Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suarni
Abstrak :
Fenomena AYLA adalah sebuah fenomena tragedi kemanusiaan yang luar biasa yang terjadi hampir di setiap pelosok. Keluarga sebagai salah satu tempat yang seharusnya teraman dan ternyaman bagi anak, narnun pada kenyataannya justru sebaliknya kondisi keluargalah yang mendorong anak menjadi AYLA tidak saja secara ekonomi melainkan faktor keretakan keluarga. Sebagai akibat dari terjerumusnya anak ke dunia pelacuran dapat berdampak pada fisik, psikis dan sosial anak sehingga proses tumbuh kembangnya terganggu. Berangkat dari fenomena tersebut yang mendorong Remaja Ulet Bandung sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang masih baru berdiri untuk kansen dan memberikan pelayanan kepada anak yang dilacurkan khususnya dalam bidang kesehatan, mengingat resiko kesehatan sangat dekat dengan anak yang dilacurkan dan akan mengancam jiwa anak tersebut. Bardasarkan uraian di atas, penelitian ini berusaha mendeskripsikan perlindungan kesehatan yang dilakukan AYLA dan bagaimana LSM Remaja Ulet berperan serta membantu mereka untuk mencegah dan meminimalisir resiko kesehatan bagi anak yang dilacurkan di Kota Bandung. Remaja Ulet sebagai salah satu lembaga yang sangat peduli dengan permasalahan anak yang dilacurkan menangani langsung kasus-kasus kesehatan balk penyakit bersifat umum maupun Penyakit Menular Seksual (PMS). Dalam perkembangannya masalah kesehatan adalah salah satu masalah yang sangat serius dan perlu penanganan segera. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk menggali informasi-informasi tentang perlindungan kesehatan anak yang dilacurkan dampingan LSM Remaja Ulet, yang diperoleh melalui infer-man. Hasil temuan penelitian menunjukkan perlindungan kesehatan anak yang dilacurkan terdiri dari konseling kesehatan, melalui informasi berupa leaflet, ke dokter atau ke rumah sakit melalui rujukan Remaja Ulet, mengkonsumsi obat-obatan anti biotik dan obat-obat lainnya yang tersedia di warung-warung. Sedangkan secara garis besarnya perlindungan kesehatan anak yang dilacurkan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu perlindungan kesehatan yang bersifat pencegahan (prevenfif) dan perlindungan kesehatan bersifat pengobatan (kuratif). Perlindungan kesehatan yang dilakukan anak yang dilacurkan lebih banyak berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi, mengingat anak yang dilacurkan termasuk anak yang memiliki aktivitas yang high risk, karena prilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan diperparah lagi dengan tingkat kematangan mereka baik secara pemikiran maupun seksual. Gatal-gatal pada begian vagina, keputihan, aborsi adalah jenis penyakit kelamin yang pernah umumnya diderita oleh anak yang dilacurkan. Karena penyakit tersebut bukanlah penyakit yang ringan dan merupakan Penyakit Menular Seksual (PMS) sehingga penanganannya harus dilakukan dengan cara-cara medis, sehingga pada saat anak yang dilacurkan mengalami penyakit kelamin seperti yang telah disebutkan, maka mereka dengan dorongan diri sendiri meminta bantuan kepada pendamping atau Social Worker Remaja Ulet untuk mengantar atau merujuk ke dokter praktek, akupunktur atau rumah sakit jaringan Remaja Ulet. Mengingat penyakit menular seksual akan berdampak, jangka panjang dan tidak bisa disembuhkan tanpa bantuan tenaga medis yang profesional sehingga mendorong anak yang dilacurkan senantiasa berhati-hati dan lebih 'memiliki tindakan pencegahan (preventif) yakni dengan membersihkan vagina mereka dengan menggunakan sabun pembersih khusus wanita. air daun sirih dan ada juga yang menggunakan air garam. Cara-cara yang dilakukan oleh mereka dalam melindungi kesehatan mereka sangat bervariasi tergantung pada tingkat pengetahuan mereka mengenai penyakit-penyakit kelamin dan penanganannya. Penelitian ini menemukan beberapa yang sekiranya dapat menjadi renungan, analisis bersama serta dapat menjadi tugas bersama untuk membenahinya, agar perlindungan kesehatan anak yang dilacurkan dapat lebih maksimal, sehingga resiko-resiko yang berkaitan dengan kesehatan dapat diminimalisir yang pada akhirnya anakanak dapat terselamatkan dan dapat meraih kembali hak-haknya, sehingga disarankan agar perlu adanya langkah-langkah yang dilakukan agar sebisa mungkin anak-anak mendapatkan hak-haknya secara layak sesuai dengan Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, diharapkan keluarga sebagai tempat yang paling dekat bagi anak, sudah selayaknya keluarga menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi seorang anak, adanya langkah preventif yang dapat ditempuh oleh semua pihak pemerintah, LSM, akademisi dan masyarakat agar anak dapat tercegah dari bentukbentuk eksploitasi, dengan menyediakan aksess pelayanan yang ramah anak sehingga anak memiliki alternatif tempat yang aman dan nyaman untuk tumbuh dan berkembang secara layak, menyediakan akses yang dapat menjadi alternatif pencarian nafkah misalnya dengan membekali mereka keterampilan yang memadai dan modern sehingga mereka betul-betul siap untuk bekerja di tempat-tempat yang aman dan nyaman bagi anak sehingga perlahan-lahan anak yang dilacurkan dapat meninggalkan aktivitasnya di dunia malam karena adanya alternatif pekerjaan untuk menghasilkan uang yang memadai dan adanya perhatian serius dari berbagai pihak untuk melakukan langkah-langkah prevenlif. kuratif dan rehabilitafif bagi AYLA dan memberikan bekal pengetahuan yang maksimal kepada AYLA untuk meningkatkan perlindungan kesehatan mereka.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13727
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurasiah Jamil
Abstrak :
ABSTRAK
Kejadian eksploitasi seksual anak di Indonesia meningkat 30% pertahun. Korban ESA merupakan remaja yang memiliki risiko tinggi tertular penyakit yang diakibatkan oleh hubungan seksial bebas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada korban eksploitasi seksual anak (ESA) yang mendapatkan pendampingan dari Yayasan Bina Sejahtera (Bahtera) Kota Bandung tahun 2016. Metode penelitian ini kualitatif, desain studi kasus dengan metode wawancara mendalam terhadap 20 informan, 15 informan anak dan 5 informan pendamping anak. Hasil penelitian mendapatkan pengetahuan informan anak tentang fisiologi kesehatan reproduksi hanya mengetahui sebatas organ tubuh secara umum bukan organ reproduksi. Pengetahuan informan tentang hubungan seksual adalah hubungan kelamin laki-laki dan perempuan, pengetahuannya tentang perilaku seksual berisiko yaitu memberikan nafkah bagi pasangan. Pengetahuan informan tentang masa subur dan risiko kehamilan adalah masa yang berhubungan dengan terjadinya kehamilan namun kehamilan tidak dapat terjadi jika hanya melkukan sekali hubungan seks. Sedangkan pengetahuan tentang alat kontrasepsi meliputi ketidaktahuan adanya kontrasepsi laki-laki. Adapun pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan dan aborsi adalah hal yang sering terjadi dilingkungannya. Pengetahuan tentang infeksi menular seksual hanya satu jenis IMS yang diketahui yaitu Raja Singa yang dijenal dengan nama “kapatil”. Sedangkan pengetahuannya tentang HIV/AIDS adalah penyakit menakutkan yang ditularkan lewat hidung, mulut dan pencegahannya harus menjauhi ODHA. Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi sebagian besar didapat dari teman sebaya.
ABSTRAK
The incidence of sexual exploitation of children in Indonesia increased by 30% per year. SEC victims are teenagers who have a high risk of transmited sexual diseases caused by free sexual relationship. The aim of this study is to describe about reproductive health knowledge of sexual exploitation of children victim that get assistance from Yayasan Bina Sejahtera Kota Bandung in 2016. This research method is qualitative, case study design with in-depth interviews with 20 informants, 15 informants are children and 5 informants are child companion. The results of the study informants children gain knowledge about the physiology of reproductive health only know the extent of organ generally not the reproductive organs. Informant knowledge about sexual relationships is the relationship of male and female, his knowledge of risky sexual behaviors that provide for the couple. Informant knowledge about fertility and pregnancy risk is associated with the period of pregnancy, but pregnancy can not occur if only happened once sex. While knowledge about contraceptives include ignorance of their male contraception. The knowledge of both unintended pregnancy and abortion is something that often happens in their environment. Knowledge of sexually transmitted infections is only one type of STI is known that the Lion King which known as "kapatil". While knowledge of HIV / AIDS is a terrible disease that is transmitted through the nose, mouth and prevention should stay away from people living with HIV. Sources of information about reproductive health mostly obtained from peers.
2016
S63278
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisriena Fariha
Abstrak :
Eksploitasi seksual merupakan salah satu jenis Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang tercantum di dalam Pasal 4 UU TPKS dan anak merupakan kelompok yang rentan menjadi korban dari kekerasan ini. Faktor yang mempengaruhi terjadinya fenomena ini disebabkan pola pengasuhan tidak optimal karena minimnya pemahaman orang tua terhadap hak-hak dasar terhadap anak. Hal ini mengakibatkan dampak buruk tidak hanya bagi fisik anak, namun juga psikis, dan sosial yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Penanganan kasus kekerasan eksploitasi seksual anak ini memerlukan intervensi khusus oleh Pekerja Sosial maupun Tenaga Ahli melalui pelayanan lembaga sosial perlindungan anak. Melalui metode socio-legal, penelitian ini ingin melihat sejauh mana prinsip kepentingan terbaik bagi anak yang diterapkan dalam hukum perlindungan anak bekerja dalam penanganan korban kasus eksploitasi seksual. Hasil penelitian menemukan bahwa penanganan anak yang menjadi korban eksploitasi seksual wajib menempuh upaya pemulihan dan penguatan kejiwaan untuk lanjut menempuh penyelesaian melalui jalur upaya hukum. Namun pada kenyataannya, masih terdapat APH mengenyampingkan keberpihakannya terhadap prinsip terbaik bagi anak dalam proses penyelesaian hukum sehingga berisiko bagi ketahanan mental anak saat sedang memberikan kesaksian di hadapan persidangan. Penanganan korban anak kekerasan seksual juga membutuhkan sinergisitas antar lembaga-lembaga sosial terkait. Dalam penelitan ini juga akan diberikan saran antara lain penambahan keterangan yang lebih rinci dalam UU Perlindungan Anak terkait dengan hak-hak korban eksploitasi, peningkatan pelayanan penanganan dari lembaga-lembaga sosial terkait dan pembekalan perspektif mengenai prinsip kepentingan terbaik bagi anak bagi para APH dan seluruh pekerja sosial. ......Sexual exploitation is one of the types of sexual violence listed in Article 4 of the TPKS Law and children are vulnerable to becoming victims of this violence. Factors that influence the occurrence of this phenomenon are due to suboptimal parenting patterns due to the lack of parents' understanding of the basic rights of children. This results in adverse impacts not only on the child's physical, but also psychological, and social well-being that affects the child's growth and development. Handling cases of child sexual exploitation violence requires special intervention by social workers and experts through the services of child protection social institutions. Through the socio-legal method, this research aims to see how far the principle of the best interests of the child applied in child protection law works in handling victims of sexual exploitation cases. The results found that the handling of children who are victims of sexual exploitation must take efforts to restore and strengthen their psychology to continue to take legal remedies. However, in reality, there are still law enforcement officers who put aside their alignment with the best principles for children in the legal settlement process, which puts the child's mental resilience at risk when giving testimony before the court. Handling child victims of sexual violence also requires synergy between related social institutions. In this research, suggestions will also be given, among others, the addition of more detailed information in the Child Protection Law related to the rights of victims of exploitation, improving handling services from related social institutions and briefing perspectives on the principle of the best interests of children for law enforcement officers and all social workers.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Gatarianto
Abstrak :
Karya Akhir ini membahas tentang tradisi-tradisi patriarkis dan misoginis yang mengkonstruksi anak perempuan berada di posisi rentan menjadi korban eksploitasi seksual komersial anak. Karya akhir ini ditulis menggunakan analisis perspektif feminisme radikal dengan metode penelusuran data sekunder yang memungkinkan penulis menggambarkan eksploitasi seksual komersial anak perempuan bukan hanya disebabkan oleh faktor supply and demand saja, namun terdapat faktor lain yaitu konstruksi dalam tradisi patriarkis dan misoginis yang menyebabkan anak perempuan rentan menjadi korban eksploitasi seksual komersial anak perempuan. Pada akhirnya, penulisan ini menunjukkan bahwa terdapat kesamaan pola pada tradisi tradisi patriarkis dan misoginis yang menyebabkan langgengnya eksploitasi seksual komersial anak perempuan. ...... This final assignment discusses the patriarchal and misogynist traditions which construct the children (female) in a vulnerable position to become the victims of commercial sexual exploitation of children (female). This final assignment was written using the analysis of radical feminism perspective with the research methods of secondary data that allows author to describe that the commercial sexual exploitation of children (female) is not only caused by factors of supply and demand, but there are also other factors such as patriarchal and misogynist traditions which constructed the children (female) became vulnerable and led them for being the victims of commercial sexual exploitation of children (female). In the end, this paper shows that there are similar patterns of traditions of patriarchal and misogynist which led to the interminable of commercial sexual exploitation of children (female).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library