Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Heru Putra Dewantara
"Sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku di Indonesia, kepailitan adalah sita umum terhadap seluruh harta milik debitor pailit. Sita umum hanya dapat diletakkan satu kali diatas satu objek sita. Sita umum juga dapat diletakkan atas benda yang dimiliki bersama-sama dalam persatuan harta bersama perkawinan. Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang No. 9/Pdt.Sus-Pailit/2019/PN.Niaga.Smg dan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 22/Pdt.SusPailit/2020/PN. Niaga.Jkt.Pst menjatuhkan putusan pailit terhadap mantan pasangan suami isteri yang masih terikat dalam persatuan harta bersama dalam perkawinan, sehingga kedua putusan pailit tersebut memiliki satu objek sita yang sama. Dalam menanggapi anomali hukum tersebut dilakukan penelitian terhadap (1) pelaksanaan dua putusan pailit pengadilan niaga atas satu objek sita umum yang sama, dan (2) upaya hukum pelaksana putusan pailit terhadap tumpang tindih sita umum dalam satu objek yang sama. metode penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah Yuridis Normatif dengan tipe penelitian perskriptif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan simpulan bahwa (1) berdasarkan prinsip sita persamaan, pelaksanaan putusan pailit No. 22/Pdt.Sus-Pailit/2020/PN.Niaga.Jkt.Pst baru dapat dilakukan setelah berakhirnya kepailitan berdasarkan putusan No. 9/Pdt.Sus-Pailit/2019/PN.Niaga.Smg. (2) kurator dapat mengajukan upaya hukum perlawanan atas sita yang dijatuhkan diatas harta pailitnya. Berdasarkan analisa serta simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini disarankan pembentuk peraturan perundang-undangan lebih merinci mengenai batasan harta kepailitan secara spesifik terhadap jenis-jenis harta yang dimiliki secara bersama-sama dan diakui menurut hukum yang berlaku di Indonesia khususnya mengenai harta bersama dalam perkawinan.
According to legal regulations in Indonesia, bankruptcy basically means a general confiscation of all the assets of the bankrupt debtor. General confiscation can only be placed once on one object of confiscation. General confiscation can also be placed on objects that are jointly owned in the union of marital property. The Panel of Judges based on Decision of the Semarang Commercial district Court No. 9/Pdt.Sus-Pailit/2019/PN.Niaga.Smg and the Decision of the Central Jakarta Commercial district Court No. 22/Pdt.Sus- Pailit/2020/PN.Niaga.Jkt.Pst imposes a bankruptcy decision on a former husband and wife who are still bound in the joint property union in marriage, so that the two bankruptcy decisions have the same object of confiscation. In response to the legal anomaly, a reasearch must be conducted on (1) the implementation of two commercial court bankruptcy decisions on the same object of general confiscation, and (2) legal remedies for implementing bankruptcy decisions against overlapping general confiscations in the same object. The legal research method used in this research is normative juridical with the type of descriptive research. Based on the research that has been done, it has been concluded that (1) based on the principle of confiscation of equality, the implementation of the bankruptcy decision no. 22/Pdt.Sus-Pailit/2020/ PN.Niaga.Jkt.Pst can only be in the end of the bankruptcy based on decision No. 9/Pdt.Sus-Pailit/2019/PN. Niaga.Smg. (2) the curator may file a legal remedy against the confiscation imposed on his bankrupt assets. Based on the analysis and conclusions that can be drawn from this research, it is recommended that the legislators provide more detailed legislation regarding the limitations of bankruptcy assets specifically for the types of assets that are jointly owned and recognized according to applicable law in Indonesia, especially regarding joint property in marriage."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Albert Yahya
"Dengan dijatuhkan putusan pailit, maka Debitur Pailit kehilangan hak nya dalam menguasai harta bendanya yang termasuk dalam Boedel Pailit tersebut, dan secara hukum diberikan tugas pemberesan tersebut kepada Kurator. Akan tetapi melakukan tugas pemberesannya, seringkali Kurator menemukan hambatan seperti dengan diletakannya penyitaan pidana terhadap harta pailit tersebut yang berakibat akan terhambatnya upaya pemberesan yang dilakukan serta menimbulkan ketidakpastian bagi Kreditur Pailit dalam mendapatkan pelunasan piutangnya. Dalam skripsi ini akan dijelaskan terkait peran dan kewenangan Kurator dalam mengatasi penyelesaian sengketa harta pailit yang diletakan sita pidana tersebut serta pertimbangan hakim dalam memutus sengketa tersebut. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan bentuk penelitian yuridis normatif dengan metode kepustakaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwasannya penerapan sita umum kepailitan serta sita pidana memiliki esensi dan tujuannya masing-masing sehingga dalam memutus, hakim tidak dapat mencampur adukan terkait kedudukan penyitaan tersebut melainkan haruslah diputus secara satu per satu. Selain itu dalam mengatasi sengketa harta pailit yang diletakan sita pidana, Kurator berwenang untuk mengajukan Gugatan Lain-Lain kepada Pengadilan Niaga agar hakim memisahkan harta pailit yang benar-benar memiliki keterkaitan dengan tindak pidana untuk dikedepankan penyitaan pidananya dan selanjutnya, terhadap Putusan Pidana tersebut Kurator juga berwenang untuk mengajukan upaya keberatan bilamana Hakim Pengadilan Pidana melakukan perampasan terhadap Harta Pailit tersebut.
With the imposition of bankruptcy judgment, the Insolvent Debtor loses its right to control its property which is included in the Bankruptcy Boedel, and is legally given the task of settlement to the Curator. However, carrying out its settlement duties, often the Curator finds obstacles such as the placement of criminal confiscation of the bankrupt assets which results in hampering the settlement efforts made and creates uncertainty for the Insolvent Creditor in obtaining repayment of its receivables. In this thesis, it will be explained regarding the role and authority of the Curator in overcoming the settlement of bankruptcy property disputes placed by the criminal seizure and the judge's consideration in deciding the dispute. In conducting this research, the author used a form of normative juridical research with literature methods. From the results of the research conducted, it was found that the application of general bankruptcy and criminal confiscation has its own essence and purpose so that in deciding, judges cannot mix complaints related to the position of confiscation but must be decided one by one. In addition, in resolving disputes over bankruptcy assets placed under criminal confiscation, the Curator is authorized to file a Miscellaneous Claim to the Commercial Court so that the judge separates the bankruptcy assets that are truly related to the criminal act to put forward criminal confiscation and furthermore, against the Criminal Judgment the Curator is also authorized to file an objection if the Criminal Court Judge confiscates the Bankruptcy Property."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library