Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arum Ariasih
Abstrak :
Kekerasan perempuan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia. Hasil pemetaan Komnas Perempuan tahun 2013 di seluruh Indonesia menunjukkan kekerasan terhadap perempuan persebarannya semakin luas, bentuknya beragam, menimbulkan bekas trauma yang dalam, dan jumlah terus berkembang mencapai 279.156 kasus. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 sikap setuju terhadap kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) meningkat menjadi 34,5% dari 30,8% (pada perempuan) dan 17,3% dari 16,3% (pada laki-laki) di tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan besaran sikap dan faktor individu, keluarga, dan masyarakat yang berhubungan dengan sikap setuju terhadap KDRT. Analisis data dilakukan pada responden laki-laki dan perempuan menikah; 38.873 orang pada SDKI 2007 dan 40.626 orang pada SDKI 2012. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan analisis statistik menggunakan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukan peningkatan sikap setuju terhadap KDRT dari tahun 2007 ke 2012. Sikap setuju lebih diterima secara luas pada faktor individu (perempuan, orang berusia lebih muda, orang berpendidikan rendah, menikah muda, status ekonomi rendah, tinggal di pedesaan, tinggal di wilayah timur) dan faktor keluarga (pernikahan yang singkat, pengambilan keputusan tunggal). ...... Violence against women is a major public health problem worldwide. The Indonesian Women National Commission 2013 mapping results showed that violence against women spreads more widely, in various types, causing traumatic scars, and the number continues to grow reaching 279.156 cases. According to the 2012 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS), attitude supporting domestic violence increase to 34.5% from 30.8% (in women) and 17.3% from 16.3% (in men) compared to 2007. This research aims to obtain attitudinal changes at individual, family, and community level of those who agreed supported domestic violence. Data analysis was done on married men and women, a total of 38,873 in 2007 IDHS and 40,626 in 2012 IDHS. IDHS used a cross-sectional design and the statistical analysis employed logistic regression. The results show an increased in supportive attitudes toward domestic violence (from 2007 to 2012). Women are more supportive at individual level, younger age, low education, younger of age at first marriage, and living rural areas and eastern island. At family level, shorter length a marital time and being a sole decision maker are significantly related to supportive attitude toward violence against women.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadar Kuswandi
Abstrak :
Sikap remaja terhadap seks bebas sudah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan, hal itu dibuktikan oleh berbagai hasil survei dan penelitian mengenai sikap seks bebas kalangan remaja, termasuk di lingkungan kampus, yang menunjukkan bahwa angka relatif sikap setuju terhadap perilaku seks bebas antara 10% - 32%. Fenomena sikap dan perilaku seks bebas itupun sudah mulai tampak pada Mahasiswa Akademi Kesehatan di Banten, bahkan yang lebih dan sekedar pegangan atau bergandengan. Keadaan-keadaan tersebut lebih diperburuk dengan adanya upaya saling menutupi antar rekan mahasiswa terhadap perilaku seks bebas yang pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai deskripsi yang lebih mendalam dan analisis dari sikap menyetujui dan perilaku seks bebas Mahasiswa Akademi Kesehatan di Banten, yang dipengaruhi oleh informasi perilaku seks dan tanggapan mahasiswa mengenai akibat perilaku seks itu sendiri. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan populasi seluruh Mahasiswa Akademi Kesehatan di Banten yang memiliki dasar pendidikan SMU, sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 351 orang. Analisis yang digunakan adalah, pertama analisis kuantitatif mulai dari analisis univariat, bivariat (dengan uji chi-square), multivariabel (dengan uji regresi logistik berganda); dan kedua adalah analisis kualitatif (dengan menggunakan FGD) untuk menunjang data hasil analisis kuantitatif. Oleh karena itu, instrumen penelitian ini terdiri dari angket dan pedoman FGD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang setuju terhadap perilaku seks bebas sebanyak 20,8%. Sedangkan yang mengaku pernah berperilaku seks bebas sebanyak 52,4%; dengan 4 tingkatan terbanyak dari jenis dan variasi perilaku seks bebas sebagai berikut, pertama berpelukan dan berciuman (26,8%), kedua berpelukan, berciuman, dan perabaan bagian sensitif dari luar pakaian (10,0%), ketiga berciuman saja (4,0%), dan keempat melakukan hubungan intim atau senggama (1,7%). Secara bivariat menunjukkan bahwa antara variabel informasi perilaku seks (dari tontonan, bacaan, mendengar dari teman, melihat langsung), dan tanggapan mahasiswa mengenai akibat perilaku seks bebas, masing-masing memiliki hubungan yang sangat bermakna secara statistik terhadap sikap mahasiswa pada perilaku seks bebas (p<α). Begitu pula antara sikap dengan perilaku seks bebas mahasiswa memiliki hubungan yang sangat bermakna secara statistik (p<α). Sedangkan secara multivariabel, diperoleh hasil bahwa faktor tanggapan mahasiswa merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap sikap seks bebas mahasiswa, dengan exponen (β) sebesar 6,258. Dari hasil analisis kualitatif diperoleh bahwa, mahasiswa pada dasarnya tidak memiliki sikap yang tegas untuk menolak perilaku seks bebas. Disamping itu, para informan (peserta FGD) menyatakan bahwa perlakuan dari leher ke atas adalah wajar, dan mereka menyadari bahwa dari perbuatan itu dapat berlanjut pada tingkat perilaku seks yang lebih serius, tetapi tetap dilakukannya. Selain itu, sebagian informan menyatakan bahwa, perilaku seks tersebut dapat digunakan untuk membuktikan rasa cintanya terhadap kekasih tercinta. Dengan adanya hasil penelitian tersebut, maka perlu dilakukan upaya pembentukan tim koordinasi pemantau dan evaluasi sikap dan perilaku mahasiswa terhadap seks bebas; pemberdayaan mahasiswa untuk dapat menolak secara tegas terhadap perilaku seks bebas, apapun bentuknya; perlu dirancang program kerjasama dengan pihak terkait untuk mencegah meluasnya sikap dan perilaku seks bebas; sisipkan secara khusus pada materi yang sedang berjalan mengenai kesehatan reproduksi, pendidikan seks dan perilaku bertanggung jawab; serta peningkatan peran pembimbing dalam memberikan masukan mengenai sikap dan perilaku yang bertanggung jawab.
The Effect of Information About Free-Sex Behavior And Students' Response to The Effect of free-Sex Behavior to Agreeing Attitude in Relation With Students' Free-Sex Behavior at Health Academy Of Banten, in 2000.Youth attitudes towards free-sex behavior have been at concerning level. This is indicated by the outcomes of survey and research regarding free-sex attitude among youths, including college students, which show the rate of agreeing attitude towards free-sex behavior is 10% - 32%. Such phenomena have appeared among students at College of Health in Banten. They hold each other's hand, walk along hand in hand, and even some of them have done more than just holding hand. Such conditions have been worsened by the fact that they attempt to conceal the reality about each other's free-sex behaviors. The objective of this research is to obtain information about description and analysis of agreeing attitude and free-sex behavior among students at College Health in Banten, which is influenced by information of free-sex behavior and student response to the effect of sexual behavior itself. The research method applied is cross sectional, and the population is all students at College Health in Banten who have high school background. The samples used for the research are 351 students. Analysis applied are, first, quantitative analysis starting from analysis of univariat, bivariat (chi-square test), to multi variable (multiple logistics regression test), and secondly, qualitative analysis (using FGD) to complement the quantitative data. The instruments used are questioners and FGD guide. The findings show that 20.8% respondents agree the free-sex behavior, 52.4% respondents have ever had free-sex behavior with following classification, first, hugging and kissing (26.8%), secondly, hugging, kissing and touching sensitive parts still covered with clothing (10.0%), thirdly, kissing only (4.0%), and fourthly, having coitus (1.7%). Based on bivarial, the findings show that the variable of information about free-sex behavior (getting from movies, readings, chats, or self-observation) and students' response statistically have significant relation with students' attitudes toward free-sex behavior (p <α). So does the relation between students' attitudes and students? behavior of free-sex. Based on multivariable, the results show that students' response is the most influencing factor of students? free-sex behavior, with exponent (β) of 6.258. From the results of qualitative analysis the findings show that basically students do not possess firm attitudes to refuse free-sex behavior. Besides that, the informants (FGD) state that what they (lovers) usually do (oriented around neck and face) is considered proper. And they realize that such treatments or movements can lead to serious ones but they keep on doing it. Besides that, some informants state that such free-sex behavior proves love feelings among lovers. The research recommends are, must be make coordination team for monitoring and evaluation of students attitude and behavior to free-sex, that students are necessarily to be enforced to be able to object to free-sex behavior, whatever forms it takes. Collaborating among programs is necessarily designed to prevent from its spreading. Such materials as reproductive health, sex education, and responsible behavior can be included or inserted in the lectures being conveyed to students.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T3482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library