Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Riviq Said
Abstrak :
Tujuan: Membandingkan keefektifan klonidin dan meperidin dalam mencegah menggigil pasta anestesia umum. Metode: Uji KIinik Acak Tersamar Ganda. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSCM pada bulan Maret sampai Mei 2006, dengan jumlah sampel 61 ()rang dan dikeluarkan 5 sampel, sehingga tersisa 56 sampel yang menjalani operasi berencana dan anestesia umum. Pasien dibagi secara acak kedalam 2 kelompok; 28 pasien mendapatkan klonidin 1,54g/kgBB sebagai premedikasi dan 28 pasien Iainnya mendapatkan meperidin 0,35mg ketika isofluran dihentikan. Dilakukan pencatatan pasta operasi kejadian menggigil pada kedua perlakuan, dilakukan juga pencatatan terhadap efek samping pada kedua kelompok perlakuan. Analisa statistik untuk melihat perbedaan kekerapan antara kedua perlakuan dilakukan uji Chi Square. Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara kedua kelompok perlakuan dalam haI kekerapan kejadian menggigil.
Objective: To compare the effectiveness of Clonidin and Meperidin in preventing the post-anesthesia shivering. Methods: Double-blinded, randomized clinical trial. The study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital Central Surgery Room from March until May 2006 to 61 adult patients who went to elective surgery and were planned to be under general anesthesia, 5 of them were excluded The rest were divided randomly into two groups; 28 patients were given 1,5 pg/kg BW Clonidin intravenously as premedication and the other 28 patients were given 0,35 mg/kg BW Meperidin intravenously when Isoflurane was stop. The incidence of post-anesthesia shivering and adverse-effect on both groups were recorded. Chi Square method was performed to identify the frequency difference between the two groups. Result: There were no significant statistical differences' between the two groups in a matter of frequency of shivering.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Permatasari
Abstrak :
Menggigil pasca anesthesia merupakan komplikasi yang potensial bagi pasien pasca bedah yang dapat mengakibatkan Iiipoksemia karena peningkatan konsumsi oksigen jaringan dan peningkatan kadar C02 dalam darah. Hal ini berbahaya tenriama bagi pasien dengan riwayat penyakit jantung iskemi atau pasien-pasien dengan fungsi cadangan ventilasi yang terbatas. Teiah banyak upaya pencegahan maupun penanggulangan dilakukan untuk mengatasi menggigil pasca anestesia, obat yang lazim digunakan adalah petidin. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa ketamin juga efektif untuk mencegah menggigil pasca anestesia. Penelitian ini bertujuan membuktikan apakah ketamin lebih efektif dibandingkan petidin untuk mencegah menggigil pasca anestesia inhalasi N20/02/isofluran, Penelitian ini bersifat uji klinis tersamar ganda yang membandingkan keefektifan ketamin intravena 0,5 mg/kb BB dengan petidin 0.35 mg/kg BB. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSCM dengan jumlah sampel 40, laki-laki dan perempuan, usia 16-65 tahun, status fisik ASA I-II. Kriteria penolakan adalah mempunyai riwayat alergi terhadap petidin dan ketamin, memiliki riwayat kejang, hipertensi dan penyakit jantung koroner, jika suhu tubuh sebelum induksi >38 °C atau <36°C dan bila pasien mengkonsumsi obat inhibitor monoamine oksidase. Kriteria pengeluaran jika operasi berlangsung >180 menit atau kurang dari 30 menit, mendapatkan darah atau komponen darah, memerlukan perawatan di ruang rawat intesif pasca pembedahan., mengalami komplikasi selamaanestesia seperti syok atau henti jantung dan bila intra operatif pasien mendapatkan obat klonidin, prostigmin, petidin dan ondansetron.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Sentosa
Abstrak :
ABSTRAK
Tembakau memiliki senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat insektisida alami. Tenebrio molitor dan Zophobas morio adalah contoh hama tanaman pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai LC50 dari ekstrak tembakau pada Tenebrio molitor dan Zophobas morio. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak tembakau bekerja dengan prinsip neurotoxin dan nikotin adalah bahan yang paling tinggi dikandung dalam daun tembakau. Oleh karena itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengisolasi nikotin dari ekstrak tembakau dengan pelarut etil asetat. Ekstrak tembakau didapatkan dengan metode Extended Heat Reflux Extraction dengan pelarut etanol. Nilai LC50 esktrak tembakau pada Tenebrio molitor dan Zophobas morio secara berurutan adalah 21,1mg/ml dan 71,1 mg/ml. Metabolit yang dominan tertarik kepada etil asetat adalah nikotin (54,51 persen, rasio 1:4) dan 7- Dimetilamino-3-metiltriazolopiridin (14,28%, rasio 1:1).
ABSTRACT
obacco have lots of active compounds that can be used as a raw material for making natural insecticides. Tenebrio molitor and Zophobas morio are examples of agricultural pests. The purpose of this study were to determine LC50 values of tobacco extract on Tenebrio molitor and Zophobas morio. Previous research showed that tobacco extract have neurotoxin activity and nicotine is the highest content contained in the tobacco leaves. Therefore, this study also aims to isolate nicotine from tobacco extract with ethyl acetate solvents. Tobacco extract was obtained by the Extended Heat Reflux Extraction method with ethanol solvent. LC50 values ​​of tobacco extracts on Tenebrio molitor and Zophobas morio sequentially were 21.1 mg / ml and 71.1 mg / ml. The dominant metabolites attracted to ethyl acetate are nicotine (54.51%, ratio 1: 4) and 7-Dimetilamino 3-methyltryazolopiridine (14.28 persen, ratio 1: 1).
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Khaerunisa
Abstrak :
Salah satu spesies makroalga di perairan Pulau Semak Daun yang berpotensi memiliki akumulasi mikroplastik yang tinggi adalah Halimeda macroloba atau kaktus laut tegak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, warna, ukuran, dan kelimpahan mikroplastik pada H. macroloba di perairan Pulau Semak Daun, serta pengaruh pengocokan terhadap pengurangan kelimpahan mikroplastik pada H. macroloba Decaisne 1841. Mikroplastik pada permukaan makroalga diluruhkan menggunakan orbital shaker kecepatan 150 rpm dengan variasi waktu 5, 10, dan 15 menit. Mikroplastik yang masih menempel setelah perlakuan pengocokan dihitungan dengan melarutkan jaringan makroalga menggunakan larutan basa kuat natrium hidroksida (NaOH) 6 M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan mikroplastik bentuk fiber, fragmen, film, dan pellet dalam berbagai ukuran dengan variasi warna biru, hitam, merah, dan hijau pada objek pengamatan. Ukuran partikel mikroplastik yang ditemukan berada dalam kisaran 8,6—4649,12 μm. Bentuk mikroplastik yang mendominasi H. macroloba adalah fiber, dengan total 30,2 partikel/g (64,7%). Warna partikel yang mendominasi H. macroloba adalah warna biru, dengan total 560 partikel (47,2%). Pengurangan kelimpahan mikroplastik terjadi pada pengocokan 5 menit sebesar 50%, pengocokan 10 menit sebesar 75%, dan pengocokan 15 menit sebesar 89%. Sedangkan untuk kelimpahan mikroplastik yang masih melekat setelah dilakukan pengocokan 5 menit sebesar 50%, setelah pengocokan 10 menit sebesar 25%, dan setelah pengocokan 15 menit sebesar 11%. Uji One-Way ANOVA membuktikan bahwa semakin lama waktu pengocokan maka akan semakin tinggi persentase pengurangan mikroplastik. Pengocokan dengan kecepatan 150 rpm selama 15 menit memberikan hasil pengurangan kelimpahan mikroplastik tertinggi dibandingkan dengan variasi waktu pengocokan lainnya. ......One of the macroalgae species in the waters of the Semak Daun Island which has the potential to have a high microplastic accumulation is Halimeda macroloba or an erect sea cactus. This study aims to determine the shape, color, size, and abundance of microplastics in H. macroloba in the waters of Semak Daun Island, also the effect of shaking on reducing the abundance of microplastics in H. macroloba Decaisne 1841. Microplastics on the surface of macroalgae were removed using an orbital shaker at a speed of 150 rpm with time variations of 5, 10, and 15 minutes. Microplastics that are still attached after the shaking treatment are calculated by dissolving the macroalgae tissue using a 6 M sodium hydroxide (NaOH) strong base solution. The results of the study showed that found microplastic form of fiber, fragments, films, and pellets in various sizes with variations colour of  blue, black , red, and green on observation objects. The particle size of the microplastics found in the range of 8.6-4649.12 μm. The microplastic form that dominates H. macroloba is fiber, with a total of 30.2 particles/g (64.7%). The dominant particle color of H. macroloba is blue, with a total of 560 particles (47.2%). The reduction on the abundance of microplastics occurred at 50% shaking for 5 minutes, 75% shaking for 10 minutes, and 89% shaking for 15 minutes. As for the abundance of microplastics that are still attached after 5 minutes of shaking it is 50%, after 10 minutes of shaking it is 25%, and after 15 minutes of shaking it is 11%. The One-Way ANOVA test proved that the longer the shaking time, the higher the percentage of microplastic reduction. Shaking at 150 rpm for 15 minutes gave the highest reduction in microplastic abundance compared to other variations of shaking time.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library