Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunita Fristiyanwati
"Latar Belakang Perilaku duduk menetap telah menjadi suatu rutinitas yang berkontribusi sebagai penyebab gangguan kesehatan seperti keropos tulang. Namun, untuk beberapa orang seperti pekerja kantoran, hal ini sulit dihindari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor risiko individu dan pekerjaan terhadap kepadatan mineral tulang (Bone Mineral Density/BMD) pada pekerja kantoran dengan pola kerja sedenter. Metode Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada populasi pekerja administratif di RS Olahraga Nasional dan Kemenpora RI pada bulan Januari-Maret 2023. Variabel terikat adalah kepadatan mineral tulang berupa skor T yang diukur menggunakan alat DEXA. Variabel bebas mencakup faktor individu seperti usia, jenis kelamin, riwayat osteoporosis pada keluarga, indeks massa tubuh (IMT), merokok, minum alkohol, asupan kalsium, asupan vitamin D, penyakit DM, aktivitas fisik di luar tempat kerja dan faktor pekerjaan yaitu lama duduk harian di tempat kerja. Hasil Subjek penelitian berjumlah 110 orang pekerja kantoran, 70,9% perempuan, median usia 37 tahun. Skor BMD rendah terdapat pada 29 subjek (26,4%) terdiri dari 3 subjek dengan osteoporosis dan 26 subjek dengan osteopenia. Analisis multivariat dengan regresi logistik mendapatkan faktor yang berhubungan secara independen dengan skor BMD rendah adalah penyakit DM (OR 10,7 dengan IK 95% 1,3-85,2), lama duduk di tempat kerja >6 jam/hari (OR 8,5 dengan IK 95% 2,8-25,5), IMT kurus (OR 7,5 dengan IK 95% 1,2-46,6), dan usia>50 tahun (OR 5,1 dengan IK 95% 1,6-15,9). Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, asupan vitamin D, aktivitas fisik, dan merokok terhadap skor BMD yang rendah. Kesimpulan. Satu dari empat pekerja kantoran mengalami skor kepadatan mineral tulang yang rendah yang berhubungan dengan penyakit DM, lama duduk di tempat kerja, status gizi, dan usia. Diperlukan tata laksana okupasi berupa modifikasi posisi bekerja untuk mengurangi waktu duduk harian demi mencegah terjadinya gangguan kesehatan tulang di kemudian hari.

Background Prolonged sitting has become a routine that contributes to causing health problems, one of which is bone loss. However, for some people, such as office workers, this is difficult to avoid. The aim of this study was to determine the relationship between individual and occupational risk factors on bone mineral density (BMD) in sedentary office workers. Methods This research is a cross-sectional study conducted on a population of office workers at the National Sports Hospital and the Indonesian Ministry of Youth and Sport in January-March 2023. The dependent variable is bone mineral density in the form of a T-score as measured using Dual Energy X-ray Absorptiometry (DEXA). Independent variables include individual factors such as age, gender, family history of osteoporosis, body mass index (BMI), smoking, alcohol consumption, calcium intake, vitamin D intake, history of DM, physical activity, and occupational factors, namely daily sitting time at work. Results The subjects totaled 110 office workers, 70.9% were female, the median age was 37 years old. Low BMD were found in 29 subjects (26.4%) consisting of 3 subjects with osteoporosis and 26 subjects with osteopenia. Multivariate analysis using logistic regresion found factors that were independently associated with a low BMD were history of diabetes mellitus (OR 10.7, 95% CI 1.3-85.2), duration of daily sitting at work > 6 hours (OR 8.5, 95% CI 2.8-25.5), underweight (OR 7.5, 95% CI 1.2-46.6), and age> 50 years old (OR 5.1, 95% CI 1,6-15,9). No significant relationship was found between gender, vitamin D intake, physical activity, and smoking on low BMD. Conclusions One in four office workers experience a low bone mineral density related to DM, prolonged sitting at work, nutritional status, and age. Occupational management is needed in the form of modifying work positions to reduce daily sitting time and to prevent bone loss in the future."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alessandrina Janisha Parinding
"Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Menurut Riskesdas 2018, prevalensi dislipidemia di Indonesia tergolong tinggi. Data terkait penduduk Indonesia berumur ≥15 tahun menunjukkan bahwa 28,8% memiliki kadar kolesterol total ≥200mg/dL, 24,3% memiliki kadar HDL ≤40mg/dL, 73,8% memiliki kadar LDL ≥100mg/dL, dan 27,9% memiliki kadar trigliserida ≥150mg/dL. Perilaku sedenter seperti duduk sering dihubungkan dengan kejadian dislipidemia. Selama masa pandemi, durasi duduk pada pekerja meningkat akibat kebijakan WFH. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh durasi duduk harian terhadap profil lipid pada pekerja di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder hasil pengisian kuesioner dan pemeriksaan kesehatan dari kegiatan Posbindu PTM pada pekerja di salah satu institusi pendidikan negeri di DKI Jakarta. Subjek penelitian berjumlah 295 pekerja berusia 21–58 tahun yang terdiri dari 114 laki-laki dan 181 perempuan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa durasi duduk harian, jenis kelamin, usia, dan IMT memiliki hubungan signifikan dengan profil lipid (berturut-turut p=0,010, p=0,000, p=0,000, p=0,027). Hasil analisis multivariat regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap profil lipid adalah jenis kelamin (p=0,000) dan usia (p=0,002). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa durasi duduk harian tidak berpengaruh terhadap profil lipid pada pekerja di masa pandemi COVID-19.

Dyslipidemia is one of the main risk factors of cardiovascular disease. According to Riskesdas 2018, the prevalence of dyslipidemia in Indonesia is relatively high. Data regarding Indonesian population aged ≥15 years showed that 28,8% had total cholesterol level ≥200mg/dL, 24,3% had HDL-C level ≤40mg/dL, 73,8% had LDL-C level ≥100mg/dL, dan 27,9% had triglyceride level ≥150mg/dL. Sedentary behavior like sitting is widely associated with dyslipidemia. During the pandemic, there is an increase in sitting time of workers due to WFH policy. This study aims to determine the effect of daily sitting time on lipid profile of workers during the COVID-19 pandemic. This study used a cross-sectional design using secondary data obtained through questionnaires and health assessments from PTM Posbindu activities for workers at one of public educational institutions in DKI Jakarta. The subjects of this research were 295 workers aged 21–58 years consisting of 114 men and 181 women. The results of bivariate analysis showed that daily sitting time, gender, age, and BMI had a significant association with lipid profile (p=0.010, p=0.000, p=0.000, p=0.027 respectively). The results of multivariate linear regression analysis showed that the most influential variables on lipid profile were gender (p=0.000) and age (p=0.002). Thus, it can be concluded that daily sitting time has no effect on the lipid profile of workers during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library