Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Muhammad Amin Arigo Saci
Abstrak :
Pola hidup kurang aktifitas fisik, dan stress banyak dialami oleh pegawai perkantoran yang umumnya melakukan aktifitas mulai dari pagi hari hingga sore hari, bahkan sampai malam hari jika ada tugas tambahan.Kondisi ini tentu akan berdampak pada kesehatannya antara lain bisa memicu terjadinya Sindrom Metabolik (SM). Konsekuensi selanjutnya berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit degenaritf. Akibat nya secara keseluruhandapat membuat perusahaan menjadi rugi. Menurut ILO diperkirakan kerugian yang dialami perusahaan sebagai dampak penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja setiap tahun lebih dari US$ 2,8 triliun atau sekitar 4% dari produk domestic bruto. Saat ini Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi ancaman yang sangat serius. Pada tahun 2008 World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa ada 57 Juta kematian terjadi di dunia, sebanyak dua pertiganya atau setara lebih kurang 36 juta disebabkan oleh PTM. Dalam menghadapi permasalahan kesehatan global, WHO membuat sebuah landasan dalam kerangka berpikir yang telah di adopsi oleh banyak negara yaitu Piagam Ottawa. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat peranan promosi kesehatan di tempat kerja dalam mencegah SM pada karyawan di PT Angkasa Pura Kargo (APK) Bandara Internasional Soekarno Hatta Tangerang tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan design Rapid Assist Procedure (RAP). Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang yang terdiri dari 5 informan utama dan 2 informan kunci. Dalam proses penelitian ini pengolahan dan analisis data dimulai dengan mendokumentasikan hasil wawancara dan catatan lapangan yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan pada aspek health policy belum ada kebijakan yang secara khusus mengenai SM, dari aspek supportif environment yang terbagi menjadi fisik yang ditinjau dari fasilitas dan nonfisik berupa budaya kerja, secara lingkungan fisik PT APK telah menyediakan fasilitas sarana lingkungan kerja yang kondusif supaya pekerja dapat nyaman dalam melakukan pekerjaan nya dan sarana olahraga untuk melakukan aktifitas fisik, sedangkan aspek lingkungan nonfisik yakni budaya khusus untuk mencegah SM belum ada, meskipun demikian perusahaan telah membuat upaya budaya sehat dengan membuat media informasi ditiap meja agara karyawan mebiasakan posisi duduk yang ergonomi. Dari aspek community action yang terdiri dari internal dan eksternal. Secara internal telah ada kegiatan penggerakan aksi masa dalam upaya pencegahan SM yaitu olahraga bulutangkis. Namun bersifat sukarela. Aspek personal skill untuk mencegah SM ditempat kerja belum ada, karena informan tidak mngetahui SM. Namun, informan mempunyai cara yang berbeda dalam meningkatan nya, ada yang lewat media onlin dll. Dan aspek terakhir yaitu aspek reorient health menunjukan hasil bahwa perusahaan belum mempunyai klinik khusus. Meskipun begitu, terdapat upaya kesehatan yang diberikan induk perusahaan, yaitu dengan penyediaan klinik Sentra Medika sebagai fasilitas kesehatan pertama. Kesimpulan Berdasarkan kajian mengenai peranan promosi kesehatan ditempat kerja dalam mencegah SM pada karyawan PT APK Bandara Internasional Soekarno Hatta Tangerang 2019 aspek yang paling mendekati pemenuhan nya adalah aspek supportive environment secara fisik. Hal ini dapat terlihat dari perusahaan yang telah menyediakan sarana olaharaga untuk dimanfaatkan dan lingkungan kerja yang kondusif untuk melakukan kegiatan bekerja.
Lifestyle less physical activity, and stress experienced by many office employees who generally carry out activities ranging from morning to evening, even at night if there are additional tasks. This condition will certainly have an impact on his health, among others, can trigger the Metabolic Syndrome (SM). Subsequent consequences have the potential to cause degenerative disease. The overall consequence can make the company a loss. ILO (International Labour Organization) (2013) the estimated losses suffered by companies as a result of occupational diseases and work accidents every year are more than US $ 2.8 trillion or around 4% of gross domestic product. Currently Non-Communicable Diseases (NCD) pose a very serious threat. In 2008 the World Health Organization (WHO) revealed that there were 57 million deaths occurred in the world, as many as two-thirds or equal to approximately 36 million caused by NCD. In dealing with global health problems, WHO is making a foundation in the mindset adopted by many countries, the Ottawa Charter. In this study, researchers wanted to see the role of health promotion in the workplace in preventing SM in employees at PT Angkasa Pura Cargo (APK) Soekarno Hatta International Airport, Tangerang in 2019. This study used a qualitative method with the design of Rapid Assist Procedure (RAP). Data collection is done by in-depth interviews, observations, and document review. There are 7 informants in this study consisting of 5 main informants and 2 key informants. In this research process data processing and analysis begins by documenting the results of interviews and field notes obtained during the study. The results showed that in the health policy aspect there was no specific policy regarding SM, from the aspect of supportive environment which was divided into physical in terms of facilities and non-physical form of work culture, PT APK has provided a conducive working environment in the physical environment so that workers can comfortable doing his work and sports facilities to do physical activities, while nonphysical environmental aspects namely special culture to prevent SM not yet exist, however the company has made a healthy cultural effort by making information media on each desk so that employees are accustomed to sitting in an ergonomic position. From the aspect of community action consisting of internal and external. Internally there have been mass mobilization activities in the prevention of SM, namely badminton. But it is voluntary. Personal skill aspect to prevent SM in the workplace does not yet exist, because the informant does not know SM. However, the informants have different ways to improve it, some through online media, etc. And the last aspect is the reorientation health aspect shows the results that the company does not have a special clinic. Even so, there is a health effort provided by the parent company, namely by providing the Sentra Medika clinic as the first health facility. Conclusion Based on a study of the role of health promotion in the workplace in preventing SM in the employees of PT APK of Soekarno Hatta International Airport Tangerang in 2019, the aspect that most closely meets its aspects is the physical supportive environment. This can be seen from companies that have provided sports facilities to be utilized and a work environment conducive to conducting work activities.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54444
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Kalani Firdaus
Abstrak :
Sindrom prahaid dan gangguan siklus haid merupakan masalah yang kerap mengganggu perempuan. Patofisiologi dari keduanya berkaitan dengan faktor hormonal sehingga dihipotesiskan berkaitan. Penelitian cross-sectional analitik observasional ini dilakukan terhadap 106 mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan menggunakan kuesioner yang sudah divalidasi sebelumnya. Pengolahan data secara statistik dengan uji Chi Square dan Uji Kolgmorov-Smirnov dan didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sindrom prahaid dan gangguan siklus haid (p=0,507). Pravalensi sampel yang mengalami sindrom prahaid dan gangguan siklus cukup besar yaitu 62.2% dan 63.2%. Diantara yang mengalami gangguan siklus haid, sebagian besar (59.7%) juga mengalami sindrom prahaid. Jenis gangguan siklus haid paling banyak diantaranya menorrhagia (56.6%) dan oligomenorrhea (20.7%).
Premenstrual syndrome (PMS) and menstrual disorders are problems that are usually complained by women, especially in adolescence. The pathophysiology behind them both, the hormonal factor, are the reason behind the hypothesis of them related. This cross-sectional observasional analitic research is done on 106 college students on Faculty of Medicine University of Indonesia using a questionnaire that has been validated. Statistical process is done with Chi Square and Kolgmorov-Smirnov test and concluded that there is no significant relation between PMS (p=0.507) and menstrual disorder with prevalence of PMS and menstrual disorder are 62.2% and 63.2%. Among the samples diagnosed postive for menstrual disorders, most (59.7%) were also diagnosed with premenstrual syndrome. The most common types of menstrual disorders are menorrhagia (56.6%) and oligomenorrhea (20.7%).
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Ardian Noor
Abstrak :
Sindrom prahaid (SPH) adalah salah satu masalah kesehatan perempuan yang semakin meningkat prevalensinya selama beberapa dekade terakhir. SPH dapat menurunkan kualitas hidup perempuan saat masa suburnya. Berbagai terapi farmakologi dan nonfarmakologi digunakan untuk mengatasi gejalanya. Aktivitas fisik telah direkomendasikan sebagai salah satu metode untuk mengurangi keparahan gejala. Namun, hanya sedikit bukti yang mendukung bahwa memang ada hubungan antara SPH dengan aktivitas fisik, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan data gambaran antara dua variabel tersebut. Menggunakan desain penelitian cross-sectional peneliti ingin melihat gambaran SPH dan hubungannya dengan intensitas aktivitas fisik pada 106 mahasiswi di Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia yang berada dalam rentang usia 15-24 tahun. Data didapatkan dari 106 responden dengan menggunakan kuesioner tervalidasi. Diagnosis SPH menggunakan kriteria dari The American College of Obstetrics and Gynecology sedangkan aktivitas fisik berdasarkan kriteria pada kuesioner Rapid Assessment of Physical Activity. Hasil uji distribusi data 62.3% perempuan masuk ke dalam kriteria SPH dengan distribusi ringan 19.8%, sedang 29.2%, dan berat 13.2%. Nilai p Chi-Square antara kejadian SPH dengan intensitas aktivitas fisik 0.804 (p<0.050). Dilakukan penggabungan data aktivitas fisik (aktif, tidak aktif) dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan p=1.000. Sebagia kesimpulan, tidak ditemukan ada hubungan bermakna antara SPH dengan intensitas aktivitas fisik.
Premenstrual Syndrome (PMS) is one of women?s health problem with an increasing of its prevalence in recent decades. PMS has a high chance to reduce the quality of life for many women in their reproductive age. Variation of therapies has been used to eliminate the symptomps. Physical activity has been recommended as one of the treatments to reduce the severity of the symptoms. However, no clear evidence to support a relationship between PMS and physical activity, including in Indonesia. Therefore, specific data that gives picture of relationship between those variables is needed. Using a cross-sectional design, we evaluated PMS?s distribution in 106 college students between 15-24 years old in Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia and its relationship to physical activity. Datas from respondents were assessed by validated questionnaire. Diagnostic of PMS based on The American College of Obstetrics and Gynecology criteria of PMS and Rapid Assessment of Physical Activity were used to classified the intensity of physical activity. Distribution test shows that 62.3% women met established criteria of PMS, 19.8% with mild symptom, 29.2% moderate, and 13.2% severe. Value of p=0.804 were obtained from Chi-Square test between PMS and physical activity (p<0.050). Integration of several categories of physical activity were calculated (active, non-active) and results in p=1.000 from Kolmogorov-Smirnov test. As a conclusion, the results do not support a significant relationship between prevalent of PMS and intensity of physical activity.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Imam Tongku Padesma
Abstrak :
Sindrom Prahaid (SPH) adalah masalah kesehatan yang grafik kejadiannya meningkat pada perempuan usia muda dalam beberapa dekade terakhir. Uniknya, pola yang sama juga terjadi pada semakin dininya usia menarche dalam rentang waktu yang sama. Jakarta, sebagai ibu kota negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia, memiliki total penduduk perempuan sekitar 900 ribu. Studi ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kejadian SPH dan usia menarche pada perempuan usia 15-24 tahun di Jakarta pada tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional. Penelitian dilakukan terhadap 106 mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam rentang waktu mulai Juni 2012 hingga Juni 2013. Responden penelitian mengisi kuesioner tervalidasi yang meliputi kriteria SPH, faktor demografi, usia menarche, dan variabel lain terkait SPH. Hasil penelitian menunjukan SPH ditemukan pada 62,3% kasus, dengan distribusi ringan 19,8%, sedang 29,2%, dan berat 13,2%. Berdasarkan uji Chi-square terhadap derajat keparahan SPH dengan usia menarche, ditemukan perbedaan bermakna dengan nilai P=0,037 (P<0,05). Dengan demikian, faktor usia menarche dapat digunakan sebagai penanda karakteristik individu dalam menilai derajat keparahan SPH seorang perempuan.
Premenstrual Syndrome (PMS) is a health problem with increased incidence graph in young women in recent decades. Interestingly, the same pattern also occurred in earlier onset of menarche in the same time period. Jakarta, as the capital of the fourth most populous nation in the world, has a total population of about 900 thousand women. This study was conducted to determine the relationship of the incidence of PMS and age of menarche in women aged 15-24 years in Jakarta in 2013. Research design is an observational analytic. The study was conducted on 106 female students in the Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), from July 2012 to June 2013. Respondents completed a questionnaire covering validated PMS criteria, demographic factors, age of menarche, and other variables related to PMS. The results showed PMS was found in 62.3% of cases, distributed as 19.8% mild, 29.2% moderate and 13.2% severe. Chi-square test based on the severity of PMS and age of menarche show a significant difference were found with a value of P = 0.037 (P <0,05). Thus, age of menarche factor can be used as a marker for assessing the severity of PMS that an individual could have.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalisang, Toar J.M.
Jakarta: Sagung Seto, 2015
616.047 TOA k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2021
616.775 DIA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Athi Rahmawati
Abstrak :
ABSTRAK
Sindrom metabolik merupakan pengelompokan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskular yang prevalensinya meningkat dalam proporsi epidemi di seluruh dunia, dimana di Indonesia sendiri terdapat sekitar 13,13 . Perubahan tren aktivitas fisik menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya sindrom metabolik. Diperkirakan terdapat 26,1 penduduk Indonesia yang tergolong kurang dalam beraktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan aktivitas fisik dengan sindrom metabolik pada orang dewasa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013. Analisis regresi dilakukan pada 34.321 sampel dan dihasilkan bahwa aktivitas fisik sedang memiliki risiko 1,9 kali lebih tinggi sementara aktivitas fisik rendah 2,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas fisik berat untuk mengalami sindrom metabolik setelah dikontrol faktor usia, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok.
ABSTRACT
Metabolic syndrome is a clustering of risk factors for cardiovascular disease whose prevalence is increasing in epidemic proportions worldwide, where the prevalence in Indonesia is about 13.13 . Changes in physical activity trends are among the factors that can affect the metabolic syndrome. It is estimated that there are 26.1 of Indonesian population who are classified as low in physical activity. This study aims to study the correlation between physical activity with metabolic syndrome in Indonesian adults. This study uses secondary data Riskesdas 2013. Regression analysis was performed on 34.321 samples and the resulting moderate physical activity may increase the risk up to 1.9 times higher and low physical activity may increase the risk up to 2.2 times higher than heavy physical activity for metabolic syndrome after adjusted for age, sex, and smoking.
2017
S67333
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahtamal
Abstrak :
Sindrom metabolik adalah masalah kesehatan yang prevalensinya cenderung meningkat pada pekerja. Penelitian ini bertujuan memaparkan prevalensi kasus sindrom metabolik yang terjadi pada pekerja perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 pada dua perusahaan di Provinsi Riau dengan rancangan potong lintang. Sumber data adalah rekam medis pekerja yang melakukan medical check up periode Oktober 2013 hingga Februari 2014. Populasi adalah pekerja yang menderita sindrom metabolik sebanyak 131 orang. Sampel penelitian dipilih dengan cara total sampling yakni 131 orang. Instrumen adalah kuesioner, international physical activity questionnaire, tabel 24 hours food recall, dan tabel bantu pencatatan komponen sindrom metabolik. Pengelolaan data dilakukan secara kuantitatif menggunakan analisis univariat dan bivariat, dengan uji korelasi Spearman?s Rho dan kai kuadrat. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi sindrom metabolik sebanyak 21,58%, dengan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki, kelompok usia terbanyak adalah > 50 tahun. Sebagian besar kasus sindrom metabolik memiliki tiga komponen, dengan komponen terbanyak adalah lingkar perut dan tekanan darah. Sebanyak 23,50% kasus memiliki riwayat keluarga obesitas dan diabetes melitus. Sebagian besar kategori aktivitas adalah sedang. Jenis asupan makanan dengan kategori tidak sesuai dengan diet adalah serat pangan dan lemak jenuh. Variabel lingkar perut berhubungan bermakna secara statistik dengan tekanan darah sistolik dan diastolik serta kadar kolesterol high density lipoprotein (p < 0,05).
Metabolic syndrome is a health problem that often occurs among workers. The objective of this research was to reveal prevalence of metabolic syndrome in company workers. This research was conducted in 2014 at two Prevalensi Sindrom Metabolik pada Pekerja Perusahaan The Prevalence of Metabolic Syndrome among Company Workers Zahtamal*, Wasilah Rochmah**, Yayi Suryo Prabandari***, Lientje K. Setyawati**** companies in Riau Province with cross sectional design. Data source is the medical records of workers who have been doing medical check up between October 2013 through February 2014. The population is 131 workers who suffer from metabolic syndrome. The study sample is 131 workers, counted by total sampling. The instruments are self-reported questionnaire, international physical activity questionnaire, 24 hours food recall form and recording auxiliary table for components of of metabolic syndrome. Quantitative data management conducted with descriptive analysis and bivariate analysis, by Spearman?s Rho correlation test and chi square. Prevalence of metabolic syndrome is 21.58%, with the highest gender is male, and the largest age group is > 50 years. Most cases of metabolic syndrome has three components, with the largest component is the abdominal circumference and blood pressure. A total of 23.50% of cases have a family history of obesity and diabetes mellitus. Most categories of activity is moderate. Most types of food intake in the category ?out of dietary guidelines? are dietary fiber and saturated fat. Abdominal circumference variable has a statistically significant relationship with systolic and diastolic blood pressure and high density lipoprotein (p <0.05).
Riau: Universitas Riau, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat-Kedokteran, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Robert
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
T57303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>