Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Josef Orth Edward P
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
S24763
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Nurkasih
Abstrak :
Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi miopia pada penjahit dan faktor-faktor risiko lain yang mempengaruhinya serta hubungan antara kerja jarak dekat dengan miopia. Metoda: Desain penelitian adalah cross sectional dengan subyek penelitian terdiri dari 310 penjahit wanita di Departemen Stitching Atletik 11 Pabrik Sepatu `X'. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2004 dengan pengukuran jarak kerja secara langsung pada subyek, pengukuran iluminasi di tempat kerja dan wawancara dengan kuesioner. Sedangkan status refraksi berdasarkan basil pemeriksaan berkala 1 tahun sebelumnya. Hasil yang diperoleh diolah menggunakan komprrter dengan program SPSS 11.0. Hasil: Terdapat 39 orang (12,6%) penderita miopia pada penjahit wanita di Departemen .S'titching Atletik 11 Pabrik Sepatu terdiri dari 36 orang (92,3%) miopia ringan dan 3 orang (7,9%) miopia sedang. Dengan regresi logistik ditemukan hubungan yang bermakna antara kerja jarak dekat dengan miopia (OR = 1,206; p = 0,001). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara faktor-faktor lain dengan miopia. Kesimpulan: Ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara kerja jarak dekat dengan miopia pada penjahit wanita di Departemen Stitching Atletik I I Pabrik Sepatu X. ......Purpose: To investigate myopia prevalence among stitchers, and other influential factors and the relationship between neanvork and myopia. Methods: A cross sectional study was performed among 310 female shoe stitchers in Athletic Shoes Stitching 11 Department of `X' Shoe Factory. Data was collected from April until May 2004, including measurement of work distance and ilumination and interviewing with questionnaire. Whereas subject's refraction status based on the medical check-up record of the one year before. The collected data was processed by SPSS 11.0 computer programme. Results: There were 39 (12,6%) miopic female shoe stitchers, consisted of 36 (92,3%) mild myopia and 3 (7,9%) moderate myopia. Logistic regression model revealed the significant relationship between nearwork and myopia (OR = 1.206; p - 0,001). No relationship was found between other factors and myopia. Conclusion: There is statistically significant relationship between neanvork and myopia among female shoe stitchers in Athletic Shoes Stitching 11 Department of X Shoe Factory.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 13641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiman Djasman
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Dariana
Abstrak :
Pabrik sepatu merupakan suatu industri pengolahan yang pekerjanya hampir seluruhnya wanita dimana pekerja di bagian stitching athletic bekerja dengan kepala menunduk menghadap mesin kerja. Pada saat kepala maju kedepan diperlukan kekuatan untuk keseimbangan kepala dan bila ini berlangsung lama akan timbul kelelahan otot yang berakibat nyeri. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui prevalensi serta faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri tengkuk. Disain penelitian adalah penelitian potong lintang dengan jumlah sample 251 yang diambil secara random sampling. Data penelitian didapat dari data medical check up, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan nyeri tekan pada daerah sub occipital, tes kompresi menurut Lhermittet, dan pengukuran-pengukuran antara lain pengukuran sudut fleksi leher menggunakan flexible curve, antopometri, tinggi meja dan penerangan. Hasil penelitian: Didapatkan prevalensi nyeri tengkuk sebesar 55.4%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri tengkuk adalah umur (p = 0.006) dan fleksi leher (p = 0.000). Faktor yang paling berperan adalah fleksi leher (p = 0.000. OR - 4.58). Kesimpulan: Dari penelitian ini secara statistik terbukti bahwa fleksi leher berhubungan dengan timbulnya nyeri tengkuk dimana pada fleksi ≥ 20° mempunyai risiko 4.58 kali lebih besar dari pada fleksi < 20°. Perlu adanya penyuluhan atau pelatihan bagi pekerja tentang cara kerja yang ergonomis dan gerakan-gerakan senam ringan untuk mengurangi keluhan nyeri tengkuk. Oleh karena itu untuk mencegah dan mengurangi prevalensi nyeri tengkuk perlu pemahaman dan kerjasama yang baik dari manajemen, pekerja, perawat dan dokter perusahaan serta instansi terkait. Relation between Neck Flexion and Neck Pain in Woman Workers of Stitching Athletic Division, Shoe Factory in Tangerang The shoe factory is a manufactory industry where most workers are women. The workers from stitching athletic division usually work with bowing forward. If the head is bent forward muscle strength is needed to maintain the position. In long period this condition leads to muscle fatigue including neck pain. Based on above situation, the research is carried out to assess the prevalence and factors influencing neck pain. Design research is cross sectional study with amount of 251 samples and randomly selected. The research data are compiled from medical check-up, anamnesis, physical examination, pain pressure examination on sub occipital area , compression test according Lhermitte and other measurements, such as : angle measurement of neck flexion using flexible curve, anthropometry, high' of table and lighting. Result: Prevalence of neck pain 55.4%. The neck pain is associated with age (p = 0.006) and neck flexion (p=0.000). The neck flexion is a main factor to deal with the neck pain. Conclusion: The research shows that neck pain is statistically associated with neck flexion where neck flexion > 20° has 4.58 greater risks than neck flexion ≤ 20°. Training and counseling on ergonomics of work ethic and light relaxation are needed by the workers in order to reduce neck pain. Awareness and collaboration among management, workers, nurses, company doctors and integrated sector is essential aspect to prevent and minimize prevalence of neck pain of employees.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Amir Amrullah
Abstrak :
Penggunaan solven sebagai pelarut zat pewarna dalam industri sandal dan sol sepatu adalah sangat penting Solven digunakan untuk memberi warna ,menghaluskan dan mengeringkan hasil cetakan. Solven yang digunakan merupakan campuran dari 18 macam zat termasuk toluene, methyl iso butil ketone, methyl etil ketone yang dapat menyebabkan kerusakan bagi fungsi tubuh bila terinhalasi. Berdasarkan penelitian efek solven pada hewan coba , mekanisme terjadinya kerusakan organ adalah akibat terbentuknya senyawa radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan inhalasi solven pewarna sepatu terhadap kadar radikal bebas darah. Penelitian dilakukan pada industri sandal dan sol sepatu, peserta adalah karyawan departemen 250 dan berasal dari ruang yang sama dan terpapar oleh solven yang sama, laki-laki ,usia 17-40 tahun, lama bekerja 5 tahun , tidak menderita penyakit kronik, tidak bekerja berat sebelumnya. Jumlah peserta yang memenuhi keriteria adalah menggunakan masker 7 orang , dan 11 orang yang tidak menggunakan masker. Responden diambil darahnya 2cc , kemudian di keringkan dan selanjutnya dihitung jumlah triplet radikal , biradikal ,radikal bebas dengan menggunakan alat elektron spin resonance. Hasil penelitian semua responden mempunyai kadar radikal yang tinggi dan dari uji statistik diperoleh bahwa kadar radikal pada kelompok yang menggunakan masker lebih rendah dibanding kelompok yang tidak menggunakan masker. Dengan demikian penggunaan masker berhubungan dengan peningkatan kadar radikal. Penelitian ini sebaiknya ditindak lanjuti untuk mencari faktor-faktor penyebab tingginya kadar radikal pada pekerja.
The Comparisons of Blood Free Radicals Concentrations Due to Cronic Inhalation of Dipping Solvents Between Workers Who Is Used Masker And Workers No Used Masker In Shoe's Industry.Solven as solutions are important in shoe's Industry.The function are given colour, softener, and dryness of end product. Dipping Solvents are composed Of chemichal substances like toluene, methyl ethyl ketone, methyl iso butil ketone, etc. Many studies of animals have shown toluene, methyl ehtyl ketone, methyl iso butil ketone to be carcinogen and toxic on body . The mechanisme toxic are due to free radicals productions. The purpose study is to showing a link between dipping solvents and blood free radical concentration. Responden are taken from 250 departemen , a man, 17-40 old age, had no cronic disease, did not heavy activity before. A total responden are 7 from masker group and 11 from no masker group. All responden to be taken 2 cc of blood, then dryed it, and count radicals with Electron Spin Resonance later. A result, All responden had highly radicals concentrations. Statisticals test showing a worker used a masker has lower concentrations a blood radicals than workers no used a masker. A conclusions we get a link between used a masker and radicals concentrations. We offer that this research will be confirm for search any factors which caused highly radical concentrations in worker.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12659
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Christianti Asrida
Abstrak :
Latar belakang: Bahan perekat/lem merupakan bahan utama yang digunakan untuk merekatkan bagian-bagian dari sepatu dalam proses industri alas kaki. Pelarut organik yang terkandung di dalam bahan perekat dapat mempengaruhi kesehatan antara lain iritasi mata yang kemudian menjadi konjungtivitis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pajanan uap pelarut organik dengan terjadinya konjungtivitis dan keluhan iritasi mata serta faktor-faktor yang berhubungan pada pekerja laki-laki industri alas kaki sektor informal, Kecamatan Ciomas,Bogor. Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan disain cross sectional. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara, pengamatan dan pengukuran lingkungan serta pemeriksaan kesehatan mata pekerja. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data mengenai demografi, riwayat penyakit, keluhan pada mata, kebiasaan merokok, sedangkan pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data tentang pemakaian APD saat bekerja, merokok sambil bekerja dan intensitas pajanan. Indentifikasi jenis pelarut organik dilakukan dengan menganalisis kandungan dan proporsi jenis pelarut organik pada kedua jenis bahan perekat kemudian dilakukan penilaian skoring berdasarkan parameter konsentrasi, daya uap dan daya iritasi. Pelarut dengan skor tertinggi dijadikan pajanan utama untuk dilakukan pemeriksaan kadamya di lingkungan kerja. Pemeriksaan mata dilakukan untuk mendiagnosis konjungtivitis berdasarkan gejala dan tanda Minis sedangkan keluhan iritasi mata berdasarkan gejala klinis. Terhadap semua variabel dilakukan uji bivariat menggunakan tes CM square atau Mann-Whitney dan kemudian variabel yang rnempunyai nilai p<0,25 dilakukan uji multivariat menggunakan Regresi Logistic Binary Hasil : Berdasarkan penilaian skoring terhadap konsentrasi, daya uap, daya iritasi masingmasing pelarut organik didapatkan bahwa toluen merupakan pajanan utama. Didapatkan bahwa prevalensi konjungtivitis 10% dan keluhan iritasi mata 21,6 %. Dari hasil analisis mutivariat didapatkan bahwa variabel yang paling berhubungan dengan keluhan iritasi mata adalah intensitas pajanan. Kelompok responder yang terpajan tinggi mempunyai risiko 4,6 kali lebih besar untuk terjadinya keluhan iritasi mata dibandingkan kelompok dengan pajanan rendah (OR=4,6; p=0,004; CI=1,65-12,84) Kesimpulan dan Saran : Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas pajanan toluen berhubungan dengan terjadinya iritasi mata. Perbaikan sistem dan pola kerja termasuk pelatihan kepada tenaga kerja perlu dilakukan.
Glue, the main substance in shoes industry, is widely used to assemble shoe parts. Organic solvent contained in glue influence worker's health such as eye irritation/conjunctivitis. The aim of this study was to know the relation between exposure of organic Solvent Fume with Conjunctivitis and Eye Irritation among men workers in shoes industry (informal sector) at Ciomas District, Bogor. Method The study design was a cross-sectional study which data was collecteu by using questionnaire, field observation, measurement of workplace environment and eye examination. Interview and their questionnaire were used to collect data about demography, health and smoking habits of the workers. Observations were used to know habitually in their being duties. The identification of organic solvent was done by analyzing the content of two kinds glues and the/: scoring them based on the solvent concentration, volatility and irritably in the eye. The organic solvent which had the highest score was chosen to be main exposure in this study. Eye examination was done to diagnose conjunctivitis on the basis of clinical symptoms and signs while eye irritation was determined by clinical symptoms. All variable were bivariate tested by using Chi-square test or Mann-Whitney test. The variables which have p value < 0.25 were included into multivariate analysis by using binary logistic regression. Result Based on the assessment of substance concentration, volatility and irritably, it was found that toluene was the main exposure organic solvent. It was found that prevalence of conjunctivitis was 10% and eye irritation was 21.6%. Multivariate analysis shows that the most related variable to the eye irritation was exposure intensity. Workers who were high exposed to toluene have 4.6 times more risk to get eye irritation than those who were low exposed (OR =4.6; p=0.006; CI=1.65-12.8) Conclusion This study shows that toluene exposure intensity have a relation with the prevalence of eye irritation. Improving system and activity of work are necessary including training for workers.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21138
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandjaitan, Togar Manahan
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reyhan Pasha
Abstrak :
Komposit aluminium dewasa ini umum digunakan untuk berbagai macam aplikasi, salah satunya adalah untuk kampas rem kereta api yang umumnya terbuat dari besi tuang kelabu. Substitusi ini terjadi dikarenakan komposit aluminium yang lebih ringan dan aman. Studi literatur dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh dari variasi temperatur artificial aging terhadap sifat mekanik dan mikrostruktur komposit AC4B/mikro-SiC. Temperatur yang optimum akan membentuk presipitat Mg2Si dan Al2Cu yang akan berdampak pada peningkatan kekuatan mekanik dari komposit. Disimpulkan bahwa tren Ultimate Tensile Strength (UTS) meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur artificial aging sampai pada temperatur optimum tertentu. Setelahnya nilai UTS akan berangsur menurun. Nilai kekerasan juga akan dipengaruhi oleh variasi temperatur artificial aging, dimana nilai kekerasan maksimum akan dicapai dengan temperatur yang optimum, lalu setelahnya menurun jika temperatur ditingkatkan. Ketahanan impak komposit AC4B/mikro SiC akan meningkat sampai nilai peak aging dikarenakan adanya perubahan morfologi butir yang menjadi lebih bulat sehingga mudah untuk menyerap energi. Temperatur artificial aging juga akan mempengaruhi ketahanan aus komposit yang berbanding lurus dengan nilai kekerasan. Diambil kesimpulan bahwa komposit AC4B/mikro SiC dapat digunakan sebagai material alternatif besi tuang kelabu pada aplikasi brake shoe kretea api.
Aluminium composites are widely used in many applications such as train brake shoe to replace grey cast iron, because of its light weight and safety. A literature study is conducted to identify the effects of artificial aging temperature variation on the mechanical properties and the microstructure of AC4B/SiC. The optimum artificial aging temperature will assist the formation of the Mg2Si and Al2Cu precipitates which will have an effect on increasing the mechanical properties of AC4B/SiC composite. The ultimate tensile strength showed that there was an increasing trend of UTS until it reaches peak aging prior to decreasing afterwards. Artificial aging temperature also affects the material hardness, where the data trend is likely has the peak hardness where the sample exceeds its maximum hardness number, after reaching its peak, the hardness number decreased with increasing temperature. Impact toughness is one of the mechanical properties that affected by the artificial aging, one of the factors is the change in grain morphology to a more rounded shape, which will make the impact toughness better. Optimum aging temperature is needed to maximize the impact toughness of the composite. Wear is also affected by variation in artificial aging temperature and in line with the hardness of the material, with increasing temperature to a certain point, the optimum wear resistance will be obtained. It was concluded that AC4B/micro SiC composite is a suitable alternative material for train brake shoe application.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahendra Ammar Pratama
Abstrak :
ABSTRAK
Penggunaan kampas rem kereta api konvensional menggunakan material besi tuang kelabu sejatinya masih memiliki kekurangan seiring terdapat konsentrasi tegangan yang tinggi sehingga dapat mengganggu fungsi pengereman. Komposit aluminium menjadi salah satu material yang menjanjikan untuk dijadikan kampas rem kereta api karena memiliki densitas yang rendah serta kombinasi sifat kekuatan dan ketahanan aus yang baik. Dalam penelitian ini, dilakukan fabrikasi komposit Aluminium ADC12 berpenguat boron karbida dengan variasi penambahan penguat sebesar 1, 3, 5, 7, dan 10 % fraksi volum melalui pengecoran aduk. Magnesium sebagai agen pembasahan, Titanium-boron sebagai penghalus butir, dan stronsium sebagai modifier ditambahkan untuk meningkatkan sifat mekanisnya. Karakterisasi material komposit ADC12/B4C dilakukan dengan melakukan analisis metalografi Optical Microscope (OM), Scanning Electron Microscope (SEM), X-Ray Difraction (XRD), dan Optical Emission Spectometry (OES) serta pengujian mekanik seperti tarik, kekerasan, impak, dan keausan. Diperoleh komposisi optimum material komposit ADC12/B4C pada variasi penambahan penguat 7% fraksi volum dengan nilai kekuatan tarik 231.117 MPa, kekerasan 58.34 HRB, ketahanan impak 0.09375 J/mm2, dan laju aus 0.00326 x 10-5 mm/m3. Beberapa fasa yang terbentuk pada material komposit diantaranya Mg2Si, Al2Cu, dan β-Al5FeSi.
ABSTRACT
Conventional railway brakeshoe using gray cast iron material actually still has disadvantages as there is a high stress concentration that can interfere with the braking function. Aluminum composite is one of the promising materials for railway brakeshoe because it has a low density and good combination of strength and wear resistance. In this study, the fabrication of Aluminium ADC12 composites reinforced by boron carbide was carried out with variations in the addition of reinforcement of 1, 3, 5, 7, and 10% volume fractions through stir casting. Magnesium as a wetting agent, Titanium-boron as a grain refiner, and strontium as a modifier added to improve its mechanical properties. Characterization of composite materials ADC12/B4C was carried out by performing metallographic analysis of Optical Microscope (OM), Scanning Electron Microscope (SEM), X-Ray Difraction (XRD), and Optical Emission Spectometry (OES) as well as mechanical tests such as tensile, hardness, impact, and wear. The optimum composition of the composite material was obtained ADC12/B4C with the addition of 7% volume fraction reinforcment with a tensile strength value of 231.117 MPa, hardness of 58.34 HRB, impact resistance 0.09375 J/mm2, and wear rate 0.00326 x 10-5 mm/m3. Some phases formed in composite materials include Mg2Si, Al2Cu, and β-Al5FeSi.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra
Abstrak :
ABSTRAK
Occupational skin diseases are the most common work related diseases in many countries. Shoe industry workers are potential to be affected by work related skin diseases (WRSDs). This study aimed to analyze the risk factors associated with WRSDs among workers in the sewing section at a shoe company in West Java. A total of 477 workers were examined and interviewed using the modified Nordic Occupational Skin Questionnaire 2002/LONG from May 2016 to July 2016. Chi square test and logistic regression were used to analyze the risk factors related to WRSDs. The results showed that 57.7% of the workers suffered from WRSDs. Most of the workers (71.7%) did not wear gloves while working: however, they washed their hands adequately at work (67.1%). Multivariate analysis indicated that a term of work, allergy records, organic dust exposure and duration of exposure per day, handwashing habits, and use of gloves while working were significant to WRSDs. Having allergy records and not wearing gloves were the two dominant factors associated with WRSDs (odds ratio: 6.743 and 6.224, respectively). Understanding the importance of using chemical protective gloves while working and washing hands with running water are essential for the proper implementation of protective measures to ensure workers safety and health.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
613 KESMAS 13:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>