Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tari Waya Wulandari
"Gaya bahasa merupakan salah satu cara berbahasa dengan mengekspresikan maksud tertentu tanpa harus mengutarakannya dengan gamblang. Gaya bahasa sindiran merupakan salah satu contoh penggunaan gaya bahasa dengan maksud menyindir lawan bicara di balik penggunaannya. Tulisan ini membahas tentang ungkapan sindiran dalam bahasa Korea yang terdapat dalam film Parasite yang dirilis pada tahun 2019. Dalam tulisan ini, penulis bertujuan untuk menganalisis ungkapan sindiran apa saja yang muncul dalam film Parasite serta mengelompokkannya berdasarkan jenis makna sindiran yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semantik dan pragmatik. Kemudian, ungkapan sindiran tersebut dikelompokkan berdasarkan gaya bahasa sindiran yang dikemukakan oleh Gorys Keraf, yaitu ironi, sinisme dan sarkasme. Dalam penelitian ini ungkapan sindiran berjumlah 26 dengan rincian 13 sindiran ironi, 8 sindiran sinisme, dan 5 sindiran sarkasme. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ungkapan sindiran dipengaruhi oleh partisipan percakapan dan hubungan sosial antara partisipan. Apabila di antara partisipan ada hierarki atau perbedaan kelas, maka kata-kata yang digunakan mengandung makna tersirat. Sedangkan apabila tidak ada kesenjangan di antara partisipan, bahasa yang digunakan cenderung langsung.

Figure of speech is a way of speaking by expressing certain intentions without having to express it clearly. Satirical expressions is one example of using language with the intention of insinuating the interlocutor behind its use. This paper discusses the satirical expressions in Korean contained in the Parasite film released in 2019. In this paper, the author aims to analyze the satire expressions that appear in the Parasite film and classify them based on the type of satire meaning used. This research uses qualitative methods with semantic and pragmatic approaches. Then, the satirical expressions are grouped based on the figure of speech put forward by Gorys Keraf, namely irony, cynicism and sarcasm. In this paper, 26 satirical expressions consist of 13 irony, 8 cynicism, and 5 sarcasm. The results of this paper indicate that satirical expressions are influenced by who the conversation participants are and how the social relationships between the participants. If there are hierarchies or class differences among the participants, the words used have an implied meaning. Meanwhile, if there are no gaps between participants, the language used tends to be direct."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Friska Gania Putri
"Skripsi ini meneliti tentang tindak tutur menyindir yang dituturkan dalam bahasa Jepang. Data yang digunakan adalah percakapan yang terdapat di dalam dorama berjudul Maou. Data dianalisis menggunakan teori tindak tutur John R. Searle, lalu dikelompokkan menjadi ironi, sinisme, dan sarkasme berdasarkan teori gaya bahasa Gorys Keraf. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai macam ungkapan untuk menuturkan sebuah sindiran, mulai dari yang tidak kasar sampai yang sangat kasar.

This undergraduate thesis studies allusion speech acts uttered in Japanese. The data used are the conversations in japanese drama titled Maou. The data are analyzed using John R. Searle’s speech act theory, then are grouped into irony, cynicism, and sarcasm based on Gorys Keraf’s language style theory. Study results show that there are various expressions for uttering allusion, ranging from the not rude ones to the very rude ones.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S58009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kehidupan sosial dan budaya pada masa orde baru menyimpan banyak ketidakberesan sosial yang terekam dalam ingatan sejarah politik Indonesia. Sedangkan upaya ekspresi pada masa itu tidak berjalan dengan baik akibat adanya represi pemerintah di berbagai aspek. Proses ekspresi ini dilakukan oleh Koes Plus dalm lirik lagu Tul Jaenak melalui bahasa Jawa dan nilai budaya yang terdapat di dalamnya. Untuk meninjau hal tersebut, penelitian ini menyoroti sejumlah rumusan meliputi :1) Bagaimana teori kritik Habermas menjelaskan proses emansipasi dan pencerahan yang dilakukan Koes Plus melalui  lagu “Tul Jaenak”? (2) Bagaimana resistensi dilakukan melalui lagu “Tul Jaenak” sebagai bentuk emansipasi dan pencerahan? Untuk menjawab rumusan penelitian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses emansipasi dan pencerahan yang dilakukan Koes Plus melalui lagu “Tul Jaenak”, menggunakan teori kritisHabermas dan Resistensi Stuart Hall untuk melengkapi jawaban atas proses analisis yang searah. Sehingga penelitian ini dapat menghasilkan suatu jawaban mengenai sikap Koes Plus terhadap berupa isu ekonomi krisis beras, dan respon Koes Plus dalam realitas sosial melalui satuan lirik lagu “Tul Jaenak.

The social and cultural life of the New Order era contained many social irregularities that were neatly stored in the memory of Indonesian political history. Meanwhile, expression efforts at that time did not go well due to government repression in various aspects. Koes Plus carries out this expression process in the lyrics of the song Tul Jaenak through the Javanese language, and the cultural values ​​contained therein. The research question of this study include 1) How does Habermas' critical theory explain the process of emancipation and enlightenment carried out by Koes Plus through the song "Tul Jaenak"? (2) How is resistance carried out through the song "Tul Jaenak" as a form of emancipation and enlightenment? This study aims to identify the process of emancipation and enlightenment carried out by Koes Plus through the song "Tul Jaenak". This study uses Habermas' critical theory and Stuart Hall's resistance to complete the answer to a unidirectional analysis process. So that this research can produce an answer regarding Koes Plus' attitude towards the economic issue of the rice crisis and Koes Plus's response to social reality through the lyrical unit of the song "Tul Jaenak"."
Lengkap +
[Depok;Depok, Depok]: [Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia], 2023
TA-pdf;TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Aulia Rachma
"Rap dan hip-hop merupakan sebuah budaya yang berkembang pesat dari kaum kulit hitam di New York sebagai media kritikan terhadap keadaan sosial. Hip-hop juga telah berkembang pesat ke seluruh dunia, termasuk Korea Selatan. Penelitian ini membahas gaya bahasa sindiran bahasa Korea pada lagu rap karya Agust D. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gaya bahasa sindiran yang ditemukan dalam lagu rap Agust D. Korpus data yang digunakan adalah tiga lirik lagu dari album D-2 dan dua lagu dari album D-Day. Pertanyaan penelitian yang diangkat adalah apa saja jenis gaya bahasa sindiran yanng ditemukan dalam lagu rap Agust D. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan teknik simak-catat. Hasil penelitian menunjukkan dari lima lagu terdapat 23 baris lirik yang mengandung gaya bahasa sindiran. Gaya bahasa sindiran yang paling sering muncul adalah sarkasme.
Rap and hip-hop are a culture that is growing rapidly among black people in New York as a medium for criticizing social conditions. Hip-hop has also spread rapidly throughout the world, including South Korea. This research discusses the Korean style of satirical language in Agust D's rap songs. This research aims to explain the figure of speeches found in Agust D's rap songs in depth. The data corpus used are song lyrics from three songs from the D-2 album and two songs from the D-Day album. The research question raised is what kinds of figure of speech are found in Agust D's rap songs. The method used in this research is a descriptive analysis method using note-taking techniques. The results of the research show that from the five songs there are 23 song lines that contain figure of speeches. The figure of speech that appears most frequently is sarcasm."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library