Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Orendo Rusfian Raharjo
Abstrak :

Fenomena iklim menarik untuk dipelajari karena berdampak sangat luas pada kehidupan manusia dan lingkungannya secara signifikan. Perubahan tersebut antara lain terlihat secara nyata dalam perubahan garis pantai dan kehiduopan di wilayah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ENSO, MJO, dan IOD terhadap perubahan garis pantai sepanjang 80 km di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, Bali. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah energi perusak dan penahan abrasi sebagai faktor yang memengaruhi perubahan garis pantai, serta laju perubahan garis pantai pada setiap karakteristik pesisir. Perubahan garis pantai diperoleh melalui analisis deliniasi citra satelit Landsat dari tahun 1995 hingga 2020. Analisis karakteristik pesisir dilakukan berdasar penggunaan lahan dan litologi setempat. Hasil analisis tersebut digunakan untuk menentukan perbedaan respon dari keberadaan ENSO, MJO, dan IOD untuk masing-masing karakteristik pantai di Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung dan Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali. La Nina, IOD positif, dan peningkatan jumlah MJO kuat di perairan Indonesia cenderung meningkatkan kekuatan parameter perusak garis pantai seperti siklon tropis, curah hujan, dan ombak. Pada fase El Nino dan IOD negatif terjadi pelemahan faktor perusak yang ditunjukan melalui penurunan nilai abrasi. Penggunaan lahan pertanian dengan litologi pesisir berpasir dan formasi selatan memiliki nilai abrasi yang lebih tinggi, pesisir  berpasir dengan litologi kuarter pada penggunaan lahan terbangun.

 


Climatic phenomena are interesting, because they have a a far-reaching impact on human life and the environment significantly. These changes can be seen clearly among the changes in coastline and living in coastal areas. This study aims to determine the effect of ENSO and IOD on changes in the shoreline along the 80 km in the District of Kuta, District of South Kuta, Badung Regency, and District of South Denpasar, Denpasar City, Bali. The parameters used in this study are the energy of destruction and abrasion shoreline resistance as factors that influence shoreline changes, as well as the rate of shoreline change in every shoreline characteristics. Shoreline changes were obtained through delineation analysis of Landsat satellite imagery from 1995 to 2020. Analysis of coastal characteristics was carried out based on land use and local lithology.  The results showed that ENSO, MJO, and IOD affected Badung Regency and Denpasar City when the temperature around Indonesian seas was higher than usual. La Nina, positive IOD, and an increase in the number of strong MJOs in Indonesian waters tend to increase the strength of shoreline destroying parameters such as tropical cyclones, rainfall, and waves. In the El Nino and IOD negative phases, there is a weakening of the damaging factor, which is shown by a decrease in the abrasion value. The agricultural landuse with sandy and limestone shoreline has high value of abrasion, in the other hand the young lithology of the quaternary era in built up area has lower average of erosion.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Ari Saputro
Abstrak :
ABSTRAK
Mangrove mempunyai peran yang penting sebagai pelindung garis pantai akibat abrasi dan akresi. Penelitian mengenai pengaruh perubahan mangrove terhadap perubahan garis pantai di Kecamatan Muaragembong selama kurun waktu 25 tahun dari tahun 1989 hingga tahun 2014 dengan menggunakan Citra Landsat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan luas mangrove dan garis pantai (luas abrasi dan akresi) yang terjadi di Kecamatan Muaragembong dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan luas mangrove terhadap perubahan luas abrasi dan akresi. Diketahui bahwa luas mangrove cenderung terus mengalami penurunan luas di tiap tahun pengamatan sedangkan perubahan garis pantai yang dominan terjadi dari tahun 1989 hingga 2014 adalah abrasi yang terus meningkat tiap tahun pengamatan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana terungkap bahwa penurunan luas mangrove mempunyai pengaruh terhadap luas abrasi sebesar 52,4% dan penambahan luas mangrove mempunyai pengaruh terhadap luas akresi dengan pengaruh sebesar 37,8%. Secara spasial terungkap bahwa penurunan dan penambahan luas mangrove berbanding lurus dengan perubahan luas abrasi dan akresi.
ABSTRACT
Mangroves have an important role as a protector of the coastline due to erosion and accretion. Research on the effects of changes in mangrove area toward shoreline change in District Muaragembong during the 25 year period from 1989 to 2014 using Landsat imagery. This study aims to determine how changes in mangrove area and coastline (extensive abrasion and accretion) that occurred in the District Muaragembong and to find out how changes in mangrove area to area changes abrasion and accretion. It is known that the vast mangrove area likely to continue to decline in each year of observation while the dominant shoreline change occurred from 1989 to 2014 is abrasion that has increased every year of observation. Based on calculations using simple linear regression analysis revealed that the decrease in mangrove area has a broad effect on abrasion 52.4% and the addition of extensive mangrove area has an influence on the effect of accretion by 37.8%. Spatially revealed that the decrease and the addition of mangrove area is proportional to the area changes abrasion and accretion.
2016
S63510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuartri Puspita Arum
Abstrak :
ABSTRAK
Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Indonesa yang memiliki wilayah pesisir terpanjang, dengan panjang sebesar 76,42 Km dan luas wilayah pesisir sekitar 1.168,85 km2. Proses dominan yang terjadi di pesisir Kabupaten Karawang adalah abrasi dan garis pantai  mundur antara 50-300 meter ke arah.  Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besar perubahan garis pantai yang terjadi di Kabupaten Karawang menggunakan citra Landsat  multi-waktu dengan pendekatan pasang-surut. Hasilnya Perubahan garis pantai lebih dinamis ketika periode 1999-2009 dengan luas abrasi sebesar 8611954m2 dan akresi sebesar 5471645m2. Hal ini dikarenakan pada periode tersebut berada pada dua jenis pasang surut yang berbeda, dimana pada tahun 1999 terjadi mixed-semidiurnal (Condong Ganda),  sedangkan untuk tahun 2009 pasut jenis mixed-diurnal (Condong Tunggal). Kemudian untuk periode 2009-2019 berada pada jenis pasut yang sama yaitu pasut jenis mixed-diurnal (Condong Tunggal) yang menyebabkan garis pantai terdeteksi mengalami sedikit perubahan.  Masing-masing segmen mengalami perubahan garis yang berbeda-beda pada tiap periode penelitian karena adanya variasi kemiringan, tutupan lahan dan morfologi muara sungai.
ABSTRACT
Karawang Regency is one of the districts in Indonesia which has the longest coastal area, with a length of 76.42 km and an area of around 1,168.85 km2 of coast. The dominant process that occurs on the coast of Karawang Regency is abrasion and the coastline retreating between 50-300 meters in a direction. The purpose of this study was to determine the extent of shoreline changes that occurred in Karawang Regency using multi-time Landsat imagery with a tidal approach. The result Changes in the shoreline were more dynamic during the period 1999-2009 with an abrasion area of 8611954m2 and an accretion of 5471645m2. This is because during that period there were two different types of tides, where in 1999 there was a mixed-semidiurnal (Double Leaning), while in 2009 the tide was mixed-diurnal (Leaning Tunggal). Then for the period 2009-2019 there was the same type of tide, namely the mixed-diurnal type tide (Leaning Tunggal) which caused the detected coastline to experience slight changes. Each segment experienced different line changes in each study period due to variations in slope, land cover and river estuary morphology.
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Since the Act No. 32/2004 about regional government and act 27/2007 about arragement of coast and small Islands were enacted, shared boundary data that must be demarcation and and shorelines that will be managed become very important....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Fikri Ihsan
Abstrak :
Wilayah Pesisir di Kabupaten Karawang memiliki garis pantai yang panjang dari barat hingga ke timur. Panjang garis pantai karawang yang membentang dari barat hingga timur berhadapan langsung dengan laut jawa. Hal ini menjadikan garis pantai di Kabupaten Karawang rentan terhadap perubahan garis pantai baik karena proses abrasi atau karena proses akresi. Abrasi dan akresi merupakan fenomena alam yang pasti terjadi pada pantai, tetapi kejadian dapat dipercepat dengan faktor aktifitas manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang terjadi akibat proses abrasi dan proses akresi terhadap perubahan luas penutup lahan di wilayah pesisir Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan dua jenis citra, yaitu citra Landsat 7 ETM+ dan citra Landsat 8 OLI/TIRS dengan periode tahun 1998-2008 dan 2008-2018. Metode yang digunakan pada penelitian yaitu Spatial Temporal dengan membandingkan luas perubahan garis pantai abrasi, akresi dan luas penutup lahan yang terjadi dalam dua periode tahun berbeda yaitu tahun 1998-2008 dan 2008-2018. ......The coastline area in the Karawang district has a long shoreline that stretches from west to east. The length of the Karawang shoreline directly faces the java sea. This makes the shoreline in Karawang district susceptible to the shoreline changes either in the abrasion process or accretion process. Abrasion and accretion are natural phenomena that will occur from the shore, but this can be accelerated by human activities. The purpose of this research was to analyze the effect of shoreline changes that occur due to abrasion and accretion processes on changes in land cover in the coastline area of Karawang district. This research used two types of images, Landsat 7 ETM+ and Landsat 8 OLI/TIRS. The method of this research was using Spatial-Temporal by comparing the area of shoreline changes in abrasion, accretion, and land cover area which occurred in two different periods of time which was in 1998-2008 and 2008-2018.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
After completion of the shore protection works, the structural and the sand fill components are susceptible to damaga. Therefore, continuing monitoring needs to be prpgrammed comprehensively....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adisty Pratamasari
Abstrak :
Monitoring perubahan iklim terutama potensi kenaikan Tinggi Muka Laut (TML) di daerah pesisir yang mempengaruhi perubahan garis pantai penting dilakukan untuk perlindungan lingkungan dan pembangunan nasional. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model spasial perubahan garis pantai melalui hasil identifikasi data garis pantai historis multitemporal tahun 1990-2021 berbasis citra Landsat (TM, ETM, dan OLI) menggunakan metode DSAS. Pemodelan spasial dibangun dengan mempertimbangkan faktor geodinamik eksternal (erosi dan akresi), faktor hidrometeorologi (kenaikan TML), faktor proses biologi (NDVI), dan faktor aktivitas antropogenik (penutup lahan), memprediksi posisi garis pantai di masa depan, berkaitan dengan rencana penataan ruang. Hasil pemodelan spasial yang merepresentasikan periode waktu tahun 1990-2021 menunjukkan rata-rata secara umum pesisir Pandeglang mengalami erosi dan akresi yang hampir seimbang, dengan dominasi persentase total erosi 53% dan akresi 47%. Lebih lanjut penelitian ini menemukan bahwa faktor aktivitas antropogenik memiliki peran penting, dimana semakin meningkatnya luasan permukiman di wilayah pesisir berpengaruh pada terjadinya akresi, dan faktor kenaikan TML tidak berpengaruh signifikan pada perubahan garis pantai, sementara faktor kerapatan vegetasi berbanding terbalik dengan perubahan garis pantai. Pemodelan prediksi perubahan garis pantai menggunakan perhitungan statistik variabel LRR dengan metode Kalman Filter pada tahun 2041 akan bervariasi di sepanjang pesisir barat Pandeglang mulai dari -261,4 meter hingga 1368,6 meter, dengan rata-rata pergeseran 6 meter. Pola ruang RTRW Kab.Pandeglang Tahun 2011-2031 berdasarkan prediksi garis pantai tahun 2031 dan 2041 secara umum mengalami dampak terutama pada kawasan pariwisata dengan dinamika pantai mengalami erosi tinggi hingga 43 meter pada tahun 2031 dan 70 meter pada tahun 2041, sementara akresi tinggi hingga 89 meter pada tahun 2031 dan 206 meter pada tahun 2041. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemangku kebijakan agar terwujud tujuan penataan ruang sebagai pusat pariwisata di Provinsi Banten yang berkelanjutan. ......Monitoring climate change, especially the potential for sea level rise (SLR) in coastal areas that affect shoreline changes, is important for environmental protection and national development. This study aims to build a spatial model of shoreline change through the results of knowing multitemporal historical coastline data for 1990-2021 based on Landsat (TM, ETM, and OLI) images using DSAS variables : NSM, SCE, EPR, and LRR. Then spatial modeling is built by considering external geodynamic factors (erosion and accretion), hydrometeorological factors (Sea Level Rise), biological process factors (vegetation), and anthropogenic activity factors (land cover), predicting the position of the coastline in the future, related to the plan. spatial planning. The results of spatial modeling representing the time period 1990-2021 show that the general average of the coast of Pandeglang experiences almost equal erosion and accretion, with the dominance of the total proportion of erosion 53% and accretion 47%. The average rate of change of the LRR value is 0.15 meters/year, the EPR value is 0.07 meters/year, and the NSM value is 2.23 meters. Anthropogenic by increasing the factors that can be seen in coastal areas have an effect on the occurrence of erosion. Meanwhile, hydrometeorological factors (Sea Level Rise) in this study have no significant effect on shoreline changes, but biological process has inversely relationship. Predictive modeling of shoreline changes using statistical calculations of LRR variables using the Kalman Filter method in 2041 will vary along the west coast of Pandeglang starting from -261, 4 meters up to 1368.6 meters, with an average shift of 6 meters. The spatial pattern of the RTRW of Pandeglang Regency in 2011-2031 based on coastline predictions in 2031 and 2041 generally has an impact, especially on the area and coastal dynamics, experiencing high erosion of up to 43 meters in 2031 and 70 meters in 2041, while high accretion up to 89 meters in 2031 and 206 meters in 2041. This needs attention from policy makers in order to realize the goal of spatial planning as a sustainable center for tourism in Banten Province.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmah Sekar Drupadi
Abstrak :
Artikel ini membahas upaya pengadaan bahan bakar minyak murah untuk nelayan di Pantai Utara pulau Jawa melalui program pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan yang dipelopori oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri pada tahun 2003. Tidak hanya dari pemerintahan, usaha ini juga melibatkan masyarakat pesisir di Pantai Utara untuk memberikan kontribusinya sebagai pengurus aktif. Dalam pelaksanaannya, Rokhmin Dahuri kemudian digantikan oleh Freddy Numberi pada tahun 2005 yang melanjutkan usaha dalam membangun stasiun pengisian bahan bakar untuk nelayan hingga tahun 2009. Artikel ini ditulis menggunakan metode sejarah, dengan sumber buku, data statistika dan artikel sezaman berhasil menampilkan beragam kendala yang dihadapi baik dari sisi pembangunan dan penerimaan nelayan Pantai Utara Pulau Jawa dalam masa pembangunan fasilitas di Pantai Utara. ......This article discusses efforts of providing Javanese Northern Shoreline fishermen with cheap fuels through the buildings of Fishermen Fuel Station, pioneered by Indonesia’s Minister of Maritime and Fisheries, Rokhmin Dahuri in 2003. Not only from the government’s side, the program also encourages locals to contribute actively as local staff. In 2005, Rokhmin Dahuri was replaced by Freddy Numberi his successor who continued his efforts up until 2009. This article is written using history methods, using sources such as books, statistics, and newspaper articles of the corresponding years managed to show the multiple constraints faced both in the buildings of the fuel stations, and from the Javanese northern shoreline fishermen’s acceptance of the program.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library