Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Katili, Anilda
Abstrak :
Kota Gorontalo sebagai Ibukota Provinsi telah melalui sebuah kajian muitidisplin dengan pertimbangan disamping karena letaknya yang strategis juga karena kota ini memiliki fasilitas elementer yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pemerintahan provinsi secara efektif dan efisien. Dengan penetapan ini tentunya akan berdampak pada aktifitas dan struktur. ekonomi Kota Gorontalo yang tentu saja mernerlukan strategi pembangunan yang lebih sesuai dengan kondisi yang ada. Sehubungan dengan hal di atas, yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah menganaiisa kondisi perekonomian Kota Gorontalo dengan mengidentifikasikan sektor-sektor basis dan sektor unggulan yang diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Regional Ekonomi untuk melihat profil ekonomi daerah seperti analisa struktur ekonomi, analisa pertumbuhan ekonomi, analisa Location Quotient (LQ), analisa Shift share, Analisa Multiplier. Analisa Ekonomi Regional di Kota Gorontalo Selama Periode Tahun 1984 --2000 menunjukkan hasil sebagai berikut : - Struktur Ekonomi didominasi oleh Sektor perdagangan, hotel dan restoran (31,12 %.) sektor Jasa-jasa (26,46 %) serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi (18,77 %.) - Pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,02 % (Provinsi Sulut 6,42 %). Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai pada Tahun 1996 sebesar 9,89 % dan berangsur-angsur menurun hingga Tahun 1998 menjadi hanya sebesar 2,71 % (provinsi -2,29 %), Tahun 2000 telah mencapai 5,62 % Pengelompokkan yang didasarkan pada kiasifikasi Tahun 1930-an maka peranan masing-masing kelompok selama periode tersebut adalah sebagai berikut : - Sektor Primer (Pertanian, Pertambang) = 6,25 % - Sektor Sekunder (Industri & Bangunan) = 10,27 % - Sektor tersier (Sisanya) = 83,48 % Nilai multiplier sektor basis Kota Gorontalo berkisar antara 1,1030 - 1,2250 artinya bahwa apabila terjadi peningkatan produksi sektor basis sebesar satu unit akan memberikan dampak peningkatan perekonomian secara keseluruhan sebesar 1,1030 - 1,2250 unit. Hasil penggabungan analisis Kontribusi, Rata-rata pertumbuhan, dan analisa LQ, dan Shift Share diperoleh urutan sektor unggulan di Kota Gorontalo sebagai berikut : 1). Sektor- Pengangkutan dan Komunikasi, 2). Sektor Perdagangan, Hotel dan restoran, 3). Sektor Indutsri pengolahan, 4). Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, 5). Sektor Jasa-jasa. Secara agregat nilai Proportional share (Sp) dan nilai Differential share (Sd) Kota Gorontalo adalah negatif, hai ini menandakan bahwa secara agregat sektor- sektor yang ada di Kota Gorontalo tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan tingkat provinsi. Namun jika dilihat nilai setiap sektor, maka ada sektor yang pertumbuhannya lebih cepat dari tingkat provinsi yakni sektor Industri pengolahan, sektor Listrik, gas dan air minum, sektor Bangunan, Sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi yang ditunjukkan oleh nilainya Shift (S) yang positif. Untuk lebih memacu perekonomian Kota Gorontalo seiring dengan perkembangan Kota sebagai Ibukota provinsi maka Pernerintah Daerah sebaiknya memprioritaskan pengembangan sektor-sektor basis yang juga sebagai sektor unggulan, dengan urutan prioritas sebagai berikut sektor Perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, sektor jasajasa, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T12593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aljunaid Bakari
Abstrak :
ABSTRAK Kecenderungan proses globalisasi saat ini telah memunculkan fenomena geografi tanpa batas (geographical borderless). Secara teoritis hal ini mengindikasikan adanya peluang peningkatan pertumbuhan ekonomi dari aktifitas ekonomi yang terjadi di wilayah perbatasan antar negara. Untuk itu diperlukan kajian empriris terkait potensi wilayah dalam rangka membangun model pengembangan wilayah perbatasan laut di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Mindanao Filipina. Penelitian ini menggunakan pendekatan kombinasi. Pendekatan kuantitatif seperti analisis shift share dan location quotient adalah untuk menganalisisis sektor ekonomi potensial wilayah. Pendekatan kualitatif menjelaskan variabel penelitian yang tersintesis dari literatur mengenai aktifitas ekonomi di wilayah perbatasan Sangihe dan Mindanao. Temuan studi ini menunjukkan adanya pola Comparatif Advantage yang terjadi dalam keterkaitan ekonomi antara wilayah Sangihe dan Mindanao, dimana sangihe menjadi wilayah hinterland sebagai pemasok bahan baku agroindustri dan industri perikanan yang dikembangkan di Mindanao. Pola Comaparatif Advantage ini mengakibatkan terjadinya Backwash Effect terhadap wilayah Sangihe. Untuk mereduksi kecenderungan Backwash Effect tersebut dapat di tempuh melalui pendekatan kebijakan (policy lead) peningkatan kerjasama antara kedua wilayah.
ABSTRACT The tendency of the current globalization process has given rise to the phenomenon of geographical borderless. Theoretically it indicates an increased pattern of economic growth that occurred in the border region between countries. It is necessary for studies related to the potential empirical region in order to build a model of the development for border regions in the Districts of Sangihe Islands and Mindanao Philippines. This study uses a combined approach. Quantitative approach, shift share and location quotient analyses, is the potential for economic sectors analyzing region. A qualitative approach explains the variables that synthesized from the literature on economic activity in the border regions of Sangihe and Mindanao. The findings of this study indicate a pattern of Comparatif Advantage emeged in the economic linkages between Sangihe and Mindanao region, where the Sangihe into its hinterland as a supplier of raw materials and agro-industrial fisheries developed in Mindanao. This pattern resulted in the Backwash Effect on Sangihe region; to reduce such a Backwash Effect, one could apply a policy approach (policy lead) to encourage cooperation between the two regions.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T45264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nevi Pahlevi
Abstrak :
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun.

Untuk melaksanakan pembangunan dengan sumber daya yang terbatas sebagai konsekuensinya harus difokuskan kepada pembangunan sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten Lebak sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Wanasalam dan Kabupaten Lebak Tahun 2005 - 2008. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Kiassen Tipology, analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.

Hasil analisis Kiassen Tipology menunjukkan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Hasil analisis Location Quotient menunjukkan sektor pertanian dan sektor bangunan dan konstruksi merupakan sektor basis di Kecamatan Wanasalam. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan konstruksi, serta sektor bank dan lembaga keuangan lainnya.

Hasil analisis per sektor berdasarkan ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang menipakan sektor unggulan di Kecamatan Wanasalam dengan kriteria sektor maju dan tumbuh pesat, sektor basis, dan kompetitif adalah sektor pertanian.
ABSTRACT
Economic growth and its process are the main condition for the sustainability of the regional economic development. Because of the continuing population growth means economic needs also increase so that additional revenue required each year. This can be obtained with the increase in aggregate output (goods and services) or the Gross Regional Domestic Product (GRDP) each year.

To carry out development with limited resources as a consequence should be focused to develop the sectors that provide great multiplier effect on other sectors or the whole economy.

This research is focused to determine the regional leading sector of Lebak Regency as the information and considerations in planning economic development. Secondary data such as time series of the Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Wanasalam Sub-District and Lebak Regency in the period 2005 - 2008 are applied. Klassen Typology, Location Quotient (LQ) and Shift Share are tools of analysis.

Kiassen Typology indicates that the developed sectors are agriculture and sevices. Location Quotient analysis indicates agricultural and construction are base sectors in the Wanasalam Sub-District. Shjft Share analysis indicates that the competitive sectors are agricultural, construction, and bank and other financial institutions.

The results of the analysis based on three analysis tools indicate that the leading sector with the criteria ?s developed, base, and competitive is agricultural sector.
2011
T29919
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desira Albertine
Abstrak :
Penelitian Tesis ini bertujuan untuk Menentukan kinerja sektor-sektor dan sub sektor dalam perekonomian Kabupaten Kapuas sebelum dan sesudah pemekaran daerah serta pada tahun analisis 2000-2009 dalam lingkup Provinsi Kalimantan Tengah; Menentukan sektor basis di Kabupaten Kapuas sebelum dan sesudah pemekaran daerah dalam lingkup Provinsi Kalimantan Tengah; Membandingkan struktur perekonomian sebelum pemekaran daerah dengan struktur perekonomian sesudah pemekaran daerah dalam lingkup Provinsi Kalimantan Tengah sehingga dapat ditentukan sektor dan sub sektor yang mengalami transformasi sektoral; Menentukan kinerja sektor-sektor dan sub sektor dalam perekonomian Kabupaten Kapuas pada tahun analisis 2002-2009 dalam lingkup Kawasan Kapuas dan Sekitarnya; Menentukan sektor basis di Kabupaten Kapuas dalam lingkup Kawasan Kapuas dan Sekitarnya. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah PDRB Kabupaten Kapuas dan PDRB Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2000-2009, serta PDRB Kabupaten Gunung Mas, PDRB Kabupaten Pulang Pisau, PDRB Kabupaten Barito Selatan dan PDRB Kabupaten Barito Kuala tahun 2002-2009. Metodologi penelitian yang dipergunakan adalah : 1). Analisis Shift Share; 2). Analisis Location Quotient (LQ); 3) Analisis Prioritas Pembangunan. Dari hasil analisis diketahui Sektor yang pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor yang sama pada Provinsi Kalimantan Tengah rata-rata, sebelum pemekaran daerah terdiri atas : sub sektor Telekomunikasi, sedangkan sesudah pemekaran daerah, terdiri atas : sub sektor Peternakan dan Hasilnya; Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran; Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; dan Sub Sektor Jasa Penunjang Angkutan. Pada tahun analisis 2000-2009 terdiri dari : sub sektor Peternakan, serta sub sektor Perdagangan Besar dan Eceran. Sektor dan sub sektor yang mengalami transformasi sektoral sebelum dan sesudah pemekaran daerah di Kabupaten Kapuas dalam lingkup Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari : Sektor Pertanian; sub sektor perikanan; sub sektor tanaman perkebunan; sub sektor kehutanan; Sektor Bangunan; Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih; serta Sektor Pertambangan dan Penggalian. Sektor-sektor yang pertumbuhannya di atas rata-rata dan surplus di Kabupaten Kapuas serta mampu mengakomodir kebutuhan daerah-daerah lainnya di wilayah regional Kalimantan Tengah terdiri dari : Sektor Pertanian; sub sektor tanaman pangan, sub sektor peternakan dan sub sektor tanaman perkebunan, dan Sektor Bangunan. Sektor - sektor yang pertumbuhannya di atas rata-rata dan surplus di Kabupaten Kapuas serta mampu mengakomodir kebutuhan daerah-daerah lainnya di Kawasan Kapuas dan Sekitarnya terdiri dari : Sektor Pertanian; sub sektor tanaman pangan, sub sektor peternakan dan sub sektor tanaman perkebunan, serta Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.
Thesis research aims to Determine the performance of sectors and sub sectors in Kapuas Regency economic before and after regional expansion as well as in year 2000-2009 within the analysis scope of Central Kalimantan Province; Determining base in Kapuas Regency sector before and after regional expansion in the scope of Central Kalimantan Province; Comparing the economic structure before regional expansion with the economic structure after regional expansion in the scope of Central Kalimantan Province so can be determined the sectors and sub sectors that have sectoral transformation; Determining the performance of the sectors and sub sectors in Kapuas Regency economic year 2002-2009 in the analysis scope of Kapuas and Surrounding Areas; Specifies a base sector in Kapuas Regency economic within the scope of Kapuas and Surrounding Areas. The data used for this study was GDRP of Kapuas Regency and GDRP of Central Kalimantan Province in 2000-2009, also GDRP of Gunung Mas Regency, GDRP of Pulang Pisau Regency, GDRP of Barito Selatan Regency and GDRP of Barito Kuala year 2002-2009. Research methodologies used are: 1). Shift Share Analysis, 2). Location Quotient (LQ) Analysis; 3) Development Priorities Analysis. From the analysis result is known that, the sectors that grew more rapid than the growth of same sector in Central Kalimantan Province on average, before the regional expansion consists of : Telecommunications sub-sector, while after the regional expansion, consists of : Farms and the results sub-sector; Trade, Hotel & Restaurant sector; Wholesale and Retail sub-sector, and Transportation Support Services sub-sector. In year 2000-2009 analysis consists of : Livestock sub-sector and Wholesale and Retail sub-sector. Sectors and sub sectors that have sectoral transformation before and after regional expansion in Kapuas Regency in the scope of Central Kalimantan Province consists of : Agricultural Sector; Fisheries sub-sector; Plantation Crops sub-sector; Forestry sub-sector; Construction Sector; Finance, Leasing and Business Services Sector; Transport and Communication Sector; Electricity, Gas and Water Supply Sector; also Mining and Quarrying Sector. Sectors whose growth is above average and surplus in Kapuas Regency and also able to accommodate the needs of other areas in the scope of Central Kalimantan region consists of : Agricultural Sector; Food Crops sub-sectors, Livestock sub-sector and Plantation Crops sub-sectors, and also Building Sector. Sectors whose growth is above average and surplus in Kapuas Regency and able to accommodate the needs of other regions in the scope of Kapuas Regency and Surrounding Areas consist of : Agricultural Sector; Food Crops sub-sectors, Livestock sub-sector and Plantation Crops sub-sector, also Finance, Leasing and Business Services Sector.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T30056
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnaeni Widyaningsih
Abstrak :
Penelitian ini dimotivasi oleh visi Kota Bekasi yang tercantum dalam Rencana Strategis Kota Bekasi Tahun 2003 - 2008, yaitu sebagai kota yang ?Unggul dalam Jasa dan Perdagangan yang Bernuansa Ihsan?. Visi daerah inilah yang merupakan perwujudan keinginan dan harapan dari Kota Bekasi dalam jangka panjang. Untuk itu perlu upaya agar kondisi yang menjadi keinginan dan harapan dapat diwujudkan di masa yang akan datang. Penelitian ini mencoba menganalisis kondisi perekonomian di Kota Bekasi dan berusaha mengidentifikasi sektor-sektor strategis yang dapat dikembangkan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi serta menganalisis kebijakan yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan daerah. Sektor strategis yang dikembangkan adalah sektor yang memiliki keunggulan ekonomi di wilayah Kota Bekasi sendiri maupun dalam lingkup Provinsi Jawa Barat dan Nasional. Pendekatan yang digunakan dalam analisis perekonomian ini adalah analisis pertumbuhan dan kontribusi sektoral dalam PDRB, analisis LQ, analisis Shift Share, dan Multiplier. Sedangkan untuk strategi pengembangannya digunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor yang strategis untuk dikembangkan di Kota Bekasi adalah Sektor Industri Pengolahan, Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta Sub Sektor Pengangkutan, terutama Jasa Penunjang Angkutan. Strategi yang sebaiknya diambil dalam pengembangan potensi unggulan untuk jangka pendek adalah ?sosialisasi potensi daerah untuk meningkatkan kemampuan dan memanfaatkan posisi strategis Kota Bekasi?. Sedangkan untuk jangka panjang adalah "optimalisasi anggaran pendukung pembangunan melalui peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur maupun jaringan transportasi serta pelayanan publik lainnya". Hasil analisis menunjukkan ada ketidaksesuaian antara visi dan misi Tahun 2003 - 2008 dengan kondisi perekonomian di Kota Bekasi saat ini. Bidang jasa yang merupakan salah satu prioritas belum menunjukkan hasil yang signifikan, baik dari Sektor Jasa-jasa maupun Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.
This research is motivated by the vision contained in Strategic Plan of Bekasi City in 2003 - 2008, namely as a city that "Superior in Service and Trade with Ihsan (religious) nuance". The vision of this area is a manifestation of the wishes and expectations of the Bekasi City in the long term. It is necessary to make serious effort to achieve what we wish and hopes so it can be realized in the future. The research attempts to analyze economic conditions in Bekasi City and try to identify the strategic sectors that can be developed in accelerating the economic growth in the city and also to analyze the policies that were defined in regional planning documents. Strategic sectors that are going to be developed are the sectors that have economic advantages in the area of the city itself or within the scope of West Java Province and National. The approaches used in this analysis are economic growth and contribution by sector in the GDP, LQ analysis, shift share analysis and multiplier. And for its development strategy, SWOT analysis is used. The results showed that strategic sectors for development are Manufacturing Sector, Sub Sector of Wholesale and Retail Trade and also Sub Sector of Transportation, especially in Services Supported to Transport. The strategy that should be taken in developing the potential sectors in the short term is "the socialization of local products improvement and try to utilize the strategic position of Bekasi City which is close to Jakarta as the capital of the nation". As for the long term the strategy is "to optimize the development budget to increase the capacity building and quantity of infrastructure such as to build transportation network and other public services". The analysis also showed there is a mismatch between vision and mission of the Year 2003 - 2008 with the economic conditions in Bekasi City. Services sectors which is one of the priorities in Bekasi City has not shown significant contribution, both from the Services or Financial, Real Estate and Business Services Sectors.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T30545
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Herawaty Br Bangun
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian, menganalisis pergeseran sektor perekonomian dan mengidentifikasi sektor unggulan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara untuk penentuan prioritas pembangunan daerah. Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) analisis yaitu: typologi klassen (TK), loqation question (LQ) dan shift share (SS). Analisis TK menunjukkan bahwa kabupaten tapanuli tengah termasuk daerah yang mempunyai potensi untuk berkembang dan tumbuh secara ekonomi di Sumatera Utara. Analisis LQ menunjukkan bahwa pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tapanuli Tengah. Sedangkan analisis SS menunjukkan bahwa pada sektor pertambangan dan penggalian, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, konstruksi, perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, jasa keuangan dan asuransi, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib mempunyai daya saing yang tinggi dan berpotensi untuk maju dan tumbuh yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah.
Sragen: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan, 2018
306 SUK 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muflihun
Abstrak :
Penelitian Tesis ini bertujuan untuk mengetahui potensi kerjasama ekonomi kawasan Subwukawonosraten, mengidentitikasi sektor - sektor ekonomi di kawasan Subosukawonosraten yang menjadi sektor unggulan dan potcnsial untuk dikeijasamakan antar daerahwmengetahui bentuk kezjasama ekonomi yang tepat dikawasan Subosukawonosraten. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data PDRB kota/kabupaten di Kawasan Subosukawonosraten dan data PDRB Propinsi Jawa Tengah tahun 1997 - 2006 serta data tenaga ketja kota/kabupaten di kawasan Subosukawonoraten dan data tenaga keija Ptopinsi Jawa Tengah tahun 1997-2006 serta data PDB Indonesia tahun |997-2006. Metodologi penelitian yang dipergunakan adalah 1) Analisis Location Quotient (LQ) 2) Analisis Shih Shane 3) Analisis Shih Shan Tenaga Ketja 4) Analisis Tipologi Klassen. Dari hasil analisis diketahui bahwa kota/kabupaten di kawasan Subosukowonosraten Propinsi Jawa Tengah memiliki perbedaan potensi ekonomi dan sektor unggulan (economic complemenfary), letak wilayah/geografis yang bcrdckatan (geographic proximily) dan telah ada komitrnen politik (polinbal commitment ) sorta koordinasi dalam pengambilan kebiiakan (policy coordination) antar Walikota/Bupati. Kondisi ini dapat menjelaskan bahwa kawasan Subosukawonosraten memenuhi kriteria model segitiga pertumbuhan sehingga kctjasama ekonomi antar kota/kabupatcn di Kawasan Subosukawonosmten berpotensi untuk tems dikembangkan. Dilihat dari perbandingan nilai LQ, Shih share (differential shift) dan tipologi klassen, dapat diketahui bahwa sektor unggulan yang memiiiki daya saing kuat disetiap kotafkabupaten di kawasan Subosukawonosraten berbeda-beda. Kengiasama ekonomi di kawasan Subosukawonosraten yang saat ini dilaksanakan menggunakan bentuk Consortia dan perjanjian ketjasama kawasan Subosukawonosraten menggunakan bentuk Written Agreements. ......Thesis research aims to identify potential areas Subosukawonosraten economic cooperation, identify economics sector in the area of Subosukawonosraten into the sector and the excellent potential for interregional cooperation,knowing that the fonn of economics cooperation of area of Subosukawonosraten right. Data used for this research is the GDRP data city/district Subosukawonosraten region and GDRP data central java province year 1997-2006 and also labour data city/district in area of subosukawonosraten and central java province year |997-2006 and GDP data Indonesia year 1997-2006. Research methodology used is 1) Location Quotient ( LQ) Analysis 2) Shitt Share Analysis 3) Labour Shift Share Analysis 4) Klassen Typology analysis. From the results of the analysis in mind that the city/district Subosukowonosraten Regions in Central Java Province have differences and potential economic sectors excellent (economic Complementary), there have Geographic proximity, political commitment and also policy coordination between mayor/regent. This situation can explain that the area of Subosukawonosraten meet growth triangle model so that economic cooperation between the city/district in the area of Subosukawonosraten hold the potential to be developed. View from the comparative value of LQ, shift share (differential shitt) and klassen typology, can note that the supreme power that has strong competitiveness in every city I district inthe area of Subosukawonosraten different. Economic cooperation in the area at this time Subosukawonosraten conducted using a fomr of Consortia and cooperation agreement of area of Subosukawonosraten apply form of Written Agreements.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T34243
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Dwi Korianto
Abstrak :
Penelitian ini akan mengkaji karakterislik potensi dan perkembangan perekonomian wilayah/regional dan keterkaitannya dengan karakteristik struktur tenaga kerja wilayah/regional. Wilayah yang dimaksudkan adalah pulau; (a) Sumatera, (b) Jawa, (c) Kalimantan, (d) Sulawesi, dan (c) Pulau lainnya. Pendekatan analisis yang digunakan adalah location quotient(LQ) dan shift share. Output yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah; (a) Identifikasi sektor-sektor ekonomi yang memiliki keunggulan relatif wilayah, (b) Identifikasi sektor-sektor ekonomi yang memiliki keunggulan relatif terhadap daya serap tenaga kerja wilayah, (c) Identifikasi sektor-sektor ekonomi berpotensi untuk dikembangkan menjadi "core competency" perekonomian wilayah, dan (d) Identifikasi karakteristik pertumbuhan kesempatan kerja wilayah. Hasil penelitian mencatat, secara umum sektor ekonomi "primer" memiliki keunggulan relatif di wilayah luar Pulau Jawa, Sementara itu di wilayah pulau Jawa tidak lagi memiliki keunggulan relatif. Di wilayah pulau Jawa sektor-sektor ekonomi "sekunder" dan "tersier" teridentifkasi sudah berkembang menjadi sektor-sektor ekonomi yang memiliki keunggulan relatif wilayah. Untuk wilayah di luar Pulau Jawa, Pulau Sulawesi memiliki perkembangan ekonomi yang tercatat relatif paling baik. Demikian juga di wilayah pulau Sulawesi ini beberapa sektor ekonomi "sekunder" dan "tersier" telah berkembang menjadi sektor ekonomi yang memiliki keunggulan relatif wilayah. Sektor pertanian, merupakan sektor ekonomi yang memiliki keunggulan relatif dalam menyerap kesempatan kerja, dan/atau sektor ekonomi "basis" dalam penyerapan tenaga kerja di wilayah luar Pulau Jawa. Sektor ini di wilayah Pulau Jawa teridentifikasi sudah bukan merupakan sektor ekonomi yang memiliki keunggulan relatif dalam penyerapan tenaga kerja. Sektor pertambangan dan penggalian, merupakan sektor ekonomi yang memiliki keunggulan relatif dalam penyerapan tenaga kerja kerja, dan/atau sektor ekonomi "basis" dalam penyerapan tenaga kerja di wilayah Pulau Kalimantan dan Pulau lainnya. Sektor-sektor ekonomi, yaitu; (a) lndustri pengolahan, (b) Listrik, gas dan air minum, (c) Bangunan, (d) Perdagangan, restoran dan hotel, (e) Pengangkutan dan komunikasi, (1) Keuangan dan persewaan, serta (g) Jasa-jasa lainnya, merupakan sektor ekonomi yang memiliki keunggulan relatif dalam penyerapan tenaga kerja, dan/atau sektor ekonomi "basis" dalam penyerapan tenaga kerja di wilayah Pulau Jawa. Selain di wilayah Pulau Jawa, sektor-sektor; (a) Listrik, gas dan air bersih, (b) Bangunan, (c) Pengangkutan dan komunikasi, dan (d) Jasa-jasa lainnya, juga menjadi sektor ekonomi yang memiliki keunggulan relatif dalam penyerapan tenaga kerja, dan/atau sektor ekonomi "basis" dalam penyeran tenaga kerja di wilayah Pulau Sulawesi. Sektor-sektor ekonomi antara lain; (a) lndustri pengolahan, (b) Listrik, gas dan air minum, (c) Bangunan, (d) Perdagangan, hotel dan restoran, (e) Keuangan dan persewaan, dan (f) Jasa-jasa lainnya, dapat dikembangkan menjadi "core competency" perekonomian di wilayah Pulau Jawa. Sektor pertanian dapat dijadikan sebagai "core competency" ekonomi di wilayah Pulau Sumatera. Wilayah Pulau Kalimantan, dapat mengembangkan sektor perlambangan dan penggaliannya sebagai "core competency" perekonomian wilayah. Sektor-sektor ekonomi, yaitu; (a) Pertanian, (b) Perdagangan, hotel dan restoran, (c) Pengangkutan dan komunikasi, dan (d) Jasa-jasa lain, dapat dikembangkan sebagai "core competency" perekonomian di wilayah Pulau Sulawesi. Untuk wilayah Pulau Lainnya sektor ekonomi yang dapat dikembangkan sebagai "core competency" perekonomian wilayah, masih terbatas pada sektor "primer", yaitu sektor; (a) Pertanian, dan (b) Pertambangan dan penggalian. Karakteristik pertumbuhan kesempatan kerja di wilayah Pulau Jawa, terspesialisasi pada bidang-bidang industri yang secara nasional mengalami percepatan pertumbuhan yang "tinggi/cepat". Sedangkan di wilayah luar Pulau Jawa, pertumbuhan kesempatan kerja terspesialisasi pada industri yang secara nasional mcnunjukkan percepatan pertumbuhan yang "lambat". Kesempatan kerja di wilayah Pulau Jawa relatif sulit untuk didapatkan, dan mengandung faktor kompetisi antar pencari kerja yang ketat. Permintaan akan tenaga kerja di wilayah Putau Jawa lebih besar danlatau lebih dominan pada tenaga kerja yang memitiki kualitas skill yang tinggi. Secara umum dapat dikatakan; krisis ekonomi yang terjadi, relatif tidak berpengaruh merubah karakteristik spesialisasi pertumbuhan kesempatan kerja di wilayah Pulau Jawa, dimana pertumbuhan kesempatan kerja terspesialisasi pada bidang-bidang industri yang secara nasional bertumbuh "cepat". Demikian juga relatif berpengaruh merubah karakteristik spesialisasi pertumbuhan kesempatan kerja di iuar wilayah Pulau Jawa, dimana pertumbuhan, kesempatan kerja terspesialisasi pada bidang-bidang industri yang tumbuh "lambat" secara nasional. Berdasarkan pada temuan-temuan penilitian ini, pengembangan ekonomi di wilayah luar Jawa (Pulau Sumatera, Kalimatan, Sulawesi,dan Pulau Lainnya) ke depan hendaknya; (1) Tidak sampai meninggalkan sektor-sektor ekonomi yang dapat dikembangkan sebagai potensi "core competency" wilayah yang bersangkutan, karena sektor﷓sektor ekonomi ini memiliki keunggulan relatif wilayah, dan keunggulan relatif dalam penyerapan tenaga kerja yang tinggi di wilayah yang bersangkutan, (2) Harus ada kebijakan ekonomi yang memberikan peluang tumbuhnya sektor ekonomi "sekunder" dan "tersier", sehingga dapat menarik arus investasi dan arus tenaga kerja dari wilayah Pulau Jawa, (3) Harus ada upaya yang optimal untuk meningkatkan kualitas skill angkatan kerja, sehingga lebih siap dan lebih mampu bekerja di sektor-sektor ekonomi "sekunder" dan/atau "tersier".
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Jauhari
Abstrak :
Pelaksanaan otonomi daerah yang secara luas mulai diterapkan pada tahun 2001 yang berarti semakin besarnya kewenangan daerah dalam mengatur dan merencanakan pembangunan di daerahnya, mengharuskan pemerintah daerah untuk lebih memiliki dasar pengetahuan tentang potensi yang dimiliki sehingga dapat merencanakan program-program pembangunan yang lebih efisien. Tanpa memiliki perencanaan yang terarah dan sesuai kebutuhan daerah, mengakibatkan alokasi penggunaan sumber daya pembangunan rnenjadi tidak efisien sehingga hasil-hasil pembangunan yang diperoleh juga tidak akan optimal. Perbedaan kondisi daerah menyebabkan corak pembangunan yang dilakukan harus berbeda pula. Jika ingin membangun suatu daerah maka kebijakan yang diambil harus sesuai dengan potensi, kondisi, serta permasalahan yang dihadapi oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karenanya penelaahan tentang keadaan suatu daerah dapat memberikan informasi yang berguna dalam penentuan kebijakan pembangunan yang dapat dilakukan disuatu daerah. Permasalahan yang umum terjadi menyangkut perencanaan daerah selama ini termasuk di Kabupaten Haiti Sungai Utara adalah bahwa perencanaan daerah yang dibuat lebih banyak mengadopsi program-program perencanaan di tingkat atasnya. Bahwa dokumen-dokumen perencanaan yang dibuat seperti pola dasar pembangunan, rencana tahunan daerah, rencana lima tahun daerah, dsb, lebih mengacu pada perencanaan yang dibuat oleh pemerintah pusat (nasional). Dengan perencanaan yang seperti ini, pembangunan yang dilaksanakan di daerah kemungkinan tidak memiliki relevansi yang besar terhadap kebutuhan daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kondisi perekonomian Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan melihat pertumbuhan perekonomiannya, kontribusi sektorsektor yang menunjukkan peranan dari masing-masing sektor dalam perekonomian, melihat sektor-sektor basis, melihat pergeseran sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dibandingkan dengan sektor-sektor yang sama di provinsi, serta memberikan alternatif perencanaan strategik dari sektor-sektor terpilih untuk mendapat prioritas pembangunan di masa yang akan datang. Diharapkan dari penelitian ini memberikan manfaat berupa sumbangan pemikiran bagi daerah khususnya Bappeda Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam menyusun rencana pembangunan di daerah, serta bagi penulis sendiri dalam lebih mengenal karakter daerah tempat penulis bertugas. Penelitian ini menggunakan berbagai alat analisis dalam upaya melihat profit ekonomi daerah seperti analisa terhadap pertumbuhan ekonomi dengan metode sederhana, perhitungan kontribusi sektor-sektor, alat analisa Location Quotient (LQ), alat analisis Shift-Share, serta penggunaan model SWOT daiam memilih alternatif perencanaan strategik yang direkomendasikan. Berdasarkan analisa terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Hulu Sungai Utara dari tahun 1983 - 1998, diketahui 2 (dua) sektor yang memiliki pertumbuhan terbesar yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian dengan rata-rata pertumbuhan pertahun 820,19 %; serta sektor Industri Pengolahan/Industri Kecil dengan pertumbuhan 8,84 % pertahun. Berdasarkan kontribusi sektor-sektor di ketahui 2 (dim) sektor yang berperan periling dalam pembentukan PDRB Kabupaten Hulu Sungai Utara yakni sektor Pertambangan dan Penggalian; serta sektor Pertanian. Di tahun 1998 kedua sektor ini memberikan kontribusi masing-masing 39,98 % untuk sektor Pertambangan dan Penggalian, dan 20,45 % untuk sektor Pertanian. Hasil gabungan analisa Sher-Share dan Location Quotient (LQ) dengan kriteria merupakan sektor basis serta inemiiiki nilai Shift (S) positif memberikan basil prioritas utama adalah pada sektor Pertambangan dan Penggalian. Melalui identifikasi sektor-sektor menggunakan alat-alat analisa di atas, diperoleh 3 (tiga) sektor yang direkomendasikan sebagai sektor utama yang menjadi prioritas perencanaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang di Kabupaten Hulu Sungai Utara, meliputi sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan Penggalian, serta sektor Industri. Dari hasil jajak pendapat yang melibatkan responden Bappeda sebagai badan yang berwenang dalam koordinasi pembangunan di daerah; Bappeda sebagai badan yang menangani permasalahan lingkungan hidup di daerah; Pengusaha sebagai pelaku dunia usaha di daerah; serta LSM sebagai lembaga yang menjembatani kepentingan masyarakat terhadap pemerintah, diperoleh perencanaan strategik yang diprioritaskan dalam perencanaan daerah baik jangka pendek maupun jangka panjang. Perencanaan strategik masing-masing sektor dibuat dengan memperhatikan isu-isu utama yang ada di seputar sektor-sektor tersebut, berdasarkan masukan dari para praktisi teknis di daerah serta pengalaman penulis selama bertugas di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Sektor Pertanian dalam jangka pendek maupun jangka panjang menghendaki strategi SO yaitu strategi yang menggunakan segala potensi atau kekuatan untuk meraih peluang yang ada. Sektor Pertambangan dan Penggalian dalam jangka pendek menghendaki strategi SO, sedangkan dalam jangka panjang strategi yang dikehendaki adalah WO yaitu strategi yang berusaha mengatasi/meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Adapun sektor Industri (industri kecil/kerajinan) dalam jangka pendek memilih strategi WO, dan dalam jangka panjang strategi terpilih adalah strategi WT yaitu strategi yang dengan segala kelemahan yang ada berusaha untuk mengatasi segala tantangan yang ada.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T3334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaihatu, Meitha M.
Abstrak :
Kabupaten Maluku Tengah memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar. Namun sumbangan sektor perikanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) hanya sebesar 6,20%. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kontribusi sektor perikanan dalam perekonomian wilayah Kabupaten Maluku Tengah, mengetahui tingkat basis, menganalisis tipologi ekonomi sektor perikanan.Metode yang digunakan adalah analisis data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis Shift Share, analisis Location Quotient (LQ), dan Analisis Tipologi Klassen. Perhitungan nilai kontribusi, nilai LQ, tipologi ekonomi sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah diperoleh hasil bahwa kontribusi sektor perikanan atas dasar harga berlaku dan harga konstan menempatkan sektor perikanan pada urutan/peringkat kelima dan keenam dalam pembentukan PDRB, sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah bukan merupakan sektor basis dengan pola dan struktur ekonomi yang sedang bertumbuh namun berada pada kondisi relatif tertinggal. Terdapat lima kecamatan yang menjadi prioritas dan perlu dikembangkan/ditingkatkan antara lain: Banda, Tehoru, Salahutu, Leihitu, dan Seram Utara.
Tangerang: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Terbuka, 2018
600 JMSTUT 19:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>