Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isravani Valencia
Abstrak :
Provinsi DKI Jakarta umumnya mengandalkan tangki septik di perumahan dan IPAL permukiman di kawasan tertentu sebagai tempat pembuangan tinja setempat serta membuang cairan efluennya ke saluran drainase, tetapi penelitian mengenai kinerja penyisihan unsur AMR-nya masih minim. IPAL permukiman sebagai salah satu sistem pengolahan tinja setempat menciptakan kondisi yang kondusif bagi terjadinya akuisisi resistensi antarinang via transfer gen horizontal (HGT) berdasarkan kelimpahan nutrisi, kelimpahan mobile genetic elements (MGE) yang memfasilitasi HGT, proses pengolahan, kandungan logam berat sebagai tekanan selektif, dan variabel lain-lain. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis prevalensi ARG dan MGE dengan metode High-Throughput Quantitative Polymerase Chain Reaction (HT-qPCR), tingkat reduksi atau peningkatan ARG dan MGE, serta hubungan antara logam berat dan MGE dengan ARG di IPAL permukiman. Sebanyak 8 dari 65 gen target masih terdeteksi di semua sampel unit final (n = 8). Salah satunya adalah crAss56 yang mengindikasikan bahwa efluen cairan IPAL permukiman menjadi potensial sumber diseminasi AMR di hilir. IPAL permukiman tidak menunjukkan kemampuan reduksi kelimpahan absolut gen 16S rRNA, MGE, ARG yang konsisten, bahkan salah satunya (ST4) mengamplifikasi semua gen-gen tersebut. Terlihat pola kelimpahan ARG berbeda antara IPAL permukiman terindikasi terbengkalai dengan yang beroperasional yang menyiratkan mekanisme pengolahan tertentu, seperti pengolahan biologis (aerobik, anaerobik, kombinasi) dan klorinasi, dapat berkontribusi dalam proliferasi ARG. Analisis korelasi Spearman menunjukkan korelasi signifikan secara statistik (p-value < 0.05) dengan arah positif antara mangan (Mn) vs. ARG (qacE∆1_3 > aph3-ib > ereA), seng (Zn) vs. ARG (aph3-ib > vanA > ereA > blaSHV11 > intl3 > qnrS2), serta MGE (intl3) vs. ARG (ereA > vanA > aph3-ib > blaSHV11 > qacE∆1_3 > qnrS2). Maka, korelasi tersebut menandakan intl3 memiliki potensial tinggi sebagai fasilitator HGT. Logam berat juga mungkin menginduksi HGT dan/atau menyeleksi dengan antibiotik secara bersamaan terhadap ARB. Maka, penemuan penelitian ini menyorotkan pentingnya diadakannya pemantauan AMR di berbagai sistem air limbah, khususnya black water. ......The DKI Jakarta Province generally relies on septic tanks in residential areas and tenement wastewater treatment plants in certain areas as on-site feces disposal sites along with discharging their effluent water into drainage channels, but research on their AMR element removal performance is still limited. Tenement WWTPs as one of the on-site feces treatment systems create conditions that are conducive to the acquisition of resistance between hosts via horizontal gene transfer (HGT) based on the abundance of nutrients, the abundance of mobile genetic elements (MGE) which facilitate HGT, treatment processes, heavy metal content as selective pressure, and other variables. Thus, this research was conducted to analyze the prevalence of ARG and MGE using the High-Throughput Quantitative Polymerase Chain Reaction (HT-qPCR) method, the level of reduction or increase in ARG and MGE, as well as the relationship between heavy metals and MGE and ARG in tenement WWTPs. A total of 8 of the 65 target genes were still detected in all final unit samples (n = 8). One of them was crAss56 which indicated that tenement WWTP effluent water is a potential source of downstream AMR dissemination. Tenement WWTPs did not show a consistent ability to reduce the absolute abundance of 16S rRNA, MGE, ARG genes, in fact one of them (ST4) amplified all of these genes. It can be seen that the pattern of ARG abundance is different between tenement WWTP indicated to be abandoned and those that are operational, which implies that certain treatment mechanisms, such as biological treatment (aerobic, anaerobic, combined) and chlorination, can contribute to the proliferation of ARGs. Spearman correlation analysis showed a statistically significant correlation (p-value < 0.05) in the positive direction between manganese (Mn) vs. ARGs (qacE∆1_3 > aph3-ib > ereA), zinc (Zn) vs. ARGs (aph3-ib > vanA > ereA > blaSHV11 > intl3 > qnrS2), as well as MGEs (intl3) vs. ARGs (ereA > vanA > aph3-ib > blaSHV11 > qacE∆1_3 > qnrS2). Therefore, this correlation indicates that intl3 has high potential as a facilitator of HGT. Heavy metals may also induce HGT and/or co-select against ARBs with antibiotics. Thus, the findings of this study highlight the importance of monitoring AMR in various wastewater systems, especially black water.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alnila Syalwaa
Abstrak :
Sistem sanitasi setempat diartikan sebagai suatu sistem pengolahan air limbah domestik yang dilakukan langsung pada sumbernya (in-situ). Namun, pada penerapannya tidak semua rumah tangga memiliki sistem sanitasi yang aman ataupun layak. Penelitian in menggunakan alat inspeksi sanitasi yang disusun oleh peneliti Universitas Indonesia bekerja sama dengan UNICEF sebagai bentuk pengembangan form inspeksi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan penggabungan dengan syarat-syarat teknis yang ditetapkan oleh SNI 2398:2017 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Pengolahan Lanjutan. Alat inspeksi sanitasi ini ditujukan pada rumah tangga di kota dan kabupaten yang telah berhasil memberhentikan praktik buang air besar sembarangan (BABS) sesuai hasil survei STBM. Kota dan kabupaten tersebut adalah Kota Kupang, Kota Mataram, dan Kabupaten Sumbawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi sistem sanitasi setempat berdasarkan hasil form inspeksi sanitasi, menganalisis kesesuaian kondisi yang ada terhadap SNI 2398:2017, dan mencari tingkat pengaruh dari faktor non teknis (pekerjaan responden, status kepemilikan rumah, dan kepadatan penduduk) terhadap kondisi sistem sanitasi setempat suatu rumah tangga. Metode yang digunakan adalah metode statistik deskriptif dan metode regresi logistik biner untuk mengetahui besar pengaruh berdasarkan nilai Odds Ratio (OR). Hasil yang diperoleh adalah persentase rumah tangga dengan akses sanitasi aman di Kota Kupang, Kota Mataram, dan Kabupaten Sumbawa Barat adalah 1%, 5%, dan 11%. Persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak adalah 83%, 91%, 89%. Sementara rumah tangga dengan akses sanitasi belum layak adalah 16% di Kota Kupang dan 4% di Kota Mataram. Persentase rumah tangga dengan tempat penampungan tinja yang sesuai dengan SNI 2398:2017 adalah 2% di Kota Kupang dan 35% di Kabupaten Sumbawa Barat. Rumah tangga yang tidak sesuai berturut-turut 94%, 97%, dan 58%. Kemudian berdasarkan hasil regresi logistik biner kondisi sistem sanitasi setempat dipengaruhi secara signifikan oleh pekerjaan responden dan kepadatan penduduk dengan nilai OR 2,29 dan 2,3. Sehingga disimpulkan bahwa mayoritas rumah tangga di kota objek studi sudah memiliki akses sanitasi layak namun masih jauh dari kesesuaian dengan SNI 2398:2017. Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi sistem sanitasi setempat adalah pekerjaan responden dan kepadatan penduduk. Saran yang dapat diberikan adalah peningkatan program edukasi dan penyediaan fasilitas yang mendukung pelaksanaan sistem sanitasi setempat seperti pengadaan sub-sistem pengangkutan dan pengolahan akhir lumpur tinja (IPLT). ...... On-site sanitation system is defined as a domestic wastewater treatment system that is carried out directly at its source (in-situ). However, in practice, not all households have a safe or improved sanitation system. This study uses a sanitation inspection tool that is a form of development of the Community Based Total Sanitation (CBTS) inspection form and incorporation with the technical requirements stipulated by SNI 2398:2017 about Procedures for Planning Septic Tanks with Advanced Treatment, compiled by researchers from Universitas Indonesia in collaboration with UNICEF. This sanitation inspection tool is aimed at households in cities and regencies that have succeeded in stopping the practice of open defecation (ODF) according to the CTBS survey. The cities and regencies are Kupang City, Mataram City, and West Sumbawa Regency. This study aims to analyze the existing condition of the on-site sanitation system based on the results of the sanitation inspection form, to analyze the compliancy of the existing condition with SNI 2398:2017, and to find out the influence of non-technical factors (respondent's occupation, home ownership status, and population density) on the existing on-site sanitation system conditions of a household. The method used are  descriptive statistical method and binary logistic regression method to determine the magnitude of the effect based on the Odds Ratio (OR) value. The results obtained are the percentage of households with safely managed sanitation system in Kupang City, Mataram City, and West Sumbawa Regency are 1%, 5%, and 11%. The percentage of households with access to basic sanitation is 83%, 91%, and 89%, respectively. Meanwhile, households with inadequate sanitation access were 16% in Kupang City and 4% in Mataram City. The percentage of households with a faecal containment that complies with SNI 2398:2017 is 2% in Kupang City and 35% in West Sumbawa Regency. The non-conforming households are 94%, 97%, and 58%, respectively. Subsequently, based on the results of binary logistic regression, on-site sanitation system conditions were significantly influenced by the respondent's occupation status and population density with OR values ​​of 2.29 and 2.3. It is concluded that the majority of households in these locations already have access to proper sanitation but are still far from conforming to SNI 2398:2017. One of the factors that influence the condition of the on-site sanitation system is the respondent's occupation and population density. Suggestions that can be given are improving education programs and providing facilities that support the implementation of the on-site sanitation system, such as the procurement of a sub-system of transportation and final treatment plant for sewage sludge.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danisha
Abstrak :
Pada tahun 2023, sektor limbah menyumbang 12% emisi GRK di Indonesia, dimana perhitungannya masih menggunakan pendekatan pemodelan. Dimana, sekitar 80% masyarakat di Indonesia menggunakan teknologi air limbah setempat. Hal ini merupakan tantangan besar dalam perhitungan GRK dari sektor air limbah yang berkorelasi dengan rencana mitigasi pengurangannya. Penelitian ini berfokus dalam mengukur laju emisi GRK secara langsung (direct measurement) dari sistem pengolahan air limbah setempat. Hingga saat ini, belum terdapat standar pengukuran emisi GRK dari sistem pengolahan air limbah setempat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan mengembangkan perangkat penangkap GRK berupa flux chamber (FC), mengestimasi laju emisi GRK berdasarkan sampel GRK yang diambil secara langsung, dan menganalisis dampaknya pada skala nasional dengan menggunakan studi kasus di Asrama Universitas Indonesia. Tangki septik objek studi dipilih karena memiliki ukuran manhole yang cukup untuk perangkat FC dan pengurasan rutin yang dilakukan oleh pihak Asrama UI. Dari segi infrastruktur, tangki septik Asrama UI memiliki kekurangan berupa lubang manhole tidak tertutup sempurna, tidak ada pipa ventilasi, dan terdapat genangan air pada outlet. Perangkat FC yang dirakit dalam penelitian ini dibuat menggunakan pipa PVC yang bersifat non-reaktif dan mudah ditemukan sehingga cocok untuk digunakan di negara berkembang. Pengambilan data penelitian dilakukan pada tangki septik yang terletak di Gedung F Asrama UI dan data diambil sebanyak dua kali dalam bulan yang berbeda. Tangki septik Gedung F Asrama UI melakukan pengurasan rutin setiap 6 bulan sekali. Hasil analisis gas diuji secara ex situ menggunakan uji gas chromatography (GC). GRK yang diukur dalam penelitian ini adalah gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Konsentrasi gas yang didapatkan selama 60 menit pengambilan data berkisar di angka 276,886—1.931.765 mg/m3 untuk gas CH4 dan 1.150,553—7.381,237 mg/m3 untuk gas CO2. Konsentrasi kedua gas cenderung mengalami peningkatan sepanjang waktu pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan laju emisi GRK yang dihasilkan dari penampungan lumpur tinja dalam tangki septik berada 20 kali lipat lebih rendah dibandingkan dengan estimasi laju IPCC. Jika dibandingkan dengan penelitian serupa, laju emisi GRK yang dihasilkan dari penelitian ini tergolong kecil. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa kemungkinan, seperti periode pengurasan tangki septik, waktu tinggal air limbah dalam tangki septik, dan infrastruktur tangki septik yang memengaruhi laju emisi GRK. Meskipun data yang digunakan hanya berasal dari 1 tangki septik yang diukur sebanyak dua kali, penelitian ini tetap melakukan perhitungan awal untuk emisi GRK di skala nasional. Hasil penelitian kemudian diekstrakpolasi ke skala nasional dengan mengalikan laju emisi per kapita dengan persentase penduduk yang menggunakan tangki septik. Laju emisi GRK dari sektor pengolahan air limbah setempat berdasarkan penelitian ini diperkirakan berkontribusi hingga 2% dari emisi GRK sektor limbah di Indonesia. ......In 2023, the waste sector will contribute 12% of GHG emissions in Indonesia, where the calculations still use a modeling approach. Around 80% of people in Indonesia use local wastewater technology. This is a big challenge in calculating GHG from the wastewater sector, which is correlated with the reduction mitigation plan. This research focuses on measuring the rate of GHG emissions directly (direct measurement) from local wastewater treatment systems. Until now, there is no standard for measuring GHG emissions from local wastewater treatment systems. Therefore, this research aims to design and develop a GHG capture device in the form of a flux chamber (FC), estimate the GHG emission rate based on GHG samples taken directly, and analyze the impact on a national scale using a case study at the University of Indonesia Dormitory. The study object's septic tank was chosen because it has a sufficient maintenance hole size for the FC device, and the UI Dormitory carries out routine draining. Regarding infrastructure, the UI Dormitory septic tank has shortcomings in the form of maintenance holes that are partially closed, no ventilation pipes, and standing water at the outlet. The FC device assembled in this research was made using PVC pipe, which is non-reactive and easy to find, making it suitable for use in developing countries. Research data was collected in a septic tank in Building F of the UI Dormitory, and data was collected twice in different months. The septic tank in Building F, UI Dormitory, is drained routinely every 6 months. The gas analysis results were tested ex-situ using the gas chromatography (GC) test. The GHGs measured in this study are methane gas (CH4) and carbon dioxide (CO2). The gas concentration obtained during 60 minutes of data collection ranged from 276,886—1.931,765 mg/m3 for CH4 gas and 1.150,553— 7.381,237 mg/m3 for CO2 gas. The concentration of both gases tends to increase throughout the sampling time. The research results show that the GHG emission rate from storing fecal sludge in septic tanks is 20 times lower than the IPCC estimated rate. Compared with similar studies, the rate of GHG emissions resulting from this research is relatively small. This may occur due to several possibilities, such as the draining period of the septic tank, the residence time of wastewater in the septic tank, and the septic tank infrastructure, which influences the rate of GHG emissions. Even though the data used only comes from 1 septic tank, which was measured twice, this research still performs initial calculations for GHG emissions nationally. The research results were then extracted to a national scale by multiplying the per capita emission rate by the population percentage using septic tanks. Based on this research, the rate of GHG emissions from the local wastewater processing sector is estimated to contribute up to 2% of the GHG emissions from the waste sector in Indonesia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library