Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Verel Sormin
Abstrak :
Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) X adalah salah satu gardu di Jawa Timur yang berada di wilayah operasi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali (UIT JBM). Transformator Antarbus 500/150 kV di GITET X berperan untuk mendukung subsistem kelistrikan yang ada di Bali, dengan beban puncak sebesar 650 MW. PT. PLN UIT JBM melaporkan gangguan pada IBT Unit 1 pada GITET X pada tanggal 11 September 2021 pukul 16.38 WIB, dan gangguan kedua pada tanggal 12 September 2021 pukul 22.38 WIB. Sebelum terjadinya gangguan pertama, beban yang disuplai oleh IBT-1 sebesar 111 MW (27.75% dari beban nominal). Terjadi kenaikan arus pada CT primer dan sekunder fasa S. Pengujian arus eksitasi yang dilakukan pasca gangguan kedua menunjukkan arus pada fasa S terbaca >25 A, yang melebihi batas overcurrent peralatan. Selain itu juga dilakukan pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA). Hasil pengujian tersebut menunjukkan adanya konsentrasi gas asetilena (C2H2) sebesar 12,05 ppm, yang berarti telah terjadi arcing pada bagian internal transformator. Pengujian SFRA kembali dilakukan setelah gangguan kedua, dan didapatkan distorsi radial pada lilitan primer fasa R, S, dan T. Berdasarkan hasil pengujian tersebut diduga bahwa kerusakan pasca gangguan kedua disebabkan oleh hubung singkat antarlilitan pada lilitan fasa S, yang diakibatkan oleh faktor-faktor seperti tekanan mekanis, listrik, termal, dan juga faktor penuaan. ......Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) X is an electrical substation in East Java that is located in the State Electricity Company (PLN) Transmission Main Unit for Eastern Java and Bali (UIT JBM). The interbus transformer (IBT) #1 500/150 kV at GITET X serves to support the electricity subsystem in Bali, with a peak load of 650 MW. PT. PLN UIT JBM reported a disturbance at IBT Unit 1 GITET X on September 11, 2021 at 16.38 WIB, and a second disturbance on September 12, 2021 at 22.38 WIB. Prior to the first disturbance, the load supplied by IBT-1 was 111 MW (27.75% of the nominal load). The disturbance resulted in an increase in the current in the primary and secondary CT phase S. Excitation current testing carried out after the second fault showed the current in the S phase reading >25 A, which exceeded the equipment overcurrent limit. In addition, the Dissolved Gas Analysis (DGA) test was also carried out. The test results showed a concentration of acetylene gas (C2H2) of 12.05 ppm, which means that arcing has occurred in the internal part of the transformator. The SFRA test was again carried out after the second fault, and radial distortion was found in the primary windings of the R, S, and T phases. Based on the test results, it is inferred that the damage after the second fault was caused by a short interturn fault in the winding phase S, which was caused by factors such as mechanical, electrical, thermal stresses, as well as aging factors.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Riana Aryani
Abstrak :
Konstruksi fisik transformator terdiri atas elemen-elemen bersifat resistif, induktif, dan kapasitif, yang susunannya memiliki respon frekuensi yang khas.Dengan mengamati respon frekuensi suatu transformator, dapat dideteksi kerusakan mekanik yang terjadi pada inti dan belitan transformator tersebut. Metode yang sedang dikembangkan untuk mendeteksi kerusakan mekanik dikenal dengan Sweep Frequeency Response Analysis (SFRA). Proses pengukuran dilakukan dengan menginjeksikan sinyal tegangan rendah dengan menyapu nilai frekuensi mulai dari 20 Hz hingga 2 MHz. Dasar dari pengukuran ini merupakan analisis fungsi alih yang mana hasil pengukuran perlu diinterpretasikan lebih lanjut, salah satu caranya yaitu dengan perhitungan statistik. Indikator statistik yang digunakan yaitu koefisien korelasi, simpangan baku, dan absolute sum of logarithmic error (ASLE). Skripsi ini membahas proses interpretasi hasil pengukuran SFRA pada transformator 4 MVA, 11,8/6,3 kV di PT ABC dan transformator 12 MVA, 70/6,3 kV di PT XYZ menggunakan perhitungan statistik. Hasil yang didapat yaitu tidak ada indikasi kerusakan pada transformator 4 MVA, 11,8/6,3 kV di PT ABC pada kedua sisi kumparan. Sedangkan pada transformator 12 MVA di PT XYZ ditemukan indikasi kerusakan di bagian ujung (lead) kumparan utama dan tap kumparan pada kumparan tegangan 70 kV, dan di bagian inti, kumparan utama, tap kumparan, ujung (lead) kumparan utama, dan ujung (lead) tap kumparan pada kumparan tegangan 6,3 kV. ...... Physical construction of transformerconsists of resistive, inductive, and capacitive elements,the structurehas a typical frequency response. By observing the frequency response of a transformer, we can detect mechanical damage that oK Kurs in the transformer core and windings. Method sare being developed to detect mechanical damage known as Sweep Frequeency Response Analysis (SFRA). Measurement processis done by injecting a low voltage signal with the sweep frequency values ranging from 20Hz to 2MHz. The basis of this measurement is transfer function analysis that the measurement results need to be interpreted further, one way is by statistical calculations. Statistical indicator that used is correlation coefficient, standard deviation, and sum of absolute logarith micerror (ASLE). This thesis discusses the process of interpreting SFRA measurements result on PT ABC transformer, 4 MVA, 11,8/6,3 kV and PT XYZ transformer, 12 MVA, 70/6,3 kV using statistical calculations. The results are no indication of damage to PT ABC transformer, 4 MVA, 11,8/6,3 kV on both sides of the windings. While in PT XYZ transformer, 12 MVA found indications of damage at main and tap winding leads on 70 kV windings, and indications of damage at the core, main and tap windings, main and tap winding leads on 6,3 kV windings.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sutrisno
Abstrak :
Analisis Respon Frekuensi Penyapuan adalah suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi kerusakan mekanik pada inti, kumparan dan struktur penjepit di dalam transformator, yang diakibatkan oleh tekanan elektromagnetik yang besar karena adanya arus gangguan atau selama proses transportasi dan pemindahan transformator setelah pabrikasi. Pengukuran SFRA menggunakan sinyal bertegangan rendah yang diinjeksikan ke dalam probe masukan dari suatu terminal transformator, dan sinyal keluaran diukur di terminal lainnya yang merupakan respon dalam bentuk magnitude dan fasa pada rentang frekuensi rentang 2 Hz sampai 2 MHz. Interpretasi hasil pengukuran dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran sebelumnya dengan hasil pengukuran terbaru. Bila tidak ada hasil pengukuran sebelumnya, perbandingan dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran SFRA pada transformator yang memiliki tipe dan jenis sama (sister unit). Tetapi, jika tidak ada sister unit dari transformator yang diuji, maka perbandingan dilakukan dengan membandingkan ketiga fasa dari transformator yang diuji. Pada skripsi ini, interpretasi SFRA menggunakan perbandingan ketiga fasa pada transformator 190 MVA, 150 kV/16kV. Kemudian, untuk menginterpretasikan hasil dari pengukuran SFRA, digunakan perhitungan dengan metode statistik Koefisien Korelasi dan Normalisasi Faktor Kovarian, dan hasil keduanya dibandingkan sesuai dengan standar perhitungan pada standar China DL 911/2004. Hasil kedua metode statistik ini akan menunjukkan indikasi kondisi mekanik transformator pada bagian inti, kumparan dan struktur penjepit.
Sweep Frequency Response Analysis (SFRA) is an effective method used to find out any possible winding displacement or mechanical deterioration such as core, winding and clamping structures inside the transformer, due to large electromagnetical forces occuring from the fault currents or due to transformer transportation and relocation. SFRA test use the application of low-voltage (LV) signal at one terminal of the transformer as the injection probe, and another terminal to measure the response with the frequency range 20 Hz to 2 MHz. The amplitude and phase transfer fuction are then determined. The most common practice for SFRA comparison is to compare the SFRA spectrum with the reference one. If the old results of the same transformer are available, a comparison made with the new results. However, if the reference signal is not available, a comparison made between the transformer and its sister unit. Furthermore, the comparison between the three phases of the transformer. In this paper, the SFRA interpretation using a comparison between the transformer’s three phases on a 190 MVA, 150 kV/16 kV prower transformer. Then, to interpret the result, the statistical method, Cross Correlation Coefficient and the Normalization Covariance Factor is used, and both compared with the indicator based on Chinese standard DL 911/2004. Both the statistical method show the mechanical condition of transformer in the core, winding and clamping structures.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53590
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library