Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
Abstrak :
The content of the book includes: Japan launched its war of aggression against China, Chinas local war of resistance opened the prelude to the world anti-fascist war; the development of Chinas local war of resistance, the preliminary formation of the anti-Japanese national united front; Japan launched a full-scale war of aggression against China, and Chinas national war of resistance opened up the world anti-fascist war The main battlefield in the East; the strategic cooperation between Chinas front and the enemys two battlefields, smashed the Japanese fascists strategic attempt to make a quick fight, etc.
Beijing: Central Compilation & Translation Press, 2015
e20511199
eBooks Universitas Indonesia Library
Anindya Artanti
Abstrak :
Film (色,戒) Sè, Jiè karya Ang Lee dirilis pada tahun 2007 , mengisahkan tentang perjalanan seorang wanita bernama Wang Jiazhi yang bekerja sebagai mata-mata. Film ini diangkat dari novela dengan judul yang sama karya penulis wanita ternama di Cina, Eileen Chang. Berlatarkan Hongkong di tahun 1938 dan Shanghai di tahun 1942 pada saat perang Sino-Jepang kedua. Film ini mengisahkan bagaimana sosok Wang Jiazhi, seorang mahasiswi tahun pertama Universitas Lingnan, menjadi seorang mata-mata yang menargetkan kolabolator Jepang bernama Yi Mocheng. Melalui analisis tokoh Wang Jiazhi, pada makalah ini penulis ingin membahas apa saja strategi yang dilakukan selama ia menjadi mata-mata, dan apakah tokoh Wang Jiazhi mampu merepresentasikan narasi mata-mata penggoda atau seductress spy yang berkembang pada masa Republik Tiongkok (1911-1949).
......Sè, Jiè (色,戒) is a movie directed by Ang Lee and was released in 2007. The movie tells about a long journey of a young woman named Wang Jiazhi that works as a spy. This movie made based on a same-titled novella written by the most famous female writer in China, Eileen Chang. The story is set in Hong Kong in 1938 and Shanghai in 1942, during the Sino-Japanese war. It depicts how a Lingnan University freshman, Wang Jiazhi, became a spy and targeted a Japanese collaborator named Yi Mocheng. Through the character analysis of Wang Jiazhi, this paper will discuss what kind of strategy that Jiazhi use to get into Yi Mocheng and did the character of Wang Jiazhi represented the narration of seductress-spy that is familiar during the Republic of China period (1911-1949).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
China : Chinese Culture University Press
050 SMR 24 (1998)
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Anak Agung Banyu Perwita
Abstrak :
This paper aims to scrutinize the bilateral relation between the people's republic of china and republic of singapore with a specific case of environemental cooperation in their collaborative project known as "sino-singapore tianjin eco city" (SSTEC). It examines the needs of solutions to compensate chinese urban growth and the availability of singaporean expertise in sino-singapore tianjin eco city project. The writers argued that, within the bilateral relations between the two countries, the importance of this project can be categorized into three main divisions. Which are in environmental affairs, economic affairs, and political affairs. those all were executed by the implementation of the bilateral cooperation between people's republic of china (PRC) and republic of singapore (ROS) in this "SINO-Singapore tianjin eco city" project by tranforming a waste land into an eco-friendly smart city to address environmental threats
Jakarta: The Ary Suta Center, 2020
330 ASCSM 48 (2020) (2)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Abdullah Dahana
Abstrak :
Makalah ini berargumentasi, berlawanan dengan pendapat yang umum diterima, Republik Rakyat Cina (RRC) turut serta dalam Konfrontasi Indonesia untuk mengganyang Malaysia dengan setengah hati. Malahan, berlawanan dengan propagandanya yang sangat menggebu, RRC pada dasarnya merupakan pihak yang berpartisipasi dalam konfrontasi dengan secara pasif. Gejala ini disebabkan oleh fakta bahwa pada waktu konfrontasi berlangsung Partai Komunis Malaya yang didukung Cina tengah menerapkan kebijakan yang lebih lunak terhadap pemerintah Malaysia. Tambahan lagi, RRC mungkin sekali lebih peduli terhadap nasib golongan etnik Cina di Malaysia daripada mendukung partai komunis lokal.
This paper argues that contrary to the traditionally accepted opinion, the People?s Republic of China (PRC) participated in the Indonesian campaign to crush Malaysia half-heartedly. In fact, despite its strong propaganda broadcast in supporting Indonesia, the PRC was actually a passive participant in the campaign. This is due to the fact that at that time the Chinese supported Malayan Communist Party, which was pursuing a more conciliatory policy toward the Malaysian government. Furthermore, China was probably more concerned with the well-being of ethnic Chinese Malaysia than supporting the local communist party.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Abdullah Dahana
Abstrak :
Makalah ini berargumentasi, berlawanan dengan pendapat yang umum diterima, Republik Rakyat Cina (RRC) turut serta dalam Konfrontasi Indonesia untuk mengganyang Malaysia dengan setengah hati. Malahan, berlawanan dengan propagandanya yang sangat menggebu, RRC pada dasarnya merupakan pihak yang berpartisipasi dalam konfrontasi dengan secara pasif. Gejala ini disebabkan oleh fakta bahwa pada waktu konfrontasi berlangsung Partai Komunis Malaya yang didukung Cina tengah menerapkan kebijakan yang lebih lunak terhadap pemerintah Malaysia. Tambahan lagi, RRC mungkin sekali lebih peduli terhadap nasib golongan etnik Cina di Malaysia daripada mendukung partai komunis lokal.
This paper argues that contrary to the traditionally accepted opinion, the People?s Republic of China (PRC) participated in the Indonesian campaign to crush Malaysia half-heartedly. In fact, despite its strong propaganda broadcast in supporting Indonesia, the PRC was actually a passive participant in the campaign. This is due to the fact that at that time the Chinese supported Malayan Communist Party, which was pursuing a more conciliatory policy toward the Malaysian government. Furthermore, China was probably more concerned with the well-being of ethnic Chinese Malaysia than supporting the local communist party.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
PDF
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S7809
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Edbert Gani Suryahudaya
Abstrak :
Skripsi ini mengelaborasi konflik kepentingan yang terjadi antara pengusaha Sino-Thai pada era pemerintahan Thaksin Shinawatra, tahun 2001-2006, di Thailand. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan data sekunder. Temuan penelitian memperlihatkan bahwa pemerintahan Thaksin membangun pola teknokrasi yang ditujukan untuk mengembalikan dominasi modal Sino-Thai yang sempat terdesak oleh modal asing. Terdesaknya modal domestik merupakan akibat dari solusi IMF untuk menanggulangi krisis ekonomi Thailand. Konflik kepentingan muncul ketika keluarga Shinawatra menjadi yang paling diuntungkan dalam teknokrasi yang dijalankan oleh pemerintah Thailand untuk mengembalikan dominasi modal domestik pasca krisis ekonomi 1997. Untuk mengakhiri konflik tersebut, konglomerat Sino-Thai berkonsolidasi dengan monarki Thailand untuk mengambil alih pemerintahan dari kekuasaan Thaksin Shinawatra.
......This Sarjana Thesis elaborates on the conflicts of interest among Sino-Thai business during the era of Thaksin Shinawatra, in 2001-2006, using a qualitative method based on secondary data. Thaksin’s government built a system of technocratic governance to bring back the domination of domestic capital, which was being threatened by foreign capital. The domination happened as a result of the impacts of the 1997 economic crisis. Conflicts of interest appeared after Shinawatra’s family became the only oligarch who benefited significantly from the government’s technocratic style. To overcome the conflicts, Sino-Thai oligarchs attempted to consolidate with the monarchy of Thailand to overthrow the Thaksin Shinawatra government.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Josephine Adriani
Abstrak :
Bangsa Cina memiliki kekayaan beraneka ragam karya sastra sejak era kedinastian, salah satunya adalah puisi. Puisi Cina terus mengalami perkembangan, mulai dari era klasik hingga kontemporer. Salah satu penyair Cina era kontemporer adalah Ai Qing è¾é(1910—1996). Puisi-puisi yang ditulis Ai Qing banyak mengungkapkan kecintaannya akan tanah air yang mencerminkan unsur nasionalisme di dalamnya. Penelitian ini menganalisis empat puisi karya Ai Qing yang ditulis selama awal Perang Sino-Jepang II (1937—1945) menggunakan metode kualitatif secara deskriptif-analisis dengan pendekatan stilistika. Melalui analisis ini, penulis bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana stilistika puisi Ai Qing dalam merefleksikan nasionalismenya. Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini menemukan bahwa Ai Qing menggunakan romantisme sebagai sarana untuk menyuarakan unsur nasionalisme dalam karyanya. Karya-karya Ai Qing pada masa awal Perang Sino-Jepang II menciptakan narasi yang puitis, emosional, dan penuh semangat nasionalisme yang menjadi bentuk deskripsi atas realitas penderitaan dan perjuangan Tiongkok menghadapi Jepang.
......The Chinese nation boasts a diverse literary heritage dating back to dynastic eras, with poetry being a significant component. Chinese poetry has continually evolved, spanning from classical to contemporary periods. One of the contemporary Chinese poets is Ai Qing è¾é (1910—1996). His poems extensively convey his deep affection for the homeland, reflecting elements of nationalism. This research analyzes four poems by Ai Qing written during the early period of the Second Sino-Japanese War (1937—1945) employing a qualitative descriptive-analytical method with a stylistic approach. This analysis aims to examine how Ai Qing's poetic stylistics reflect his nationalism. Based on the results of the analysis, this study finds that Ai Qing employs romanticism as a means to articulate nationalistic elements in his work. Ai Qing's works during the early stages of the Second Sino-Japanese War construct a poetic narrative that is both lyrical and emotional, filled with a spirit of nationalism, serving as a descriptive depiction of the reality of China's suffering and struggle against Japan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library