Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herrick, Glenn W. (Glenn Washington), 1870-1965
Ithaca, New York: Comstock Publishing Company, 1935
560.172 HER i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Adrian
Abstrak :
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi warna yang umum diperoleh pada pasien dengan menggunakan spektrofotometer berdasarkan faktor usia dan mengetahui apakah terdapat persamaan antara persepsi pasien dan operator. Latar Belakang : Perubahan warna (diskolorisasi) merupakan salah satu masalah dalam estetika pada perawatan prostodontik. Faktor yang menghambat adalah tidak adanya warna gigi tersebut pada shade guide. Ketidaksempurnaan shade guide menyebabkan tidak konsistennya pemilihan warna dan adanya perbedaan persepsi antara operator dan pasien. Pemilihan warna dengan cara digital dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer dapat membantu mengatasi masalah. Faktor usia menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan warna gigi. Metode : Observasi dilakukan pada 140 subyek yang terdiri dari kelompok usia berbeda untuk melihat distribusi warna gigi dengan menggunakan spektrofotometer dan shade guide. Operator dan pasien melakukan penentuan warna gigi untuk mengetahui adanya persamaan persepsi diantara keduanya dengan menggunakan shade guide. Hasil : Hasil uji bivariat korelasi lambda adalah p > 0,05 sehingga menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dan penentuan warna gigi dengan menggunakan spektofotometer namun terdapat kecenderungan makin tua usia seseorang maka warna gigi cenderung gelap. Hasil uji bivariat korelasi lambda pada persepsi pasien dan operator adalah p > 0,05 sehingga menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara persepsi pasien dan operator. Kesimpulan : Adanya distribusi penentuan warna yang berbeda antara spektrofotometer dan shade guide. Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dan penentuan warna gigi dengan menggunakan spektofotometer namun terdapat kecenderungan makin tua usia seseorang maka warna gigi cenderung gelap. Terdapat perbedaan persepsi antara pasien dan operator dalam penentuan warna. ...... Purpose : The purpose of this study was to identify the most frequent patient?s colour of teeth by make use of spectrophotometer in base of age and identify differences in perception of operator and patient. Background : Discolorisation was an esthetic problems in prosthodontics treatment. The incompleted shade guide range in colour be capable inaccuracy of taking place by selection colour of teeth. Selection the colour of teeth digitaly defend utilize by spectrophotometer. Age preserve consideration within shade determination. Method : Identify 140 subject with dissimilar age range to recognize distribution the colour of teeth. Operator and patient select the shade of teeth to recognize dissimilar perception between operator and patient. Result : The result of bivariat lambda correlation test was p > 0,05 consequently age and color determination used the spektofotometer had no a correlation however there was inclined to increasingly age has more dark shade. The result of bivariat lambda correlation test was p > 0,05 as a result color determination perception between patient and operator had no a correlation. Conclution : Difference distribution color determination was shown between spektofotometer and shade guide. Age and color determination used the spektofotometer had no a correlation however there was inclined to increasingly age has more dark shade. Patient and operator had different perception of color determination.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T40821
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Rawadisukma Cono
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang penelitian : Penentuan warna gigi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan teknik langsung seperti dengan penggunaan shade guide ,yaitu mengamati langsung gigi geligi dan menetapkan warna sesuai dengan shade tab. Akan tetapi cara ini memiliki kekurangan karena penentuan warna tersebut subjektif, perbedaan persepsi warna antara operator juga dapat dipengaruhi oleh cahaya ruangan. Cara lain pada penentuan warna dapat menggunakan spektrofotometer, suatu alat yang digunakan untuk mengukur warna dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek. Alat ini memiliki akurasi tinggi dalam penentuan warna akan tetapi masih sangat mahal harganya. Pada perkembangan terakhir kamera digital dengan tambahan lensa makro dan ring flash telah dijadikan standar dalam penentuan warna gigi karena memiliki nilai akurasi yang sangat tinggi. Penggunaan kamera jenis lain saat ini banyak digunakan oleh dokter gigi namun setiap jenis kamera memiliki tingkat akurasi yang berbeda beda. Tujuan : Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis penentuan warna gigi yang diperoleh dari beberapa jenis kamera digital. Metode : Penelitian dilakukan pada hasil foto gigi anterior dari 87 subjek yang diperoleh dengan menggunakan kamera DSLR, kamera mirrorless, kamera prosumer dan kamera smartphone. kemudian dilakukan pengukuran nilai CIE L a b pada warna hasil foto tersebut menggunakan perangkat lunak adobe photoshop CS 6 Hasil : Hasil uji bivariat Kruskal ndash; Wallis dengan post hoc Mann Whitney dengan nilai p < 0,05 didapatkan bahwa hasil pengukuran CIE L a b dari kamera DSLR, kamera mirrorless, prosumer dan kamera smartphone berbeda bermakna. Kesimpulan : Berdasarkan penelitian ini secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai ketepatan warna gigi anterior yang diperoleh kamera DSLR, kamera mirrorless, kamera prosumer dan kamera pada smartphone.
ABSTRACT
Purpose To analyze differences in anterior teeth color accuracy taken by several digital cameras, which are DSLR, mirrorless, prosumer and smartphone cameras. Background Tooth color can be determined in several ways, the first one is by matching shade guide directly to the patient rsquo s teeth. This method has it rsquo s limitations, such as the difference in color perception among operators, room lighting, and ambience from surrounding environment. Another way is by using a spectrophotometer to assess the color by exposing the teeth with light of a specific wavelength. This tool is very accurate, but also very expensive. Therefore digital cameras with macro lens and additional light ring flash have been used lately as a standard since it is very accurate in determining the color of teeth. Dentists nowadays have been using different types of cameras, but the accuracy of each type to assess color is still debatable. Objective This study was conducted to analyze the accuracy of tooth color determination by several types of digital cameras. Method This study was conducted on 87 subjects. Photograph of anterior teeth on 87 subject was taken with DSLR, mirrorless, prosumer and smartphone cameras. Value of CIE L a b on anterior teeth rsquo s color, measured with Adobe Photoshop CS 6. Results Kruskal Wallis bivariate test with post hoc Mann Whitney at the measurement of CIE L a b from DSLR cameras, prosumer, mirrorless cameras and smartphone cameras showed a result that is significantly different p
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadila Amanda Zuliani
Abstrak :
Famili Asteraceae tercatat memiliki spesies terbanyak yaitu 162 spesies yang termasuk dalam kategori invasif karena memiliki karakter khusus antara lain tumbuh di lingkungan yang tidak menguntungkan, menghasilkan biji yang banyak, tingkat perkembangbiakan yang tinggi dan kemampuan dalam penyebaran biji. Pertumbuhan Asteraceae dipengaruhi oleh intenistas cahaya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat pengaruh intensitas cahaya terhadap tanaman yaitu dengan keberadaan naungan. Karakter Specific Leaf Area (SLA) pada tumbuhan akan memberikan respons terhadap naungan yang akan mempengaruhi fotosintesis dan kandungan nitrogen (N) di tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara naungan dengan respons SLA dan nilai Specific Leaf Area (SLA) dari Synedrella nodiflora, Mikania micrantha dan Tridax procumbens. Penelitian dilakukan di lingkungan Kampus UI, Depok selama 4 bulan dari bulan Februari hingga Juni 2019 dengan metode purposive random sampling. Pengambilan sampel dibagi dalam 7 kompartemen di area terbuka dan tertutup dengan menggunakan kuadrat berukuran 1x1 m. Jumlah plot terbuka dan tertutup yang ditemukan sebanyak 71 plot. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan yang kuat dan tidak searah antara naungan dengan SLA yang artinya bila intensitas cahaya mengalami kenaikan maka nilai SLA akan menurun atau sebaliknya. Nilai SLA untuk masing-masing spesies memperoleh nilai lebih tinggi di plot tertutup dibanding plot terbuka. ...... The Asteraceae family has the highest species, 162 species included in the invasive category because they have special characteristics such as growing in an unfavorable environment, producing many seeds, high breeding rates and the ability to distribute seeds. Asteraceae growth is affected by light intensity. One way that can be used to see the intensity of light on plants is to use shade. Specific Leaf Area (SLA) characters in plants will respond to shade that will affect photosynthesis and nitrogen (N) content in the soil. This study aimed to study the correlation between shade and SLA response and the value of Specific Leaf Area (SLA) from Synedrella nodiflora, Mikania micrantha and Tridax procumbens. The research was conducted at campus UI, Depok for 4 months from February to June 2019 with a purposive random sampling method. Sampling is divided into 7 compartments in the open and closed area with a square of 1x1 m. The number of open and closed plots found was 71 plots. Based on the results of the study, there is a strong and unidirectional relationship between shade and SLA which means that if the light intensity increases then the SLA value will decrease or vice versa. SLA values for each species scored higher in closed plots than in open plots.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khonsa Rana Nabila
Abstrak :
Syngonium podophyllum memiliki variasi warna daun, yaitu merah muda, merah muda-hijau, dan hijau. Daun berwarna merah muda adalah yang paling diminati masyarakat. Spektrum warna cahaya diduga berperan dalam kemunculan beragam warna daun S. podophyllum. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh spektrum warna cahaya terhadap warna daun dan pertumbuhan S. podophyllum. Penelitian dilakukan dengan menggunakan naungan warna (coloured shade cloth) berbentuk kubus dari plastik mika PVC transparan berwarna biru, hijau, dan merah yang masing-masing berisi empat polybag S. podophyllum. Data kualitatif berupa bentuk dan warna daun, serta data kuantitatif yang diukur, yaitu intensitas cahaya, intensitas UV-B, suhu, dan kelembapan. Hasil penelitian menunjukkan naungan warna berpengaruh terhadap kemunculan warna daun S. podophyllum. Naungan merah paling berpengaruh terhadap kemunculan daun berwarna merah muda. Selain warna daun, naungan warna juga berpengaruh terhadap pertumbuhan S. podophyllum. Naungan warna yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan S. podophyllum adalah biru. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa S. podophyllum tidak hanya mengalami perubahan warna daun, tetapi juga mengalami perubahan bentuk daun. Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk mengetahui nilai panjang gelombang spesifik guna memvalidasi spektrum warna yang paling berpengaruh terhadap kemunculan warna dan pertumbuhan S. podophyllum. ......Syngonium podophyllum has a variety of leaf colors, including pink, pink-green, and green. Pink-colored leaves are the most desirable to the public. The spectrum of light colors is believed to play a role in the appearance of diverse leaf colors in S. podophyllum. The research was conducted to determine the main factors causing the formation of leaf color variations in S. podophyllum. The study was conducted to determine the effect of the light color spectrum on the leaf color and growth of S. podophyllum. The study used colored shade cloth in the form of cubes of transparent blue, green, and red PVC mica plastic, each containing four polybags of S. podophyllum. The qualitative data observed were the shape and color of the leaves. The quantitative data measured were light intensity, UV-B intensity, temperature, and humidity. The study results showed that the color shade influenced the appearance of leaf colors in S. podophyllum. The red shade had the most significant effect on the emergence of pink-colored leaves. In addition to leaf color, the color shade also affected the growth of S. podophyllum. The blue shade had the most significant impact on the growth of S. podophyllum. The results also revealed that S. podophyllum not only undergoes changes in leaf color but also changes in leaf shape. Further research is still needed to determine specific wavelength values in order to validate the color spectrum that has the most significant effect on the appearance of colors and the growth of S. podophyllum.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Roni Dwi Saputro
Abstrak :
Penelitian ini didasarkan kebutuhan data intensitas radiasi matahari yang mendorong penggunaan sensor pyranometer yang semakin tinggi. Dalam rangka meningkatkan efisiensi kalibrasi pyranometer, perlu dikembangkan metode kalibrasi yang lebih efisien. Salah satu metode yang mampu memenuhi kebutuhan efektivitas kalibrasi pyranometer adalah Continous Sun Shade Method (CoSSM). Tujuan penelitian ini adalah menemukan teknik kalibrasi terbaik sebagai acuan metode kalibrasi pyranometer di Jakarta. Penelitian ini dilakukan di gedung BMKG Kemayoran Jakarta dari tanggal 9 Desember 2022 hingga 5 Februari 2023. Empat unit pyranometer UUT GHI, satu pyrheliometer (DNI), dan satu pyranometer standar dengan pembayang (DHI) digunakan dalam penelitian ini. Peneliti mengkombinasikan tiga faktor yaitu perbedaan jeda dengan 30, 60, dan 120 detik, data set dengan 10, 15, dan 20 data, serta data seri dengan 10, 15, dan 20 data. Data yang diperoleh kemudian dilakukan tiga tahapan filtrasi menggunakan python dan perhitungan manual. Nilai responsivitas yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan responsivitas kalibrasi di dalam ruangan yang terakreditasi menggunakan Mean Bias Difference . Hasil pengolahan data kalibrasi seharusnya menghasilkan 27 nilai responsivitas, namun hanya 16 teknik yang menghasilkan responsivitas karena kurangnya data akibat filtrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik dengan jeda 1 menit, 10 data set, dan 20 data seri menghasilkan nilai responsivitas dengan nilai RMSE paling kecil, 0,46. Oleh karena itu, teknik tersebut dapat dijadikan prototipe sistem kalibrasi CoSSM di luar ruangan di Jakarta. ......This research is based on the need for solar radiation intensity data, which has led to an increasing utilization of pyranometer sensors. In order to enhance the efficiency of pyranometer calibration, it is necessary to develop more efficient calibration methods. One of the methods capable of meeting the effectiveness requirements of pyranometer calibration is the Continuous Sun Shade Method (CoSSM). The objective of this study is to identify the best calibration technique as a reference for pyranometer calibration methods in Jakarta. The research was conducted at the BMKG Kemayoran Building in Jakarta from December 9, 2022, to February 5, 2023. Four units of UUT GHI pyranometers, one pyrheliometer (DNI), and one standard pyranometer with shading (DHI) were used in this study. The researcher combined three factors: time interval differences of 30, 60, and 120 seconds, data sets of 10, 15, and 20, and data series of 10, 15, and 20. The obtained data underwent three stages of filtration using Python and manual calculations. The resulting responsiveness values were then compared to the responsiveness of accredited indoor calibration using the Mean Bias Difference method. The calibration data processing was expected to yield 27 responsiveness values, but only 16 techniques produced responsiveness due to data loss caused by filtration. The research results show that the technique with a 1-minute interval, 10 data sets, and 20 data series yields responsivity values with the smallest RMSE value of 0.46. Therefore, this technique can be used as a prototype for the CoSSM outdoor calibration system in Jakarta.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rebecca Grace Agustina
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh durasi penyinaran terhadap kekuatan tarik diametral resin komposit bulk-fill. Enam puluh spesimen Tetric N-Ceram Bulk-Fill ketebalan 3 mm dan diameter 6 mm; warna IVA dan IVW dibagi ke dalam 3 kelompok berdasarkan durasi penyinaran 10 detik, 15 detik, dan 20 detik untuk setiap warna. Spesimen dipolimerisasi dengan LED curing unit Bluephase Style, 1.280 mW/cm2 dan diuji kekuatan tarik diametralnya menggunakan uji statistik Universal Testing Machine. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan One-Way ANOVA dan Post-Hoc Tukey HSD. Hasil menunjukkan adanya perbedaan bermakna. ......This study was conducted to evaluate the influence of different exposure time and bulk fill composite shade on its diametral tensile strength. Sixty disc shaped specimens of Tetric N Ceram Bulk Fill 3 mm of thickness x 6 mm of diameter shade IVA and IVW were divided into 3 subgroups for each shade according to exposure times 10 s, 15 s, and 20 s . All specimens were polymerized using LED curing unit Bluephase Style, 1.280 mW cm2 and tested using Universal Testing Machine to determine its diametral tensile strength. Data were statistically analyzed using One Way ANOVA dan Post Hoc Tukey test. The result showed a significant differences in all groups.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharfina Ishmah
Abstrak :
Anggrek merpati Dendrobium crumenatum merupakan anggrek yang tersebar luas di Asia Tenggara dan memiliki nilai sebagai tanaman hias dan tanaman obat. Spesies ini dapat beradaptasi pada berbagai habitat, salah satunya habitat terang hingga ternaung. Intensitas cahaya diketahui memiliki pengaruh terhadap perkembangan tumbuhan. Informasi mengenai pengaruh intensitas cahaya pada anatomi Dendrobium crumenatum masih terbatas, penelitian ini ditujukan untuk membandingkan karakter anggrek yang tumbuh di habitat terang dan ternaung. Habitat terang dan ternaung ditentukan dengan membandingkan intensitas cahaya menggunakan lux meter. Organ vegetatif berupa daun, akar, dan pseudobulb diambil dari anggrek yang tumbuh di habitat tersebut. Sampel disayat, diwarnai dan diawetkan, lalu diamati di bawah mikroskop cahaya. Hasil parameter kualitatif dideskripsikan, sementara parameter kuantitatif dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas cahaya memiliki pengaruh pada karakter morfologi dan anatomi D. crumenatum. Perbedaan anatomi pada daun yaitu ketebalan daun, ketebalan kutikula, ketebalan mesofil, ketebalan epidermis adaksial, dan kerapatan stomata abaksial. Ditemukan karakter anatomi berupa trikoma sumur pada daun. Ketebalan kutikula dan epidermis yang berbeda signifikan teramati pada pseudobulb Tidak didapat perbedaan anatomi bernilai signifikan pada akar. Dapat disimpulkan bahwa intensitas cahaya lebih memengaruhi karakter anatomi daun. Studi eksperimental serta penggunaan spesies lain sebagai pembanding disarankan untuk penelitian lanjutan.
Pigeon orchid Dendrobium crumenatum is commonly found in South East Asia, with values as ornamental and medicinal plant. This species adapts in broad habitat ranges, such as sunny to shaded habitats. Light intensity is known to influences plant development. There are limited informations of how light intensity affect D crumenatums anatomy, this research is aimed to compare the anatomy of D. crumenatum from sunny and shaded habitats. Habitat types determined by comparing light intensities using lux meter. The vegetative organs including leaf, pseudobulb and root were sampled. Samples were cut, stained and preserved, then observed using light microscope. Observed qualitative parameters were described, quantitative parameters were analyzed using unpaired t-test. This research shows that light intensity affected morphology and anatomy of D. crumenatum. Anatomical difference with statistical significance in leaves are leaf thickness, cuticle thickness, adaxial epidermis thickness, mesophyll thickness, and frequency of abaxial stomata. Noteworthy feature of the leaf includes sunken trichomes. Different cuticle and epidermis thickness were observed in the pseudobulb. There was no significant anatomical differences with in the root. It can be concluded in D. crumenatum, light intensity affects leaf anatomy the most. Experimental research and study regarding other species are suggested in the future
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafidz Iftikhar Muhamad
Abstrak :
Latar Belakang: Resin komposit single-shade merupakan resin komposit yang dapat menghasilkan warna menyerupai berbagai shade gigi tanpa tambahan pigmen. Resin komposit single-shade tetap memiliki potensi perubahan warna saat terpapar zat pewarna. Teh hitam dan oolong memiliki kadar tanin yang dapat mempengaruhi stabilitas warna resin komposit. Maka, dilakukan pengujian perubahan warna resin komposit single-shade setelah perendaman dalam larutan teh hitam dan oolong. Tujuan: Mengetahui perbedaan perubahan warna antara resin komposit single-shade yang direndam dalam larutan teh hitam dan oolong. Metode: Spesimen resin komposit single-shade dan konvensional nanohybrid (n = 42) dibagi ke dalam 6 kelompok, kemudian direndam dalam larutan teh hitam dan oolong selama 24 jam/hari dalam waktu 7 hari. Pengukuran perubahan warna dilakukan dengan colorimeter. Hasil: Perendaman dalam larutan teh hitam menghasilkan perubahan warna yang tidak sesuai pada resin komposit single-shade. Terdapat perbedaan perubahan warna signifikan antara resin komposit konvensional dalam kedua larutan teh, serta antara resin komposit single-shade dalam kedua larutan teh (p < 0.05). Kesimpulan: Perendaman resin komposit dalam teh hitam atau oolong menyebabkan perubahan warna resin komposit konvensional dan single-shade. Teh hitam menyebabkan perubahan warna lebih besar dibandingkan teh oolong pada kedua jenis resin komposit. ......Single-shade composite resin is a composite resin that produces various teeth shades without additional pigments. Single-shade composite resin still has its color change potential when exposed to colorants. Black and oolong tea possess tannin contents that influence composite resin’s color stability. Therefore, single-shade resin composite’s color change was evaluated after its immersion in black and oolong tea solutions. Objective: To determine color change difference of single-shade composite resin after its immersion in black and oolong tea solutions. Methods: Single-shade and conventional nanohybrid composite resin specimens (n = 42) were divided into 6 groups, then immersed in black and oolong tea solutions for 24 hours/day for 7 days. Color change measurements were taken with a colorimeter. Results: Immersion in black tea resulted in unacceptable color change in single-shade composite resin. Significant difference in color change was found between conventional composite resin immersed in black and oolong tea, and between single-shade composite resin immersed in black and oolong tea (p < 0.05). Conclusions: Black and oolong tea immersion causes color change in conventional and single-shade composite resins. Black tea causes larger color change compared to oolong tea in both composite resins.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library