khusus di kalangan ilmuwan. Hal ini sejalan dengan besarnya kepentingan untuk terus meningkatkan kualitas hidup. Ambilan oksigen maksimal (O2max ) merupakan nilai yang digunakan sebagai penilaian kapasitas fungsi kardiorespirai. Salah satu uji yang dapat digunakan untuk menilai prediksi O2max adalah uji jalan enam menit, namun pada kenyataannya tidak seluruh fasilitas kesehatan memiliki lahan yang cukup untuk melakukan uji ini. Penelitian ini bermaksud menilai apakah uji naik turun bangku metode Queen’s college yang membutuhkan perlengkapan lebih sederhana dapat digunakan sebagai alternatif penilaian prediksi O2max. Metode : Penilitian ini merupakan uji analitik potong lintang, terdiri dari 56 responden berusia antara 18-50 tahun yang memenuhi kriteria penerimaan, tidak memiliki gangguan keseimbangan, riwayat penyakit jantung, paru dan metabolik yang tidak terkontrol, tidak menggunakan alat bantu jalan, tidak memiliki perbedaan panjang tungkai, dan tidak memiliki obesitas derajat dua. Dilakukan pemeriksaan fisik secara umum. Uji jalan enam menit yang digunakan mengacu pada protokol Nury yang sudah disesuaian dengan antropometri orang Indonesia, disesuaikan dengan nilai prediksi O2max uji naik turun bangku metode Queen’s college. Kedua uji dilakukan pada hari yang berbeda untuk mencegah rasa lelah. Hasil : Dari 56 responden, didapatkan rerata usia 29,05 (7,072) tahun, rerata tinggi badan 161,57 (6,84)cm, panjang tungkai 85,91 (5,2) cm. Prediksi O2max uji jalan enam menit protokol Nury dengan rumus dua reratanya 19,96 (3,61), sedangkan dengan menggunakan rumus tiga didapatkan rerata 20,35 (3,71). Nilai prediksi O2max dengan menggunakan uji naik turun bangku reratanya sebesar 47,29 (7,56). Dimana dalam penelitian ini tidakdidapatkan korelasi dan kesesuaian antara nilai prediksi O2max kedua uji. Kesimpulan : Walau pun kedua uji terbukti aman dan dapat digunakan sebagai penilaian prediksi O2max tetapi dalam penelitian ini tidak didapatkan korelasi dan kesesuaian antara nilai prediksi O2max.
ABSTRACT
Background : The need for the functional capacity assessment of an individual with a simple but it’s reliable have been developed and receive special attension in the scientist. This is in line with the increasing concern to improve the quality of life. Maximum oxygen uptake (O2max ) is a value that used to describe the cardiorespiratory function. One of the easiest test may be used to assess O2max is the sixth minute walking test, but in fact not all of health facilities have enough space to performed this test. This study mean to assess wether the Queen’s college step test that more simple can be used as an alternative to assess the prediction of O2max. Methods : This is an analitic cross sectional study, with 56 respondents age ranged between 18-50 years old meet the inclussion criteria, respondents excluded if had impaired balance, history of heart, lungs and uncontrolled metabolic diseases, using walking aid, and had grade II obesity. We performed general physical examination. Nury’s protocol and O2max prediction formulas used as the sixth minute walking test, and Queen’s college metode as the step test. Level of agreement between O2max prediction from both test measured using Bland altman test. Both of test performed in different day to prevent fatigue. Results : 56 respondents, mean of age 29,05 (7,072) years old, mean of heigth 161,57 (6,84) cm, mean of leg length 85,91 (5,2) cm. The mean of O2max prediction from sixth minute walking test Nury’s protocol were 19,96 (3,61) and 29, 35 (3,7). The mean O2max prediction using Queen’s college step test is 47,29 (7,56). In this study we found there were no significant correlation and agreement between prediction O2max value from both test. Conclusion : Even though both of test proved to be save and can be done to measure the prediction of O2max , but both of prediction value did not meet the significant correlation and level of agreement.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library