Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

"PT Diamond Cold Storage is one of food manufacturing in Indonesia and the second ranking position in ice cream production beside walls. PT Diamond Cold Storage has sales growth significantly and has increasing trend of volume sales in ice cream product in 2013."

"Jaminan mutu sangat erat hubungannya dengan kepuasan pelanggan. Jaminan mutu merupakan salah satu pertimbangan pelanggan dalam menentukan pemasok mana yang akan dipilih, karena itu pemasok berusaha semaksimal mungkin memenuhi tuntutan pelanggan terhadap mutu yang disyaratkan. Cacat produk yang diketahui setelah akhir proses sangat merugikan. Untuk itu diperlukan cara pencegahan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan solusi masalah cacat produksi yang menyebabkan scratch pada bodi silinder pada area machining bodi silinder, dimana metode pengatasan dengan DMAIC six sigma yang bertujuan untuk mengurangi timbulnya kegagalan bodi silinder yang menyebabkan scratch pada bodi silinder pada saat unit motor digunakan oleh konsumen. Metode DMAIC six sigma sebagai alat analisa penyebab masalah dan penngatasan masalah. Metode ini terdiri dari langkah Define (menentukan proyek perbaikan yang didasarkan dari keluhan-keluhan dari pasar mengenai keluar asap putih di knalpot pada saat motor dijalankan), Measure (melakukan pengukuran-pengukuran kemampuan proses terhadap proses sebelum perbaikan), Analyze (melakukan analisa terhadap kemungkinankemungkinan yang menyebabkan masalah), Improve (melakukan perbaikan dari hasil-hasil analisa penyebab masalah), dan Control (melakukan kontrol atau monitoring terhadap perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan, dengan menggunakan Statistical Process Control). Berdasarkan measure (pengukuran kemampuan proses) dan analyze (analisa faktor penyebab) penyebab utama terjadi scratch pada bodi silinder adalah ketegaklurusan dengan sigma level 0.15 pada Block C, setelah dilakukan perbaikan dengan DMAIC six sigma terjadi peningkatan yang signifikan sigma level 2.85 dalam waktu yang singkat.

---

Quality assurance have relationship very close with customer satisfaction. Quality assurance is one choice for customer to determine who the supplier that good for they. That problem make the supplier must to do to fullfil the customer needs. Lose because detection product defect after process very high, so need exactly preventive action. This research have purpose to get solution abat production defect was caused scratch body cylinder in the machining area, the methode to analyze that problem use DMAIC six sigma. DMAIC six sigma is first priority mothode to make solution to define problem cause and to analyze. The way methode DMAIC is Define ( determine the topic improvement project abaut claim cutomer there are white smoke in the muffler), Measure (to measure capability process before and after improvement), Analyze ( to analyze abaut probability failure mode that was caused defect), Improve ( to do improvement base on problem analyze from analyze step), Control ( Controling and monitoring to the improvement action, with use Statistical Process Control). From Measure (process capability analysis)and Analyze (cause factor analyze), dominant factor coused scratch body cylinder is perpendicular wit sigma level 0.15 on the C Block (Four block diagram), after improvement with DMAIC six sigma methode in the short time that is increase sigma level from 0.15 to 2.85."

"Wai ting time (WT) at the emergency department (ED) is a global concern, emerging evidence indicates that a wait for care delivery may result in adverse patient outcomes. Discrete-event simulation model has been developed to redesign the existing ED based upon several inputs (i.e. historical data, staff survey, and interviews). Furthermore, a newly developed simulation model was proposed, verified, and validated using triaged management system based upon Manchester triage system. The simulation study was performed as a part of design for six sigma project to create the proposed triage process. The proposed model resulted in reducing WT by 61% and length of stay (LOS) by 34%. In return, the sigma level was improved from 0,66 to 5,18 and from 0,58 to 3,09 for WT and LOS, respectively."

"ABSTRAKSelama satu setengah tahun, pengajuan penagihan klaim rawat inap oleh RS Awal Bros Pekanbaru kepada BPJS Kesehatan menemui berbagai kendala yaitu lamanya menyerahkan berkas penagihan klaim RS yang berdampak terlambatnya RS menerima pembayaran. Penelitian dengan metode preeksperimental pre test post test ini mengobservasi waktu proses dan waktu antar proses, mengidentifikasi waste pada proses penagihan klaim serta melakukan perbaikan jangka pendek dan jangka menengah menggunakan metode Lean Six Sigma. Hasil penelitian pada bulan April 2015 menunjukkan 98% waktu proses penagihan klaim merupakan kegiatan Non Value Added dengan waktu terlama melakukan serah terima berkas penagihan kepada verifikator BPJS kesehatan adalah 26 hari dan waktu tercepat adalah 12 hari dengan nilai sigma level adalah -3,85 dan defect per million adalah 999,943. Setelah dilakukan proses perbaikan dengan metode Lean Six Sigma pada bulan September 2015, kegiatan Non Value Added menurun menjadi 92% dengan waktu terlama melakukan serah terima berkas penagihan kepada verifikator BPJS kesehatan adalah 11 hari dan waktu tercepat adalah 3 hari dengan nilai sigma level adalah 1,48 dan defect per million adalah 68,976 dengan menghasilkan kualitas klaim yang lebih baik terlihat dari hasil rekapitulasi berkas tidak ada berkas yang tidak layak klaim.

---

ABSTRACTDuring one and a half years, the insurance claim life cycle filling by Awal Bros Pekanbaru to BPJS Kesehatan faced many obstacles, such as: longer time to submit the billing claims documents that impact to delay on receives payment. This Research using pretest posttest experimental method to observe total time of insurance claim life cycle and time between processes, identify the waste, and perform short term and medium-term improvement plan by using Lean Six Sigma method. The results of the research in April 2015 showed 98% of billing claims processing time was a Non Value Added activity with the longest time to submit billing document to BPJS verificator was 26 days, and the fastest time was 12 days. The sigma value was -3,85 and defect levels was 999.943 per million. After improvement process by using Lean Six Sigma in September 2015, there were significant changes that show non value added acitivity of billing claim processing time becomes 92% with the longest time to submit billing document to BPJS verificator was 11 days, and the fastest time was 3 days which values of sigma level was 1.48 and defect per million was 68.976 with better quality claims;"

"Peningkatan konsumsi listrik nasional setiap tahunnya, menuntut pemerintah untuk meningkatkan rasio elektrifikasi nasional dengan mempercepat proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT). Maintenance merupakan faktor terpenting bagi setiap perusahaan yang mengembangkan bisnis pembangkit tenaga listrik untuk mencapai zero failure selama beroperasi sehingga menjamin ketersediaan energi listrik dan meminimalkan biaya maintenance. Namun, masih banyak perusahaan yang kurang memiliki kesadaran terhadap peran penting maintenance, salah satunya adalah PLTM XYZ. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran kinerja maintenance pada Departemen Operation & Maintenance PLTM XYZ menggunakan metode Six Sigma Maintenance Scorecard. Berdasarkan studi terdahulu, Six Sigma Maintenance Scorecard telah terbukti efektif untuk mengevaluasi tingkat ketercapaian kinerja maintenance melalui pendekatan secara komprehensif menggunakan Maintenance KPI sebagai seperangkat indikator kinerja yang disesuaikan dengan tujuan perusahaan meliputi, visi, misi dan strategi. Hasil rancangan Six Sigma Maintenance Scorecard diperoleh 17 Maintenance KPI yang terdiri atas 6 indikator pada perspektif economical, 9 indikator pada perspektif technical, dan 2 indikator pada perspektif organizational berdasarkan hasil rumusan dari 7 sasaran strategis yang telah dikategorikan ke dalam 3 kategori perspektif tersebut. Kemudian, dilakukan pembobotan terhadap rancangan Six Sigma Maintenance Scorecard menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk membobotkan Maintenance KPI sebagai input atribut Pn dalam menentukan sigma level. Hasil pengukuran kinerja maintenance menggunakan Six Sigma Maintenance Scorecard diperoleh sigma level sebesar 3,38 yang menunjukkan bahwa PLTM XYZ termasuk dalam kategori rata-rata industri pada umumnya. Adapun, indikator-indikator kinerja maintenance yang perlu segera diperbaiki dan ditingkatkan, yaitu Return on Investment, Net Profit Margin, Forced Outage Rate, Sudden Outage Frequency, Mean Time Between Failure, dan Percentage of Training Participated. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis sumber penyebab masalah dari indikator-indikator tersebut menggunakan diagram sebab akibat (fishbone diagram) sebagai upaya dalam menentukan usulan perbaikan yang tepat untuk diimplementasikan secara efektif sehingga dapat mencapai 6σ.

---

The increment of national electricity consumption along the years has required the government to increase the national electrification ratio by accelerating the construction of power plant projects based on renewable energy. Maintenance has been the most essential factor for every company that develops a power generation business to achieve zero failure during the operation in order to ensure the availability of electrical energy and minimize maintenance costs. However, there are still several companies that lack awareness in terms of important role of maintenance, one of them is PLTM XYZ. For this reason, this study aims to measure the maintenance performance at the XYZ PLTM Operation & Maintenance Department using the Six Sigma Maintenance Scorecard method. Based on the previous studies, the Six Sigma Maintenance Scorecard has been proven to be effective in evaluating the level of achievement maintenance performance through a comprehensive approach using Maintenance KPIs as a set of performance indicators that are relevant to the company's objectives including vision, mission and strategy. There are 17 Maintenance KPIs were obtained as the results of the formulation of 7 strategic goals that have been categorized into the 3 categories of perspective in Six Sigma Maintenance Scorecard which consist of 6 indicators from an economical perspective, 9 indicators from a technical perspective, and 2 indicators from an organizational perspective. Furthermore, weighting is carried out on the Six Sigma Maintenance Scorecard using the Analytical Hierarchy Process (AHP) to weight the Maintenance KPI as the input attribute of Pn in determining the sigma level. The results of measuring maintenance performance using the Six Sigma Maintenance Scorecard obtained a sigma level of 3.38 which indicating that PLTM XYZ is categorized as the industry average in general. Meanwhile, maintenance performance indicators in PLTM XYZ that need to be fixed and improved immediately are Return on Investment, Net Profit Margin, Forced Outage Rate, Sudden Outage Frequency, Mean Time Between Failure, and Percentage of Training Participated. This research could be solved by analyzing the main problem of the indicators using a fishbone diagram as an effort to determine the right improvement proposal to be implemented effectively with the result 6σ."

"Peningkatan konsumsi listrik nasional setiap tahunnya, menuntut pemerintah untuk meningkatkan rasio elektrifikasi nasional dengan mempercepat proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT). Maintenance merupakan faktor terpenting bagi setiap perusahaan yang mengembangkan bisnis pembangkit tenaga listrik untuk mencapai zero failure selama beroperasi sehingga menjamin ketersediaan energi listrik dan meminimalkan biaya maintenance. Namun, masih banyak perusahaan yang kurang memiliki kesadaran terhadap peran penting maintenance, salah satunya adalah PLTM XYZ. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran kinerja maintenance pada Departemen Operation & Maintenance PLTM XYZ menggunakan metode Six Sigma Maintenance Scorecard. Berdasarkan studi terdahulu, Six Sigma Maintenance Scorecard telah terbukti efektif untuk mengevaluasi tingkat ketercapaian kinerja maintenance melalui pendekatan secara komprehensif menggunakan Maintenance KPI sebagai seperangkat indikator kinerja yang disesuaikan dengan tujuan perusahaan meliputi, visi, misi dan strategi. Hasil rancangan Six Sigma Maintenance Scorecard diperoleh 17 Maintenance KPI yang terdiri atas 6 indikator pada perspektif economical, 9 indikator pada perspektif technical, dan 2 indikator pada perspektif organizational berdasarkan hasil rumusan dari 7 sasaran strategis yang telah dikategorikan ke dalam 3 kategori perspektif tersebut. Kemudian, dilakukan pembobotan terhadap rancangan Six Sigma Maintenance Scorecard menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk membobotkan Maintenance KPI sebagai input atribut Pn dalam menentukan sigma level. Hasil pengukuran kinerja maintenance menggunakan Six Sigma Maintenance Scorecard diperoleh sigma level sebesar 3,38 yang menunjukkan bahwa PLTM XYZ termasuk dalam kategori rata-rata industri pada umumnya. Adapun, indikator-indikator kinerja maintenance yang perlu segera diperbaiki dan ditingkatkan, yaitu Return on Investment, Net Profit Margin, Forced Outage Rate, Sudden Outage Frequency, Mean Time Between Failure, dan Percentage of Training Participated. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis sumber penyebab masalah dari indikator-indikator tersebut menggunakan diagram sebab akibat (fishbone diagram) sebagai upaya dalam menentukan usulan perbaikan yang tepat untuk diimplementasikan secara efektif sehingga dapat mencapai 6σ.

---

The increment of national electricity consumption along the years has required the government to increase the national electrification ratio by accelerating the construction of power plant projects based on renewable energy. Maintenance has been the most essential factor for every company that develops a power generation business to achieve zero failure during the operation in order to ensure the availability of electrical energy and minimize maintenance costs. However, there are still several companies that lack awareness in terms of important role of maintenance, one of them is PLTM XYZ. For this reason, this study aims to measure the maintenance performance at the XYZ PLTM Operation & Maintenance Department using the Six Sigma Maintenance Scorecard method. Based on the previous studies, the Six Sigma Maintenance Scorecard has been proven to be effective in evaluating the level of achievement maintenance performance through a comprehensive approach using Maintenance KPIs as a set of performance indicators that are relevant to the company's objectives including vision, mission and strategy. There are 17 Maintenance KPIs were obtained as the results of the formulation of 7 strategic goals that have been categorized into the 3 categories of perspective in Six Sigma Maintenance Scorecard which consist of 6 indicators from an economical perspective, 9 indicators from a technical perspective, and 2 indicators from an organizational perspective. Furthermore, weighting is carried out on the Six Sigma Maintenance Scorecard using the Analytical Hierarchy Process (AHP) to weight the Maintenance KPI as the input attribute of Pn in determining the sigma level. The results of measuring maintenance performance using the Six Sigma Maintenance Scorecard obtained a sigma level of 3.38 which indicating that PLTM XYZ is categorized as the industry average in general. Meanwhile, maintenance performance indicators in PLTM XYZ that need to be fixed and improved immediately are Return on Investment, Net Profit Margin, Forced Outage Rate, Sudden Outage Frequency, Mean Time Between Failure, and Percentage of Training Participated. This research could be solved by analyzing the main problem of the indicators using a fishbone diagram as an effort to determine the right improvement proposal to be implemented effectively with the result 6σ."

"Peningkatan konsumsi listrik nasional setiap tahunnya, menuntut pemerintah untuk meningkatkan rasio elektrifikasi nasional dengan mempercepat proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT). Maintenance merupakan faktor terpenting bagi setiap perusahaan yang mengembangkan bisnis pembangkit tenaga listrik untuk mencapai zero failure selama beroperasi sehingga menjamin ketersediaan energi listrik dan meminimalkan biaya maintenance. Namun, masih banyak perusahaan yang kurang memiliki kesadaran terhadap peran penting maintenance, salah satunya adalah PLTM XYZ. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran kinerja maintenance pada Departemen Operation & Maintenance PLTM XYZ menggunakan metode Six Sigma Maintenance Scorecard. Berdasarkan studi terdahulu, Six Sigma Maintenance Scorecard telah terbukti efektif untuk mengevaluasi tingkat ketercapaian kinerja maintenance melalui pendekatan secara komprehensif menggunakan Maintenance KPI sebagai seperangkat indikator kinerja yang disesuaikan dengan tujuan perusahaan meliputi, visi, misi dan strategi. Hasil rancangan Six Sigma Maintenance Scorecard diperoleh 17 Maintenance KPI yang terdiri atas 6 indikator pada perspektif economical, 9 indikator pada perspektif technical, dan 2 indikator pada perspektif organizational berdasarkan hasil rumusan dari 7 sasaran strategis yang telah dikategorikan ke dalam 3 kategori perspektif tersebut. Kemudian, dilakukan pembobotan terhadap rancangan Six Sigma Maintenance Scorecard menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk membobotkan Maintenance KPI sebagai input atribut Pn dalam menentukan sigma level. Hasil pengukuran kinerja maintenance menggunakan Six Sigma Maintenance Scorecard diperoleh sigma level sebesar 3,38 yang menunjukkan bahwa PLTM XYZ termasuk dalam kategori rata-rata industri pada umumnya. Adapun, indikator-indikator kinerja maintenance yang perlu segera diperbaiki dan ditingkatkan, yaitu Return on Investment, Net Profit Margin, Forced Outage Rate, Sudden Outage Frequency, Mean Time Between Failure, dan Percentage of Training Participated. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis sumber penyebab masalah dari indikator-indikator tersebut menggunakan diagram sebab akibat (fishbone diagram) sebagai upaya dalam menentukan usulan perbaikan yang tepat untuk diimplementasikan secara efektif sehingga dapat mencapai 6σ.

---

The increment of national electricity consumption along the years has required the government to increase the national electrification ratio by accelerating the construction of power plant projects based on renewable energy. Maintenance has been the most essential factor for every company that develops a power generation business to achieve zero failure during the operation in order to ensure the availability of electrical energy and minimize maintenance costs. However, there are still several companies that lack awareness in terms of important role of maintenance, one of them is PLTM XYZ. For this reason, this study aims to measure the maintenance performance at the XYZ PLTM Operation & Maintenance Department using the Six Sigma Maintenance Scorecard method. Based on the previous studies, the Six Sigma Maintenance Scorecard has been proven to be effective in evaluating the level of achievement maintenance performance through a comprehensive approach using Maintenance KPIs as a set of performance indicators that are relevant to the company's objectives including vision, mission and strategy. There are 17 Maintenance KPIs were obtained as the results of the formulation of 7 strategic goals that have been categorized into the 3 categories of perspective in Six Sigma Maintenance Scorecard which consist of 6 indicators from an economical perspective, 9 indicators from a technical perspective, and 2 indicators from an organizational perspective. Furthermore, weighting is carried out on the Six Sigma Maintenance Scorecard using the Analytical Hierarchy Process (AHP) to weight the Maintenance KPI as the input attribute of Pn in determining the sigma level. The results of measuring maintenance performance using the Six Sigma Maintenance Scorecard obtained a sigma level of 3.38 which indicating that PLTM XYZ is categorized as the industry average in general. Meanwhile, maintenance performance indicators in PLTM XYZ that need to be fixed and improved immediately are Return on Investment, Net Profit Margin, Forced Outage Rate, Sudden Outage Frequency, Mean Time Between Failure, and Percentage of Training Participated. This research could be solved by analyzing the main problem of the indicators using a fishbone diagram as an effort to determine the right improvement proposal to be implemented effectively with the result 6σ."