Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juniarti Muliawan
Abstrak :
Latar belakang: Pajanan MEK dan sinar Ultraviolet dibagian Cementing (pengeleman) dapat mengganggu kesebatan, khususnya kesehatan mata pekelja. Jumlab kasus Konjungtivitis di klinik perusabaan yang selalu masuk !islam sepulub penyakit tetbanyak, sangat meumlk unlak diteliti lebih jauh, apakab kasus konjungtivitis yang terjadi di Perusahaan P sebagai akibat pekerjaan atau bukan sebagai akibat pekerjaan. Merode: Menggunaken metude studi pre dan post, dimana dilakukan intervensi dengan menggunakan chemical goggles. Semua pekerja dibagian Cementing (pengeleman) sejumlan 44 orang yang terpajan uap MEK drul sinar Ultraviolet diikutsertakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengisian kuesioner dan informed oleh pekelja dan pemeriksan fisik dan status kesehatan mata oleh dokter pemeriksa (bukan peneliti). Pada analisis data dinilai apakeh goggles dapat menurunkan jumlab kasus Konjungtivitis AkibatKerja. Hasil: Jumlab kasus Konjungtivitis Akibat Kerja sebelum penmkaian goggles 59.1% drul pada saat pentakaian goggles 56.8%. Penggonaan goggles pada penelitian ini menjadi kurang efektif disebabkan ketidakdisiplinan responden (68.2%) melepaskan goggles pada waktu bekerja. Ketidakdisiplinan disebabkan karena tingkat pendidikan responden terbesar tarnat SD-SMP sehingga kesadaran akan kesebatan kurang dan juga ketidaknyamanan (70.4%) sehingga responden sering melepaskan gogglesnya. Ketidaknyamanan didnkung dengan suhu lingkangan yang tinggi. Secara statistik tidak ditemukan hubungan yang barmakua (p> 0.05) antam faktor resiko untuk variabel umur, masa kerja, tinggl mata saat duduk, pendidikan dan kesehatan mata ( tes Schirmer) dengan terjadinya Konjungtivitis akibat kerja. Dari analisis uji Me Nemar diperoleb basil dimana tidak ada perbedaan jumlah kasus konjungtivitis sebalum dan setelab penggonaan chemical goggles pada peke!ja yang terpajan uap Metil Etil Keton drul sinar Ultraviolet. Kesimpulan: tidak terdapat perbedaan jumlab kesus konjungtivitis akibat kelja sebelum dan setelab penggunaan chemical goggles pada peke!ja yang terpajan palarut organik Metil Etil Keton dan sinar Ultraviolet dikarenakan ketidakdisiplinan di lingkungan kerja yang panas.
Background: exposure to MEK and UV mys at cementing division may cause various health problem, especially to the eyes of workers. It is very interesting subject to be studied that the incidence of conjunctivitis in company clinic always be among the most top ten diseases. Have the conjunctivitis occurred because of their job or not? Methods: study was conducted by pre and post design in which post study, respondents were interfered by using chemical goggle. Forty four workers who exposed to MEK and UV miss at cementing division plant 5 were included in tills study. Data was collected by interviewing, questionnaire, physical examination and eyes examination. Analyses of the data had done to assess whether the goggle could reduce the incident of occupation.al conjunctivitis. Results: Not having worn the goggle, the incidence of conjunctivitis among respondents was 59.1 %. Having worn the goggle the incidence of conjunctivitis among respondents was 56.&%. One of the reason was that respondents had not been discipline to wear the goggle. It was happened because most of respondents had have low educational level (elementary and junior high school) that influence to their health awareness. Respondents were also often to release the goggles {70.4%) because the use of goggles had been not convenient. That inconvenient could be result in the temperature so it is necessary to improve working environment. There was no significant relationship (p> 0.05) between risk factors for the variable of age, length of work, height level of the eyes when sitting, education level and health condition of the eyes (shimmer test) with occupational conjunctivitis. Using Me Nemar 1est obtained that there was no significant differences between pre and post the use of chemical goggle on workers who exposed to MEK and UV rays. Conclusions: This study couldn't prove the hypothesis that there had been differences on incideoce of occupational conjunctivitis between pre and post the use of chemical goggle on workers who had exposed to MEK and UV rays.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T32829
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Dita Agretta
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu pengekspor hasil ikan terbesar di Asia. Namun belakangan ini timbul masalah yang menjadi tantangan ekspor komoditi udang Indonesia yaitu adanya dugaan bakteri patogen yang terkandung di dalam udang. Dari hasil pegujian BPPMHP 1997 dari kombinasi ikan nila dan udang positif mengandung Salmonella. Salmonela typhimurium sangat berbahaya bagi tubuh manusia selain dapat menyebabkan penyakit tipus, bakteri ini juga dapat menyebabkan kematian. Pada penelitian ini penulis mencoba meneliti cara untuk mengolah air. Air yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah air danau UI. Penyinaran dengan menggunakan sinar Ultraviolet (UV) dan sinar Infrared (IR) adalah proses utama dalam proses pengolahan air yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas kinerja sinar Ultraviolet (UV) dan Infrared (IR) dalam pengolahan air untuk membunuh bakteri Salmonella thypimurium. Parameter yang diukur adalah jumlah kandungan mikroorganisme yang ada dalam air. Dalam penelitian ini dilakukan 3 variasi laju alir yaitu: 6,55mL/s; 7,98 mL/s; dan 9,13mL/s dengan penyinaran sinar UV, IR serta konfigurasi sinar UV dan IR.

Dari hasil penelitian untuk masing-masing laju alir diperoleh hasil mikroorganisme yang ada dalam air danau akan mengalami penurunan pada laju alir 6,55mL/s dan akan mengalami kenaikan pada laju alir 7,93 mL/s. Hal ini menunjukkan bahwa pad laju alir yang kecil mikroorganisme cendrungan akan mudah dibunuh dengan penyinaran UV, IR atau konfigurasi UV dan IR. Dari hasil perbandingan proses pengolahan air yang digunakan, diperoleh bahwa konfigurasi sinar Ultraviolet (UV) dan sinar Infrared (IR) memiliki Efektivitas yang paling baik jika dibandingkan dengan menggunakan penyinaran sinar Ultraviolet dan sinar Infrared (IR) tanpa konfigurasi. Jumlah bakteri setelah dilakukan proses penyinaran dengan konfigurasi UV dan IR 8,8 x 106; 1,0 x 105; 1,2 x 107 dan 4,5 x 106.
2007
S49718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library