Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laili Kadarwati
Abstrak :
ABSTRAK
Masih rendahnya perilaku peduli lingkungan pada masyarakat Indonesia merupakan suatu sebab mengapa Indonesia mengalami krisis ekologis yang cukup mengkhawatirkan dan kian bertambah patah dari tahun ke tahun. Berbagai permasalahan lingkungan seperti kebakaran hutan yang hampir terjadi setiap tahun, bahaya banjir, tanah longsor, punahnya berbagai spesies, sampai pada masalah pencemaran lingkungan terjadi di Indonesia. Demi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, manusia rela mengorbankan alam. Mereka tidak menyadari bahwa perilaku yang cenderung eksploitatif terhadap alam dapat membahayakan bagi kelangsungan hidup dibumi, orang lain, bahkan dirinya sendiri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka hal terpenting yang harus dilakukan adalah merubah perilaku baik individu maupun masyarakat terhadap lingkungan. Hal ini karena dengan perilakunya itulah manusia berinteraksi dengan alam. Baik buruknya hubungan manusia dengan alam tergantung dari tingkah laku manusia. Penelitian ini mencoba untuk melihat hubungan antara sistem nilai individu dengan perilaku peduli lingkungan. Nilai dianggap sebagai suatu keyakinan, dasar dari dilakukannya tingkah laku, dan standar untuk menilai apakah tingkah laku itu dapt diterima atau tidak. Hampir seluruh bentuk perilaku didasari oleh nilai-nilai yang dianut individu. Dengan demikian nilai-nilai yang dianut oleh individu dapat menentukan bagaimana perilaku mereka terhadap alam. Penelitian yang dilakukan menggunakan Schwartr Value Survey, suatu skala nilai yang dibuat oleh Schwartr (1992) yang telah terbukti memiliki kemampuan prediktif untuk menentukan apakah seseorang akan berperilaku peduli lingkungan atau tidak. Penelitian ini dilakukan pada sampel remaja berusia 14-18 tahun. Hal ini karena remaja merupakan generasi penerus yang akan menjadi penentu kebijakan lingkungan dimasa yang akan datang. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah Occidental sampling. Jumlah subyek dalam penelitian ini berjumlah 163 orang yang merupakan siswa SMA 14 Jakarta. Untuk menguji hubungan antara sistem nilai dengan dengan perilaku peduli lingkungan dilakukan dengan metode korelasi parsial. Hasilnya adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara sistem nilai Sel f Transcendence/Openness to Change dengan perilaku peduli lingkungan secara umum dan perilaku Warga negara yang baik. Sistem nilai Self EnhancementConservation juga memiliki hubungan dengan perilaku tersebut tetapi dengan arah yang berlawanan. Hasil / tesi yang dilakukan menunjukkan bahwa subyek yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah atas lebih berperilaku peduli lingkungan dibanding tingkat sosial ekonomi menengah bawah. Pada jenis perilaku Aktivis, laki-laki terbukti lebih berperilaku peduli lingkungan perempuan. Salah satu yang mungkin perlu diperbaiki dalam penelitian ini adalah masalah social desirability pada alat. Pada alat nilai mungkin perlu dikembangkan cara lain selain metode rating untuk mengukur nilai-nilai individu. Pada alat yang mengukur perilaku peduli lingkungan, penggunaan analisa faktor akan lebih memperbaiki hasil penelitian. Pada perilaku yang sifatnya normatif, disarankan untuk mengikutsertakan perilaku yang didasarkan pada injunctive norms, yaitu perilaku normatif yang seharusnya dilakukan dan bukan yang umumnya dilakukan. Saran praktis dari penelitian ini adalah perlunya partisipasi dari seluruh komponen masyarakat, termasuk remaja, dalam mengatasi pemasalahan lingkungan. Penanaman nilai-nilai dan sikap cinta lingkungan harus dilakukan sejak anak masih kecil baik melalui pendidikan formal maupun non formal agar nilai-nilai cinta lingkungan tersebut dapat tertanam dengan kuat.
2001
S3017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Narotama
Abstrak :
Internet adalah suatu jaringan global raksasa yang berasal dari jaringan komputer yang terhubung satu sama lain, yang merupakan media baru dalam dunia pemasaran dan berpotensi untuk mengubah cara suatu perusahaan berkomunikasi dengan konsumennya. (Hoffman dan Novak, 1995). Penerapan strategi komunikasi melalui Internet memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan media tradisional pada umumnya, baik bagi pelaku bisnis maupun bagi para konsumen. Saat ini popularitas Internet, sebagai alat bantu bisnis pada umumnya dan sebagai media komunikasi dan periklanan pada khususnya, semakin meningkat. Hal ini disebabkan prospek perkembangannya yang baik di masa depan, data demografiknya yang menarik, serta potensinya sebagai sarana yang efisien untuk periklanan, pemasaran dan bahkan distribusi langsung barang tertentu serta jasa informasi. Praktisi di bidang pemasaran menyadari bahwa pengguna Internet merupakan target konsumen yang potensial bagi barang atau jasa yang mereka tawarkan. Jumlah pengguna Internet saat ini sangat besar dan sudah tersebar ke berbagai lapisan masyarakat, tidak hanya terbatas pada kalangan perkomputeran saja, tetapi juga kalangan bisnis, pendidikan, bahkan rumah tangga. Kesuksesan dalam menggunakan Internet sebagai media pemasaran tentu saja membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam. Internet sebagai media permasaran memiliki lingkungan yang berbeda dengan media tradisional. Strategi pemasaran melalui Internet - termasuk periklanan, sarana distribusi, pricing, pengembangan produk - berbeda dengan strategi pemasaran dengan media lain pada umumnya (Belch dan Belch, 1998). Agar strategi pemasaran sukses, suatu perusahaan harus dapat mengenali konsumennya dengan baik serta dapat memuaskan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh mereka. Para pelaku bisnis cenderung untuk mengidentifikasi kalangan konsumen yang luas dengan kebutuhan yang sama dan akan memunculkan respon yang sama. Proses pengidentifikasian yang disebut segmentasi pasar ini pada hakekatnya adalah membagi konsumen yang ada kedalam kelompok-kelompok tertentu dengan kebutuhan yang sama dan akan memunculkan respon yang sama terhadap aktivitas pemasaran tertentu, misalnya iklan (Belch dan Belch, 1998). Salah satu metode segmentasi yang umumnya digunakan adalah psychographic segmentation, dimana konsumen dibagi kedalam kelompok-kelompok berdasarkan kepribadian dan/atau berdasarkan gaya hidup sehan-han. Penentuan gaya hidup biasanya dilakukan berdasarkan atas analisa terhadap aktivitas, minat dan opini dari konsumen. Gaya hidup ini kemudian dikorelasikan dengan produk, merek, dan/atau penggunaan media. Pendekatan segmentasi berdasarkan gaya hidup tidak hanya dihubungkan dengan gaya hidup yang didapat dari analisa mengenai aktivitas, minat dan opini saja, tapi juga dihubungkan dengan nilai-nilai (values) yang dimiliki oleh konsumen itu sendiri. Pengertian mengenai nilai-nilai dari konsumen menjadi penting karena nilai yang dianut oleh konsumen sangat mempengaruhi tingkah laku konsumen. Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai gaya hidup dan sistem nilai pada pengguna Internet di daerah Jabotabek, yang diharapkan hasilnya dapat memberikan informasi dan masukkan bagi praktisi di bidang produksi, pemasaran, periklanan, tentang gambaran gaya hidup dan sistem nilai pengguna Internet di Indonesia untuk membuat strategi pemasaran yang tepat untuk kelompok konsumen pengguna Internet ini. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan teknik yang digunakan adalah teknik kuesioner. Penelitian kuantitatif ini dilakukan pada 408 subyek yang semuanya merupakan pengguna Internet yang berdomisili di daerah Jabotabek. Hasil dari penelitian ini adalah didapatkannya gambaran enam profil gaya hidup dan dari pengguna Internet di daerah Jabotabek, serta gambaran nilai dari keenam profil gaya hidup tersebut. Enam gaya hidup yang dihasilkan adaiah gaya gidup ‘Sibuk’ dengan proporsi 11,5% dari seluruh subyek; gaya hidup ‘Tak Acuh’ dengan proporsi sebesar 19,2%; gaya hidup ‘Eksekutif dengan proporsi sebesar 13,9%; gaya hidup ‘Percaya Diri’ dengan proporsi sebesar 19,2%; gaya hidup ‘Soliter’ dengan proporsi sebesar 20,8%; dan yang terakhir adalah gaya hidup ‘Praktis’ dengan proporsei sebesar 15,4% dari seluruh subyek. Gambaran nilai-nilai yang dipentingkan dan yang tidak dipentingkan dari setiap profil gaya hidup tersebut pada umumnya tidak jauh berbeda, Beberapa nilai pada domain tertentu muncul pada setiap profil gaya hidup dengan urutan kepentingan yang berbedabeda. Setiap profil gaya hidup umumnya mementingkan nilai-nilai yang berada pada domain kebajikan dan keamanan, sedangkan nilai-nilai yang berada pada domain kekuasaan dan tradisi tidak dipentingkan. Saran untuk penelitian lanjutan adalah penggunaan teknik pengolahan data yang lebih dalam selain analisa klaster, seperti higher order factor analysis atau multiple discriminant agar didapatkan hasil yang saling melengkapi.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McGrath, James
New York: McGraw-Hill, 2001
658.15 VAL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hillda Marhusor
Abstrak :
Sejak pertengahan tahun 1998, Indonesia mengalami perubahan mendasar dalam sistem nilai tukar mata uangnya. Dengan sistem nilai tukar mata uang floating, Rupiah ‘dibiarkan’ bergerak bebas menurut pasar. Nilai kurs yang tidak tetap mempengaruhi Indonesia. Dalam sistem nilai tukar mata uang ini, Dombusch menawarkan sebuah model keseimbangan nilai tukar dan model nilai tukar overshooting. Dengan model keseimbangan ini akan dilihat dampak perubahan kebijakan moneter dalam jangka panjang dan jangka pendeknya. Karena harga pasar yang tidak cepat melakukan penyesuaian dalam jangka pendek, adanya shock dalam kebijakan moneter akan berdampak kepada nilai tukar yang melambung tinggi atau overshooting dari nilai keseimbangan jangka panjangnya. Dalam karya tulis ini, fenomena tersebut dibahas dengan melihat perilaku nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. ......Since middle year 1998, Indonesia had a basic change in exchange rate regime. Using floating exchange rate, Rupiah was permissively moving based on market. This dynamic exchange price influenced Indonesia economic performance. For the floating exchange rate regime, Dombusch offered an equilibrium model for exchange rate and deflned an overshooting exchange rate model. This equilibrium mode! would explain effects of monetary policy changes in long term and short term. Because of price rigidity in short term and the existence of monetary shock, they cause the price of the exchange rate boost up or overshooting from its equilibrium price in long term. This paper describes the phenomenon mentioned above for the exchange rate between Rupiah and U.S. Dollar.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T26446
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Didda Djoewanda
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S2143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atty Kurniawati
Abstrak :

ABSTRAK
Mahasiswa merupakan sumber daya yang potensial untuk menunjang keberhasilan pembangunan nasional, sehingga dengan mengetahui sistem nilai mereka saat ini dapat Iebih dikembangkan nilai-nilai positif yang sudah dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai sistem nilai pada mahasiswa Universitas Indonesia (UI), yang berupa hirarki dari nilai-nilai yang dianut serta tujuan akhir yang dianggap penting oleh mahasiswa UI. Selain itu karena latar belakang pendidikan yang mengarah kepada profesi dapat mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, maka dalam penelitian ini juga dilihat hirarki dari nilai dan tujuan akhir mahasiswa yang berasal dari fakultas fakultas ilmu eksakta dan fakultas-fakultas ilmu sosial.

Pada penelitian ini, digunakan kuesioner yang mengukur hirarki dari nilai-nilai dan tujuan akhir mahasiswa. Subyek penelitian merupakan mahasiswa UI dari 12 fakultas dan berasal dari angkatan 1990-1996. Prosedur sampling yang dipergunakan adalah nonprobability sampling. sementara teknik pengambilan sampelnya adalah incidental sampling. Metode pengolahan data yang dipakai adalah koefisien konkordansi dari Kendall (II)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai yang dianut oleh mahasiswa UI adalah nilai kebahagiaan, moral, sosial, keadilan, ilmiah, kemandirian, dan manfaat. Sedangkan tujuan akhir yang dianggap penting adalah ketakwaan, kematangan moral, keberhasilan pendidikan, keberhasilan karir, kebahagiaan, pengetahuan dan wawasan yang luas, kepekaan sosial, menemukan pasangan hidup, perluasan pergaulan, serta penerapan ilmu. Selain itu, mahasiswa yang berasal dari fakultas ilmu sosial menempatkan nilai moral lebih penting daripada nilai sosial, sedangkan mahasiswa yang berasal dari fakultas ilmu eksakta mencapaikan nilai sosial lebih tinggi daripada nilai moral. Untuk tujuan akhir, selain ketakwaan yang sama-sama meletakkannya untuk peringkat pertama, kedua kelompok terlihat berbeda dalam hirarki tujuan akhir Iainnya.

Tujuan akhir yang khas pada mahasiswa UI adalah penerapan ilmu dan ketakwaan. Sistem nilai dari kelompok yang berbeda dalam suatu lingkungan akademis yang sama dapat berbeda. Pada penelitian ini perbedaan tersebut tampak pada kelompok subyek laki-Iaki dan perempuan, kelompok subyek dengan agama yang berbeda, kelompok subyek dengan suku bangsa yang berbeda, serta kelompok subyek dengan pekerjaan orangtua yang berbeda. Dalam penelitian mengenai sistem nilai mahasiswa selanjutnya, hendaknya jumlah sampel penelitian Iebih besar dan proporsional pembagiannya, disamping perlu diperhatikan instrumen penelitian yang menggali lebih mendalam mengenai nilai dan tujuan akhir dari subyek penelitian. Hal lain yang disarankan adalah mempertahankan nilai positif yang telah dimiliki mahasiswa UI, serta mengembangkan nilai estetika, politik, kepemimpinan, dan kreativitas pada mahasiswa UI. Sistem pembelajaran di UI yang ada saat ini juga perlu ditinjau kembali, sehubungan dengan rendahnya nilai ilmiah dan penerapan ilmu pada mahasiswa UI.
1998
S2681
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erabudi Widyastuti
Abstrak :
ABSTRAK
Saat ini semakin banyak wanita yang menduduki posisi strategis dalam berbagai bidang kerja termasuk mencapai posisi manajer. Untuk dapat berperan sebagai manajer diperlukan sistem nilai yang menunjang pelaksanaan peran manajer. England (1973) menyatakan sistem nilai yang tepat bagi pelaksanaan tugas manajer adalah orientasi nilai primer Pragmatik. Orientasi nilai ini paling tepat karena sesuai dengan karakteristik peran manajer yang cenderung MaskuIin. Sedangkan sebagai wanita, para manajer ini tentunya tidak lepas dari peran jendernya sendiri. Powell dan Rokeach menyatakan adanya pengaruh peran jender seseorang terhadap sistem nilai yang diyakininya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai sistem nilai dalam bentuk orientasi nilai primer, gambaran peran jender, serta hubungan antara sistem nilai dalam bentuk orientasi nilai primer dan peran jender pada manajer wanita.

Subyek dalam penelitian ini adalah 61 manajer wanita, yang dipilih melalui metode nonprobability sampling, dengan teknik accidental sampling. Orientasi nilai primer diukur melalui kuesioner Personal Value Questionaire dari England sedangkan peran jender diukur dengan Skala MF dari Nurjanah Lubis yang merupakan adaptasi BSRI dari Sandra Bern. Metode pengolahan data yang dipakai adalah teknik korelasi Point Biserial.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar orientasi nilai primer para manajer para manajer wanita adalah Pragmatik (67,2%), Moralistik (21,3%), Afektif (3,3%) dan Berbaur (8,2%). Sedangkan gambaran peran jender dari subyek penelitian, Androgini 36,1 %), Feminin (19,7%), Maskulin (s,2%) dan peran jender Tak Tergolongkan (36,1%). Selain itu hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara orientasi nilai primer dan peran jender para manajer wanita dalam penelitian ini. Hasil lain yang di dapat dalam penelitian ini adalah adanya beberapa faktor yang tidak signifikan terhadap sistem nilai, faktor tersebut adalah usia, agama, suku, golongan jabatan, masa kerja, dan departemen. Sedangkan faktor lainnya seperti pendidikan, latar belakang pendidikan, dan jenis perusahaan menunjukkan hasil yang signifikan.

Gambaran orientasi nilai primer yang ditampilkan dalam penelitian ini sesuai dengan apa yang dikatakan England, bahwa sistem nilai dalam bentuk orientasi nilai primer para manajer yang dominan adalah orientasi nilai Pragmatis. Sedangkan peran jender yang dominan dalam penelitian ini adalah Androgini, ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Powell. Sedangkan hubungan yang tidak signifikan tampaknya dikarenakan jumlah sample yang terlalu kecil, bentuk penyebaran responden yang cenderung skewed, dan juga karena adanya pergantian peran dalam pelaksanaan tugas, artinya bahwa walau tampaknya peran jender Androgini yang menonjol, dan yang lainnya menunjukkan peran jender yang Maskulin atau Feminin ada kemungkinan bahwa dalam pelaksanaan tugasnya terdapat faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh, seperti misalnya pendidikan dan bentuk perusahaan. Hal ini akan terkait dengan budaya kerja yang ada di perusahaan tersebut.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada perusahan mengenai sistem nilai yang tepat bagi manajer, sehingga variabel ini dapat diperhatikan pada waktu seleksi ataupun pelatihan manajer. Dalam penelitian yang sejenis hendaknya jumlah sampel harus lebih besar agar didapat penyebaran yang lebih baik, dan perlu dilakukan kontrol terhadap subyek penelitian.
1998
S2845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3137
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Deddy
Abstrak :
Seringkali dijumpai berbagai sarana fisik yang tidak digunakan sebagaimana rencana pembangunannya. Tangga penyeberangan dijadikan tempat berjualan, trotoar pejalan kaki dijadikan tempat parkir kendaraan dan jalan bagi pengendara motor, serta berbagai sarana fisik lainnya termasuk pula yang ada di terminal bus Blok M. Beberapa sarana, seperti tangga turun yang menurut rancangan pembangunan hanya digunakan untuk turun penumpang dari trotoar kedatangan menuju lobi dalam kenyataan justru disalahgunakan oleh beberapa penumpang. Mereka menggunakannya juga untuk naik sehingga trotoar kedatangan yang tadinya hanya berfungsi sebagai tempat bus menurunkan penumpang digunakan juga sebagai tempat menaikkan penumpang. Padahal tempat untuk naik bus telah disediakan terpisah yakni di trotoar keberangkatan yang dapat dicapai melalui tangga naik jalur yang ada di dalam lobi. Perbedaan antara perancang bangunan dengan pengguna bangunan terhadap pemanfaatan sarana yang ada dapat terjadi karena adanya perbedaan persepsi.

Persepsi seseorang terhadap suatu hal dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya oleh nilai yang dianut orang tersebut (Robbins, 1983; Gifford, 1997). Nilai terbentuk sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan budayanya. Nilai-nilai yang dianut kemudian membentuk suatu sistem nilai yakni nilai instrumental dan nilai terminal. Menurut Rokeach (1973), nilai instrumental dan nilai terminal digunakan dalam menentukan pilihan terhadap suatu hal yang dianggap oleh seseorang lebih baik dari hal lainnya. Nilai selanjutnya akan mengarahkan orang tersebut mencapai hal yang diinginkannya dengan cara melakukan tingkah laku tertentu. Nilai-nilai yang dianut oleh penumpang bus akan mengarahkan mereka pada penggunaan berbagai fasilitas terminal yang ada sesuai dengan apa yang mereka anggap paling baik bagi dirinya masing-masing, termasuk dalam menggunakan tangga naik jalur.

Gibson (dalam Bell et.al, 1996) rnengemukakan bahwa persepsi individu terhadap suatu obyek terkait dengan setting lingkungan dimana obyek tersebut ditempatkan. Setting lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Lingkungan sosial diantaranya meliputi tingkat pengenalan individu terhadap orang-orang disekelilingnya, kesesakan, dan kepadatan. Sedangkan lingkungan fisik diantaranya seperti suhu ruangan, pencahayaan ruangan, pewarnaan ruangan, iklim, tata letak perabotan, dan keadaan geografis. Tujuan memahami persepsi individu terhadap obyek dalam setting lingkungan tertentu menurut Barker (dalam Stokols & Altman, 1987; Veitch & Arkkelin, 1995) adalah untuk menciptakan keselarasan antara individu dengan lingkungan dimana individu tersebut berada. Dalam konteks penelitian ini adalah untuk menciptakan kondisi lingkungan fisik Iobi dan terminal yang sesuai dengan keinginan penumpang sebagai penggunanya.

Subyek penelitian adalah penumpang bus yang berdasarkan jenis pekerjaan, menuntut aktivitas rutin (lima hingga enam hari perminggu). Rutinnya mereka melakukan aktivitas membuat mereka menggunakan tangga naik yang ada di lobi sebagai sarana naik bus dalarn menunjang kelancaran mereka beraktivitas.

Alat pengumpul data penelitian terdiri dari dua bagian, yakni Rokeach Value Survey dimana subyek diminta untuk meranking nilai-nilai berdasarkan keinginannya sendiri dan skala berbentuk semantik diferensial yang memuat tiga faktor yakni aktivitas, potensi dan evaluasi, Skor-skor yang diperoleh kemudian diolah dengan Spearman's rho untuk melihat hubungan antara sistem nilai dengan persepsi melalui bantuan komputer menggunakan program SPSS PC+ versi 9.0.

Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa nilai instrumental tidak mempunyai hubungan yang signifikan pada tingkat 0,05 dengan persepsi ketiga faktor pada skala semantik, sedangan pada nilai terminal menunjukkan hasil yang signifikan hanya pada faktor potensi. Hasil tambahan penelitian menunjukkan bahwa ranking pertama maupun rangking ke-18 dari nilai instrumental tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan ketiga faktor yang ada dalam skala semantik. Pada nilai terminal, hanya ranking pertama, yakni nilai kebahagiaan yang merniliki hubungan yang signifikan dengan faktor potensi.

Penelitian perlu dilanjutkan kearah melihat hubungan antarbeberapa variabel dengan persepsi penumpang terhdap pemanfaatan tangga naik jalur. Hal ini dikarenakan bahwa secara umum nilai tidak bisa dijadikan satu-satunya variabel independen yang berdiri sendiri dalam mempengaruhi pembentukan persepsi di kalangan populasi penumpang bus. Dengan demikian hubungan antarbeberapa variabel independen dengan beberapa fakor akan lebih bervariasi.

Agar mendapat gambaran lebih konprehensif tentang hubungan antara sistem nilai, yang dianut penumpang dengan persepsi mereka terhadap pemanfaatan tangga naik maka instrumen pengukuran tidak hanya menggunakan Rokeach Value Survey. Hal ini karena nilai-nilai yang dianut suatu komunitas sangat dipengaruhi oleh kultur dan keadaan demografis. Nilai-nilai yang dimiliki masyarakat Indonesia mempunyai kekhasan dan keunikan sendiri dibanding nilai- nilai yang dianut masyarakat Amerika seperti tercermin dalam alat tersebut.

Pengelola dapat rnelakukan manipulasi terhadap ruang lobi agar tangga naik maupun tangga turun jalur dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Salah satu bentuk manipulasi adalah dengan membangun eskalator yang betujuan ?memaksa? penumpang menggunakannya hanya untuk turun atau naik. Penggunaan sarana sebagaimana mestinya akan melancarkan mobilisasi penumpang dan bus yang di terminal tersebut.
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>