Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
Abstrak :
Bukti, mengenai hewan khususnya tulang (termasuk gigi) banyak ditemukan pada situs-situs arkeologi baik situs prasejarah, klasik, Islam maupun kolonial. Hal ini dikarenakan hewan merupakan salah satu sumber alam yang dapat dimanfaaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya antara lain sebagai makanan dan keperluan-keperluan ritual. Dalam Skripsi ini dibahas mengenai penelitian tulang hewan yang berasal dari hasil ekskavasi situs Gilimanuk, Bali tahun 1994-1986. Data mengenai tulang diperoleh dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), Balai Arkeologi (Balar) Denpasar dan Laboratorium Paleoekologi-Radiometri (Palrad) Bandung Tujuan dari, pene1itian ini adalah (1) mengetahui jenis hewan yang ditemukan di situs Gilimanuk. (2), keberadaan hewan di Gilimanuk dan (3) fungi hewan.Untuk mengetahui jenis Hewan dilakukan analisis khusus dengan metode perbandingan. Tulang atau gigi yang dianalisis dibandingkan bentuk ukurannya dengan tulang atau gigi yang telah diketahui jenis hewannya. Perbandingan ini dapat dilakukan melalui tulang atau gigi yang berasal dari situs yang sama yang telah dianalisis (kalau ada), gambar-gambar dari kepustakaan atau membuat acuan tulang sendiri. Untuk mengetahui keberadaan hewan di Gilimanuk diadakan studi kepustakaan tentang keadaan flora dan fauna Gilimanuk sekarang, geologi dan zoogeografi. Sedangkan untuk mengetahui fungsi hewan dilakukan analisis kontekstual, yaitu dengan melihat hubungan antara tulang hewan dengan temuan serta hubungan tulang hewan dengan lapisan tanah. Disamping itu untuk mengetahui fungsi ini dilakukan pula studi analogi etnografi. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa jenis hewan yang ditemukan dari ekskavasi Gilimanuk ini berasal dari jenis hewan babi, rusa, anjing, ayam, ikan, tikus dan katak. Hewan-hewan tersebut, kecuali tikus dan katak berfungsi sebagai sumber makanan sehari-hari. Hewan babi dan ayam (juga anjing) berfungsi pula sebagai bekal kubur. Melihat keadaan Gilimanuk sekarang dari studi geologi dan zoogeografi diperkirakan hewan-hewan tersebut merupakan hewan setempat.
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S11588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Ma`ruf
Abstrak :
ABSTRAK
Pembahasan dalam skripsi ini berkaitan dengan adanya gangguan terhadap pelestrarian Situs dan Bangunan Jalan Kakap 5, Jakarta. Bangunan yang didirikan pada masa kolonial ini merupakan bangunan yang dilindungi oleh Benda Cagar Budaya.Bangunan ini mengakibatkan timbulnya kerusak-kerusakan di situs dan bangunan Kakap 5. Kerusakan tersebut ditimbulkan sebagai akibat dari pembangunan situs dan bangunan Kakap 5 yang tidak mengikuti prosedur perijinan dan kaidah-kaidah baku pemugaran.
2001
S11840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soeroso
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam sejarah Indonesia kuno diketahui bahwa awal mula berkembangnya pengaruh kebudayaan India di Nusantara telah berlangsung cukup lama. Dari sumber-sumber tertulis yang sampai ke tangan kita dapat diketahui bahwa awal mula munculnya peradaban yang bercorak Hindu di Indonesia itu berlangsung di dua pusat ialah di Jawa Barat dan di Kalimantan Timur. Dan prasasti-prasasti yang paling awal yang ditemukan di wilayah Jawa Barat, meskipun secara keseluruhan tidak menyebut angka tahun yang lengkap, dapat diketahui bahwa kerajaan yang pertama kali berkembang di wilayah ini ialah kerajaan Tarumanagara I. Prasasti-prasasti tertua yang menyebutkan keberadaan kerajaan tersebut antara lain adalah Prasasti Lebak, yang menyebut kebesaran seorang raja yang bernama Sri Purnawarman2; Prasasti Jambu (Koleangkak), yang menyebut seorang raja yang bernama Purnawarman dan memerintah di Taruma3; Prasasti Ciaruteun, yang menyebut raja yang mulia, yang bernama Sang (Sri) Purnawarman;4 Prasasti Kebon Kopi, yang menyebut keagungan seorang penguasa Taruma5; Prasasti Muara Cianten, yang gaya tulisannya berasal dari masa Taruma 6; Prasasti Pasir Awi, dalam bentuk gambar (pictograph) yang diperkirakan berasal dari masa Taruma7 serta yang terakhir Prasasti Tugu,8 yang ditemukan di Desa Tugu tidak jauh dari Kampung Cilincing, Jakarta sekarang.

Berdasarkan wilayah persebarannya, juga ukuran batunya, dapat diketahui bahwa prasasti-prasasti itu dibuat in situ.9 Dan wilayah persebarannya itu juga dapat diperkirakan bahwa wilayah pengaruh kekuasaan kerajaan Tarumanagara pada masa pemerintahan raja Purnawarman setidak-tidaknya mencakup sebagian wilayah Jawa Barat mulai dari daerah Kabupaten Pandeglang di bagian barat, Kabupaten Bogor di bagian selatan dan daerah Bekasi sampai Jakarta di bagian utara. Apabila diperhatikan gaya tulisannya, gaya bahasanya, bentuk tulisannya serta jenis metrumnya1° dapat diketahui bahwa tulisan-tulisan pada prasasti-prasasti tersebut berasal dari pertengahan abad V. Tulisan yang digunakan seluruhnya menggunakan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta serta kebanyakan berbentuk sloka dengan metrum sragdara dan anustubh. Adanya penggunaan bahasa Sansekerta serta huruf Pallawa tersebut merupakan bukti bahwa pada masa itu telah terjadi kontak budaya antara Tarumanagara dengan kerajaan-kerajaan di India. Bahkan dengan dikeluarkannya prasasti-prasasti yang berbahasa Sansekerta, pengenalan metrum serta dikenalnya bentuk tulisan gambar (pictograph) tersebut di atas membuktikan bahwa pada masa itu pengetahuan masyarakat dalam bidang kesusasteraan sudah cukup maju.

Di antara tujuh buah prasasti yang dikeluarkan oleh raja Purnawarman, Prasasti Tugu merupakan satu-satunya yang paling istimewa oleh karena beberapa hal. Pertama, Prasasti Tugu merupakan satu-satunya prasasti yang ditemukan di wilayah pantai utara Jawa Barat (Jakarta). Kedua, Prasasti Tugu merupakan prasasti yang memuat angka tahun terlengkap dibandingkan dengan prasasti yang lain karena menyebut beberapa unsur penanggalan dari peristiwa-peristiwa panting pada masa pemerintahan Purnawarman. Ketiga, Prasasti Tugu menginformasikan tentang dilakukannya dua kegiatan pembuatan saluran masing-masing saluran Sungai Candrabhaga dan Sungai Gomati. Keempat, di dalam Prasasti Tugu juga diinformasikan pemberian hadiah 1000 ekor lembu kepada para brahmana.l Kelima, Prasasti Tugu merupakan satu-satunya prasasti dari masa pemerintahan raja Purnawarman yang paling banyak datanya.

Berdasarkan keterangan yang disebutkan di dalam Prasasti Tugu tersebut dapat diketahui bahwa pada masa pemerintahan raja Purnawarman sistem pemerintahannya sudah sangat maju. Upaya pembuatan saluran yang panjangnya hampir mencapai sekitar 11 kilometer 12 hanya dalam waktu 21 hari jelas memerlukan tenaga yang tidak sedikit serta memerlukan kemampuan teknologi yang maju. Demikian pula halnya dengan pemberian hadiah sebanyak 1000 ekor lembu kepada para brahmana memperlihatkan kepada kita bahwa pada masa itu domestikasi hewan sudah sangat berkembang.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Mulyawati
Abstrak :
Penelitian mengenai keramik di situs Astana Gunung Jati Cirebon telah dilakukan sejak tahun 1987 hingga 1989. Tujuannya ialah untuk mencari keterangan mengenai penggunaan keramik sebagai hiasan pada bangunan-bangunan kuna di daerah Cirebon, mengetahui populasi, persebaran, serta fungsi dari keramik-keramik yang terdapat di situs Astana Gunung Jati, serta mencoba mengetengahkan keramik-keramik itu dengan peranan kesultanan Cirebon pada masa lalu. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi Kepustakaan meliputi kepustakaan mengenai keramik itu sendiri serta kepustakaan mengenai latar sejarah Cirebon. Studi lapangan meliputi survey pada situs tersebut dan wawancara yang dilakukan baik terhadap ahli-ahli, keramik maupun terhadap para pejabat yang bertugas di daerah tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa keramik-keramik tersebut berjumlah sebanyak 8212 buah, terdiri dari berbagai bentuk dengan piring merupakan jumlah terbanyak (79,31%). Ditinjau dari segi asal tempat pembuatannya kebanyakan keramik-keramik tersebut berasal dari berbagai negara di kawasan asian dengan Cina menempati posisi negara terbanyak {67,28%). Dari segi masanya paling banyak berasal dari abad 18-20 (97,80%). Sehingga dapat dikatakan keramik-keramik tersebut merupakan keramik baru. Dari segi fungsinya dapat dikatakan keseluruhannya berfungsi sebagai hiasan bangunan (98,82%) walau ada pula yang mempunyai fungsi lain. Kedatangan keramik di situs ini dapat dikatakan secara bertahap dan berkesinambungan (dari periode ke periode). Akan tetapi peletakan keramik-keramik tersebut tidak dapat digunakan sebagai penentu usia bangunan di situs tersebut, oleh karena tidak teraturnya pemasangan benda-benda keramik tersebut (keramik dari periode yang lebih tua disejajarkan dengan keramik dari periode yang lebih muda).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilah Rahmawati Wahyudi
Abstrak :
Penelitian tentang kerajaan di sekitar Kota Palembang telah dilakukan oleh beberapa orang ahli arkeologi dan beberapa dari disiplin ilmu lain. Namun demikian belum ada penelitian tentang lokasi pusat pemerintahan yang ditinjau dari sudut pandang ilmu geografi. Skripsi ini membahas tentang pergeseran lokasi pusat pemerintahan di Kota Palembang pada masa Sriwijaya (abad ke-7) hingga masa pemerintahan Kolonial (abad ke-20). Lokasi pusat pemerintahan kerajaan yang berada di sekitar Kota Palembang dilakukan dengan mengumpulkan bukti-bukti situs peninggalan masa lampau yang ditelusuri melalui peta dan dan pustaka sejarah. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui analisis keruangan dan analisis isi. Analisis keruangan dilakukan terhadap sumber data yang berupa peta sedangkan analisis isi dilakukan untuk data yang berupa deskripsi kesejaraha. Selanjutnya hasil analisis tersebut dideskripsikan dengan menggunakan pendekatan Geografi Regional. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pusat pemerintahan yang di Kota Palembang, berada tidak jauh dari sumber air, bergerak dari arah timur kebarat kemudian bergeser kembali kesebalah barat. Adapun faktor yang mempengaruhi pergeseran lokasi pusat pemerintahan adalah faktor fisik seperti ketinggian, bentuk medan, jarak dengan sungai, serta keadaan geologi wilayah. ......The research about the kingdom around the Palembang City was carried out by several people of archeology and some of the discipline of other knowledge of the expert. Nevertheless did not yet have the research about the location of the centre of the government that was inspected from the point of view of geography knowledge. This thesis discussed about the shift in the location of the centre of the government in the Palembang City in the Sriwijaya period (the 7th age) through to the government's Colonial period (the 20th age). The location of the centre of the government of the kingdom that was around the Palembang City was carried out by gathering site proof of the legacy of the past that was investigated through the map and and the history book. This research was carried out with the qualitative approach through the analysis keruangan and the analysis of the contents. The analysis keruangan was carried out towards the source of the data that took the form of the map whereas the analysis of the contents was carried out for the data that took the form of the description kesejaraha. Further results of this analysis were described by using the Regional Geography approach. Results of the research showed that the centre of the government that in the Palembang City, was was not far from the source of water, moving from the east to the west afterwards shifted again kesebalah west. As for the factor that influenced the shift in the location of the centre of the government was the physical factor like the height, the Medan form, the distance with the river, as well as the situation of territory geology.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34130
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library