Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Handsfield, H. Hunter
New York: McGraw-Hill, 2011
616.951 HAN c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Gani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku dengan kejadian Infeksi Menular Seksual pada ibu rumah tangga. Terdapat beberapa indikator pengetahuan Infeksi Menular Seksual menurut Kementerian Kesehatan, 2007 yaitu: cara penularan, cara pencegahan, dan stigma tentang IMS. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif pada 134 responden, semuanya adalah ibu rumah tangga yang berusia 15-35 tahun. Subjek yang dipilih adalah yang bersedia diwawancarai, tinggal di daerah penelitian minimal satu tahun terakhir.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian Infeksi Menular Seksual. Faktor yang berhubungan dengan Infeksi Menular Seksual adalah perilaku. Faktor pendahulu dan perilaku suami juga mempengaruhi terjadinya Infeksi Menular Seksual. Responden dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, usia melakukan hubungan seksual lebih dewasa, perilaku seksual yang tidak berisio akan mampu menekan kejadian IMS.

The purpose of this study research was to find out the relationship between knowledge, the attitudes and behaviors of housewives with the incidence of sexually transmitted infections. According to the Ministry of Health, 2007 knowledge indicators of sexually transmitted infections namely: the mode of transmission and prevention, perception, and stigma about STIs. This research study used quantitative methods on 134 respondents, all of them are housewives aged 15-35 years. Subjects were selected that are willing to be interviewed, living in the study research area at least the past year.
The result of this study showed that there was no relationship between knowledge with the incidence of sexually transmitted infections. The significant factors influencing sexually transmitted infections were behavioral factors. Historical experience and husband behavioral factors also influence on the sexually transmitted infections. Respondents with higher levels of education, mature adult of sexual activity, and sexual behavior will be able to reduce the incidence of STIs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suria Djuanda
"Gonorrhoea merupakan penyakit kelamin yang masih banyak terdapat dan merupakan salah satu jenis penyakit yang sukar diberantas dibagian dunia manapun. Walaupun tidak memberi akibat seluas syphilis, gonorrhoea setiap tahun menyerang beribu-ribu penderita baru. Dengan demikian penyakit ini bukan hanya merupakan satu masalah medik, tetapi juga satu masalah sosio-ekonomik.
Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang kita tidak boleh ketinggalan mengadakan penelitian dalam bidang penyakit kelamin. Langkah pertama telah dimulai dengan mendirikan Lembaga Pusat Penyelidikan dan Pemberantasan Penyakit Kelamin (sekarang Lembaga Kesehatan Nasional) di Surabaya pada tahun 1951. Penyelidikan dalam tesis ini dimaksudkan sebagai satu sumbangan dalam bidang yang disebut diatas.
Maka tujuan tesis ini ialah mengumpulkan keterangan-keterangan mengenai penyakit gonorrhoea :
1. menilai korelasi antara pendapat klinik pada satu pihak dan hasil pemeriksaan laborarorium pada pihak lain. Untuk tujuan ini dicari terlebih dulu cara pembiakan Neisseria gonorrhoea yang dapat dipercayai;
2. meninjau kepekaan Neisseria gonorrhoea yang diasingkan terhadap beberapa macam chemotherapeuricum;
3. mempelajari khasiat penicillin pada penderita gonorrhoea,
4. mencari berapa banyak orang yang menderita gonorrhoea mempunyai percobaan serologi positif terhadap syphilis; kemudian mencari apakah ada sesuatu hubungan antara gonorrhoea dan hasil percobaan tersebut;
5. mengumpulkan berbagai keterangan sosial (social data) mengenai para penderita gonorrhoea dan mengenai wanita tuna-susila."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1968
D112
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The purpose of this study is to analyze the correlation between the new prostitution act and the continous in crease in the numbers of sexually transmitted disease patients since their implementation in 2004 , in addition to examining the change in the population of prostitution traders and the trend toward new kinds of sex industries...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Amalia
"ABSTRAK
Praktik kerja profesi di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan
periode bulan Oktober tahun 2017 bertujuan agar mampu memahami peranan, tugas
dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di Puskesmas
sesuai dengan ketentuan perundangan dan etika farmasi yang berlaku, dan dalam
bidang kesehatan masyarakat, memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku,
wawasan dan pengalaman nyata untuk melakukan praktik profesi dan pekerjaan
kefarmasian di Puskesmas, melihat dan mempelajari strategi dan pengembangan
praktik profesi apoteker di Puskesmas, memiliki gambaran nyata tentang
permasalahan praktik dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas, dan mampu
berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang bertugas di
Puskesmas. Praktik kerja profesi di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dilakukan
selama dua minggu dengan tugas khusus yaitu Materi Panduan Penggunaan
Antibiotik yang Rasional untuk Penyakit Infeksi Menular Seksual. Tujuan dari
tugas khusus ini yaitu sebagai panduan dalam
penggunaan antibiotik yang rasional untuk penyakit Infeksi Menular Seksual pada
pelaksanaan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan

ABSTRACT
Internship at community health clinic of Pesanggrahan of Southern Jakarta month
period October 2017 aimed to understand the duties and responsibilities of
pharmacists in pharmacaceutical care service in community health clinic according
to applicable laws and ethics, also in community health sector, then had knowledge,
skills, professionalism, insight and reality to undertake pharmaceutical practices in
community health clinic, looked and learned strategies and the development of
professional practice of pharmacists in community health clinic, had practical
experiences about problems of pharmaceutical care practice in community health
clinic, and was able to communicate and interact with another health staff.
Internship at Pesanggrahan community health clinic was conducted for two weeks
with special assignment Providing Information of Recommendation Dosage for
Pharmaceutical Care of Pediatric in Community Health Clinic of Jagakarsa District
of Southern Jakarta The purpose of this special assignment was to provide drug
information about dosage recommendation for pediatric in Community Health
Clinic of Jagakarsa District."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Made Kurniati
"ABSTRAK
Nama : Ni Made KurniatiProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Prevalen Sifilis, Gonore Dan/Atau Klamidia Sebagai PrediktorEpidemi HIV Pada Berbagai Kelompok Seksual BerisikoEpidemi HIV di Indonesia merupakan permasalahan yang harus segera ditangani karenaberdampak pada derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Deteksi prediktor utama yangberkaitan dengan kejadian Infeksi Menular Seksual IMS terhadap terjadinya infeksiHIV sangat penting untuk diketahui, mengingat IMS merupakan pintu utama masuknyainfeksi HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan anatara IMS yangterdiri dari sifilis, gonore dan klamidia terhadap HIV serta mengetahui keterkaitanketiga IMS tersebut dengan prevalen HIV pada kelompok seksual berisiko. Penelitianini menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data Survei TerpaduBiologi dan Perilaku tahun 2007, 2009, 2011, 2013 dan 2015. Analisis yang digunakanadalah analisis regresi logistik dan regresi fraksional. Infeksi sifilis, gonore danklamidia dapat meningkatkan odds kelompok seksual berisiko untuk terinfeksi HIVmeskipun tidak bermakna secara statistik. Nilai OR infeksi sifilis pada sebagian besarmodel adalah nilai OR terbesar yang meningkatkan peluang terjadinya infeksi HIV.Model hubungan antara IMS dan HIV dapat dilihat pada kota/lokasi yang masuk dalamkuadran I. Prevalen sifilis berhubungan dengan prevalen HIV pada setiap kelompokberisiko terutama pada kelompok waria dan LSL. Setiap kelompok seksual berisikodiharapkan dapat berpartisipasi dalam setiap program untuk pencegahan danpengendalian IMS dan HIV. Selain itu, perlu dilakukan penguatan program yangterfokus pada eradikasi IMS pada kelompok seksual berisiko.Kata kunci: HIV, Infeksi Menular Seksual, Kelompok Seksual Berisiko

ABSTRACT
Name Ni Made KurniatiStudy Program Public HealthTitle Prevalence of Syphilis, Gonorrhea and or Chlamydia as Predictor ofHIV Epidemics among Sexually High Risk Populations Analysis ofData from the Indonesia Integrated Biological and Behavioral Surveys,2007 2015The HIV epidemic in Indonesia is a problem that addressed immediately because itaffects the health status of Indonesian society. Detection of major predictors associatedwith the incidence of Sexually Transmitted Infections STIs against the occurrence ofHIV infection is important to note, because STIs are the main entrance of HIV infection.This study aims to determine the association between STIs consisting of syphilis,gonorrhea and chlamydia against HIV and knowing the relationship between these STIswith HIV prevalence in sexual risk groups. This study uses cross sectional design byanalyzing the data of ldquo Survei Terpadu Biologi dan Perilaku rdquo in 2007, 2009, 2011, 2013and 2015. Logistic regression analysis and fractional regression used for analysis.Syphilis, gonorrhea and chlamydia infections increase odds of sexual risk groups forHIV infection even if not statistically significant. The odds ratio of syphilis infection inmost models is the largest odds ratio that increases the chances of HIV infection. Themodel of the relationship between STIs and HIV can be seen in the cities or sites thatfall within quadrant I. Prevalent syphilis is associated with HIV prevalence in each riskgroup especially in transsexual groups and MSM. Sexual risk group expected toparticipate in programs for STI and HIV prevention and control. In addition, it isnecessary to strengthen programs focused on eradicating STIs in sexual risk groupsbased on cities or sites quadran.Keywords HIV, Sexually Transmitted Infections, Sexually High Risk Populations"
2018
T51356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Hanifa
Depok: Universitas Indonesia, 2019
613 KESMAS 13:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hannifah
"Infeksi Menular Seksual (IMS)adalah infeksi yang utamanya ditularkan melalui hubungan seksual (Kemenkes, 2023), kelompok remaja dan dewasa muda (usia 15 -24 tahun) merupakan kelompok umur yang berisiko paling tinggi untuk tertular IMS (Kemenkes, 2016). Bandung merupakan kota dengan prevalensi IMS terbanyak di Indonesia dengan gonorhea 37,4%, chlamydia 34,5% dan syphilis 25,2%. Estimasi jumlah PSP di Indonesia 230.000 orang, (Organisasi Perubahan Sosial Indonesia, 2019). Estimasi jumlah PSP di Jawa Barat adalah 31.375 orang, sedangkan jumlah PSP Kota Bandung : 3211 orang, 1710 PSP terjangkau, 54 % akses ke klinik. Jumlah PSP remaja kurang dari 24 tahun sebanyak 104 orang (3 %). PSP yang terinfeksi IMS, akan berupaya untuk mencari pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk melihat fenomena Health Seeking Behavior IMS pada remaja PSP di Kota Bandung yang dipengaruhi oleh pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), pengalaman orang lain (personal reference), sumber daya (resources), dan  kebudayaan (culture).

Metode penelitian menggunakan metode kualitatif, desain phenomenology. Informan penelitian 8 orang, 5 informan utama remaja PSP online (apartemen dan kost) dan offline (lokalisasi, tempat hiburan, jalanan) berusia 10-24 tahun, serta 3 orang informan kunci yaitu mucikari, penghubung dan petugas lapangan. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan informan tidak mengetahui dengan baik gejala dan penularan IMS, IMS merupakan hal yang menakutkan tetapi merupakan risiko pekerjaan. PSP memilih no action dan self-treatment jika gejala yang dirasakan ringan. Dukungan mucikari cukup membantu dengan syarat tidak merugikan mucikari. Pengaruh orang lain (personal reference) sangat besar bagi PSP mendorong upaya pengobatan sendiri (self-treatment). Sumber daya yang tidak dimiliki oleh PSP menjadi hambatan bagi PSP offline, yaitu dana yang terbatas, waktu buka layanan kesehatan formal yang tidak sesuai dengan jam kerja PSP, perlakuan stigma dan diskriminasi dari tenaga kesehatan klinik. Sedangkan bagi PSP online, hambatannya adalah kekurangan dana dan ketergantungan terhadap orang yang mengantar ke klinik. Budaya pengobatan turun temurun seperti jamu-jamuan atau ke dukun menjadi hambatan bagi PSP online dan offline.

Rekomendasi: meningkatkan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) pada remaja PSP, mucikari dan penghubung mengenai IMS, pengobatan yang benar dan pengunaan kondom; memperbaiki kualitas layanan IMS; evaluasi berkala terhadap layanan dan Petugas Lapangan PSP dalam program pencegahan IMS.


Sexually Transmitted Infections (STIs) are infections that are mainly transmitted through sexual contact (Ministry of Health, 2023), teenagers and young adults (aged 15 -24 years) are the age group at highest risk of contracting STIs (Ministry of Health, 2016). Bandung is the city with the highest prevalence of STIs in Indonesia with gonorrhea 37.4%, chlamydia 34.5% and syphilis 25.2%. Estimated 230,000 people Female Sex Worker (FSW) in Indonesia, (Indonesian Social Change Organization, 2019). The estimated number of FSWs in West Java is 31,375 people, in Bandung City is: 3211 people, 1710 FSWs are reach, and 54% have access to clinics. The number of FSW less than 24 years old was 104 people (3%). FSW who are infected with STIs will try to seek treatment. The aim of this research is to look at Health Seeking Behavior for STI among adolescents FSW in Bandung which is influenced by thoughts and feelings, personal references, resources and culture.

The research method used qualitative methods, with phenomenology design. The research informants were 8 people, 5 main informants were adolescent FSW who work online (apartments and boarding houses) and offline (localization, entertainment, and streets) aged 10- 24 years, and 3 key informants, pimps, liaisons and outreach worker. Data collection using in- depth interviews. The research results showed that informants did not know well the symptoms and transmission of STIs, STIs are terrible thing as an occupational risk. FSW chooses no action and self-treatment if the symptoms not serious. Pimps support is quite helpful as long as it doesn't cause harm. Personal reference influenced self-treatment for FSW.   The resources that FSWs do not have are obstacles for offline FSWs, namely limited funds, formal health service operational hours, stigmatized and discriminatory treatment from clinical providers. Meanwhile, for online FSW, the obstacles are lack of funds and dependence on people who accompany them to the clinic. The culture of traditional treatments such as herbal medicine or going to shamans is an obstacle for online and offline FSW.

Recommendations: improve IEC (communication, information and education) among adolescent FSW, pimps and liaisons regarding STIs, correct treatment and condoms use; improving the quality of STI services; continuous evaluation of services and FSW’s outreach worker in STI prevention program."

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habasiah Safri
"Related Factors with Condom Using among Transvestites in DKI Jakarta in year 2000One way to determine the risk level of sexual behavior for Sexually Transmitted Diseases (STD) or HIV/AIDS is by measuring condom usage. Risky sexual behavior can be defined as sexual intercourse without consistent use of condoms.
This research involves a survey to determine the level of condom usage among transvestites in 5 districts in Jakarta. The goal of this research is to explore factors relating to condom usage among transvestites in DKI Jakarta using cross sectional methodology research design. Data collection has been conducted over a 3 week period, and involved a sample of 138 transvestites, all of whom had sexual intercourse over the previous 2 weeks.
The Dependent Variable is condom usage, while the Independent Variables are: 1) predisposing factors such as age, education, occupation, earnings, health knowledge (STD, HIV/AIDS and condom), previous sexual behavior, current sexual behavior, medication seeking behavior, reason for becoming a sex workers, excuses for always/not always wearing condoms; 2) access to condoms, source of information on HIV/AIDS and condoms; 3) perceptions regarding level of intimacy between transvestites and other persons.
The research uses univariate and bivariate analysis. The result of the research shows that condom usage among transvestite is 15,2 % consistent and 84,8% inconsistent. From bivariate analysis, it has been found that a variable that has a significant relation with condom usage is the place where transvestites usually perform sexual intercourse. Other independent variables do not have a significant relationship with condom usage.
Based on the result of this research, it is proposed that counseling programs be instigated to increase negotiation skills, and also to provide information to explain that the only effective method to prevent STDs and HIV/AIDS for transvestites engaged in high risk sexual behavior is condom usage. This is because transvestites have many sexual partners and they often engage in anal intercourse. NGOs involved in AIDS Prevention and condom manufacturers are expected to take active roles in delivering these messages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riesparia Magi Awang
"Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk infeksi HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia. Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999 di dunia terdapat 350 juta kasus baru seperti Sifilis, Gonore, Infeksi Chlamyda dan trikomoniasis. Sementara angka IMS di Indonesia sulit diketahui dengan pasti karena terbatasnya informasi yang ada. IMS diketahui dapat meningkatkan kepekaan terhadap infeksi HIV dan juga menyebabkan morbiditas yang tinggi. IMS banyak menyerang golongan masyarakat yang mempunyai perilaku seksual dengan banyak mitra seperti pekerja seks komersial dan diantaranya adalah waria.
Penelitian ini dilakukan di Jakarta timur dengan mengambil lokasi di Kebon Singkong, Velbak dan Pejagalan pada bulan Juni - Agustus 2002. Pengumpulan data menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam atau indeph interview. Jumlah informan sebanyak 12 orang, sedangkan informan kunci sebanyak 6 orang yang terdiri dari pemilik warung, pemilik toko obat dan petugas kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku waria dalam mencari pengobatan pada saat menderita IMS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan informan pada umumnya rendah terutama yang menyangkut penularan, pencegahan, jenis-jenis, gejala serta penyebabnya. Sikap yang ditunjukkan informan adalah negatif untuk penggunaan kondom, dan bersikap positif untuk mengobati sendiri dengan antibiotik yang tidak rasional, minum obat anti biotik secara teratur dan mencari pertolongan kesehatan kepada petugas kesehatan. Sumber utama informasi IMS dan HIV/AIDS adalah petugas kesehatan dan teman. Informan menganggap bahwa dirinya termasuk golongan yang rentan terhadap IMS dan juga mereka menganggap bahwa IMS adalah penyakit yang berbahaya. Kecuali biaya, maka waktu, jarak, perilaku petugas tidak menjadi hambatan informan dalam mencari pengobatan. Upaya mencari pengobatan IMS yang dilakukan dalam empat tahap yaitu mengobati dengan obat tradisional, minum obat-obatan antibiotik dengan dosis yang tidak rasional. Jika belum sembuh upaya lain yang ditempuh adalah mencari bantuan tenaga kesehatan modern baik yang swasta, pemerintah dan jika tidak ada perubahan akan kembali ke pengobatan tradisional.
Beberapa saran yang dianjurkan penulis adalah perlunya penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan tentang IMS, pelatihan untuk menumbuhkan dan meningkatkan sikap dan perilaku yang positif terhadap upaya mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan, perlunya pengembangan prorotipe media yang spesifik waria (transvestisme), membuat perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi secara terpadu dengan dana yang memadai, menyediakan kondom gratis dalam jangka waktu tertentu.

The Attitude of Transvestites in Seeking Medication for Sexually Transmitted Infections in East Jakarta in 2002Sexually Transmitted Infections such as HIV/AIDS infections constitute the world's health problem including Indonesia. Based on WHO's estimation of 1999 there are currently 350 millions cases of syphilis, gonorrhea, Chlamydia and Trikomoniasis infections. The figures of Sexually Transmitted Infections in Indonesia are not definitely known due to limited available information. Sexually Transmitted Infections can increase sensitivity to HIV infection and also raise morbidity rate. Sexually Transmitted Infections mostly affect certain type of community who have frequent sexual relation with commercial sex workers including transvestites.
The research was carried out in three districts in Jakarta namely Kebon Kacang, Velbak and Pejagalan in June-August 2002. Qualitative approach was implemented in data collecting process through in-depth interview. The number of informants was 12 with six key informants consisting of food stall owners, drugstore keepers, and health officer.
The research was aimed at obtaining information on transvestite's attitude in seeking medication when suffering from Sexually Transmitted Infections.
The result of the research revealed a low level of knowledge on the part of the informants regarding transmission, prevention, types, symptoms and cause of disease.
The informants showed negative attitude towards the use of condoms, positive attitude for self-medication by using irrational antibiotic, regular antibiotic take in and seeking medical help from physicians. The main resource of information for Sexually Transmitted Infections and H1V/AIDS was health officers and friends. The informants viewed that they were vulnerable to Sexually Transmitted Infections and that Sexually Transmitted Infections were dangerous. The use of condoms as a means to prevent Sexually Transmitted Infections was relatively rare. Factor hindering the informants in utilizing health services among others was cost and factor encouraging them to use health services was peer group and counseling by health officers exposed by media. Attempt to seek medication were divide into stages namely medication with traditional medicine, taking antibiotic with irrational dose, seeking medical help from modem state or private physicians and traditional medication.
The writer emphasizes the need of counseling to enhance knowledge on Sexually Transmitted Infections, training to generate and boost positive behavior and attitude in seeking medication from health services, the necessity to develop specific media for transvestites, planning, implementation, integrated monitoring and evaluation with sufficient fund, providing free condoms within a certain period of time.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T12922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>