Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhadi
Abstrak :
ABSTRAK
Major adverse cardiac event (MACE) adalah komplikasi akut utama yang terjadi pada pasien infark miokard, meliputi gagal jantung akut, syok kardiogenik, dan aritmia fatal. Diperlukan biomarker yang akurat, mudah dilakukan, dan cost-effective untuk memprediksi MACE dan kematian. Cedera hati hipoksik atau HLI (hypoxic liver injury) adalah salah satu biomarker potensial menggunakan kadar enzim hati transaminase (serum glutamic-oxaloacetic transaminase/SGOT) sebagai parameter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran HLI sebagai prediktor MACE pada pasien infark miokard tanpa gambaran EKG elevasi segmen ST (NSTEMI). Metode. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan luaran berupa MACE dan kohort retrospektif dengan keluaran kematian selama masa perawatan. Populasi penelitian adalah semua pasien NSTEMI yang menjalani perawatan di ICCU Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sampel penelitian adalah pasien NSTEMI yang menjalani perawatan di ICCU RSCM pada tahun 2006-2016 dan memenuhi kriteria penelitian. Penentuan titik potong HLI berdasarkan kadar SGOT yang dapat memprediksi MACE dan kematian dihitung dengan kurva ROC. Analisis multivariat dilakukan menggunakan regresi logistik untuk mendapatkan nilai prevalence odds ratio (POR) terhadap MACE dengan memasukkan kovariat. Analisis bivariat mengenai sintasan pasien terhadap kematian dilakukan dengan menggunakan kurva Kaplan-Meier dan diuji dengan log-rank. Hasil. Sebanyak 277 subjek diikutsertakan pada penelitian ini. Proporsi subjek dengan MACE pada penelitian ini adalah 51,3% (gagal jantung akut 48,4%, aritmia fatal 6,5%, syok kardiogenik 7,2%) dan angka kematian sebesar 6,13%. Median nilai SGOT adalah 35 U/L pada seluruh subjek, 40 (rentang 8-2062) U/L pada subjek dengan MACE dan 31 (rentang 6-1642) U/L pada subjek tanpa MACE (p = 0,003). Nilai titik potong yang diambil untuk memprediksi MACE adalah 101,0 U/L (sensitivitas 21,8%; spesifisitas 89,6%; POR 2,727 (IK 95%: 1,306-5,696), p = 0,006). Pada analisis multivariat tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara HLI dengan MACE. Nilai titik potong untuk memprediksi kesintasan terhadap kematian adalah 99,0 U/L (sensitivitas 23,5%; spesifisitas 83,8%; likelihood ratio +1,46). Tidak didapatkan perbedaan kesintasan yang bermakna antara subjek dengan nilai HLI di bawah dan di atas titik potong kadar SGOT. Simpulan. Cedera hati hipoksik (HLI) tidak dapat digunakan untuk memprediksi MACE pada pasien NSTEMI kecuali dikombinasikan dengan variabel lain. Tidak terdapat perbedaan kesintasan yang bermakna antara subjek dengan atau tanpa HLI.
Jakarta: Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
610 JPDI 5:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suhendro Suwarto
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan. Salah satu petanda demam berdarah dengue adalah kebocoran plasma dan aktivasi sistem koagulasi yang menyebabkan peningkatan konsentrasi D dimer akibat degradasi bekuan fibrin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan D dimer dengan parameter laboratorium kebocoran plasma yaitu: trombositopenia, hipoalbuminemia, hemokonsentrasi, dan peningkatan serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT). Metode. Penelitian retrospektif dilakukan di rumah sakit swasta di Jakarta pada bulan Desember 2016 sampai dengan Maret 2018. Penderita berusia >14 tahun dengan infeksi dengue dan NS 1 positif diikutsertakan ke dalam penelitian ini dan dibagi menjadi kelompok demam dengue (DD) atau demam berdarah dengue (DBD). Uji Mann Whitney digunakan untuk variabel non parametrik, sedangkan uji Spearman digunakan untuk korelasi antara variabel numerik yang tidak terdistribusi normal. Hasil. Tujuh puluh tiga penderita infeksi dengue yang terdiri atas 29 (39,7%) wanita dan 44 (60,3%) pria ikut dalam penelitian ini. Sebanyak 43 (58,9%) merupakan kelompok penderita DD, sedangkan 30 (41,1%) kelompok penderita DBD. Konsentrasi D dimer fase demam kelompok DBD lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok DD (p = 0,004). Didapatkan korelasi lemah antara konsentrasi D dimer fase demam dengan derajat penurunan trombosit (r = 0,35; p = 0,003) dan korelasi terbalik lemah antara konsentrasi D dimer fase demam dengan konsentrasi albumin (r = -0,34; p = 0,049). Didapatkan korelasi lemah antara konsentrasi D dimer fase kritis dengan derajat penurunan trombosit (r = 0,39; p = 0,034) dan korelasi terbalik sedang antara konsentrasi D dimer fase kritis dengan konsentrasi albumin (r = -0,43; p = 0,032). Simpulan. Konsentrasi D dimer pada penderita DBD pada fase demam lebih tinggi dibandingkan penderita DD. Konsentrasi D dimer berkorelasi dengan derajat penurunan trombosit dan hipoalbuminemia.
Jakarta: Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
610 JPDI 5:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Farah Safira
Abstrak :
Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun sukun (Artocarpus altilis) terhadap kadar serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) dan serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) tikus (Rattus norvegicus) jantan yang diinduksi CCl4. Sebanyak 30 ekor tikus dibagi ke dalam 5 kelompok, yaitu: kelompok kontrol normal (KK1), kelompok kontrol perlakuan yang diinduksi CCl4 (KK2), kelompok perlakuan yang diinduksi CCl4 dan diberi infusa daun sukun dengan tiga dosis larutan yaitu 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg BB (KP1, KP2, dan KP3). Pemberian infusa daun sukun dilakukan sebanyak empat kali dengan selang waktu 12 jam. Pengambilan darah dilakukan tiga kali, yaitu: sebelum diberikan perlakuan, 12 jam setelah diinduksi CCl4, dan satu jam setelah pemberian infusa daun sukun yang terakhir. Kemudian dilakukan analisis sampel darah berdasarkan metode IFCC. Data rerata kadar SGPT dan SGOT akhir adalah sebagai berikut: KKI (33,67 ± 5,5) dan (34,83 ± 8,01) U/L; KK2 (131,67 ± 4,76) dan (128 ± 12,93) U/L; KP1 (92,83 ± 3,76) dan (89,17 ± 4,71) U/L; KP2 (71,17 ± 5,15) dan (79,83 ± 10,3) U/L; serta KP3 (50,17 ± 4,17) dan (66,67 ± 7,61) U/L. Hasil uji LSD (P < 0,05) menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol KK2. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sukun (Artocarpus altilis) berpengaruh terhadap kadar SGPT dan SGOT pada dosis 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg BB. ...... The present study was conducted to assess the effects of breadfruit leaf infusion (Artocarpus altilis) intake on serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) and serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) levels of CCl4-induced in male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.). Thirty male rats were devided into five groups, consisting of normal control group (KK1), treatment control group (KK2) CCl4- induced, and treatment group, CCl4- induced and breadfruit leaf infusion in different doses, 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg bw (KP1, KP2, and KP3), respectively. Breadfruit leaf infusion was given orally and administered four times, with an interval of twelve hours. SGPT dan SGOT levels were measured 3 times, before treatment, 12 hours after CCl4- induced, and one hour after the last breadfruit leaf infusion intake, using IFCC method. Mean of SGPT and SGOT levels : KKI (33,67 ± 5,5) and (34,83 ± 8,01) U/L; KK2 (131,67 ± 4,76) and (128 ± 12,93) U/L; KP1 (92,83 ± 3,76) and (89,17 ± 4,71) U/L; KP2 (71,17 ± 5,15) and (79,83 ± 10,3) U/L; after that KP3 (50,17 ± 4,17) and (66,67 ± 7,61) U/L. Least significant difference (LSD) (P<0,05%) test showed a significant effect of treatment. The result demonstrated potential beneficiary effect of breadfruit leaf infusion (Artocarpus altilis) for recovery SGPT and SGOT levels of 2,7; 5,4; and 10,8 g/kg bw.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library