Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Study on human settlements in Indonesia.
"
Bandung: Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan, 2013
363PUSJ001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
"Study on human settlements in Indonesia.
"
Bandung: Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan, 2013
363PUSJ002
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
"Study on human settlements in Indonesia.
"
Bandung: Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan, 2013
363PUSJ003
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Nairobi: The United Nations Centre for Human Settlements, 1991
R 307.14 GUI
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Pezzoli, Keith
Cambridge, UK: MIT Press, 1998
363.707 PEZ h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Syafruddin Apidiani
"Salah satu indikator tercapainya kesejahteraan sosial adalah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang antara lain kebutuhan akan perumahan. Untuk menangani pemukiman kumuh ditengah perkotaan yang berada di tepi sungai Karang Mumus, maka pemerintah Kota Samarinda membuat suatu program pemindahan warga yang tinggal di tepi sungai Karang Mumus. Pelaksanaan program dilakukan secara bertahap dan untuk tahap pertama akan dipindahkan sebanyak 394 KK. Namun program tersebut tidak berjalan sesuai yang diharapkan, tidak seluruh masyarakat bersedia pindah dari tepi sungai tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program relokasi tersebut antara lain tingkat partisipasi masyarakat, kesiapan masyarakat untuk pindah atau menempati pemukiman yang baru, peran atau fungsi dari pendamping serta tingkat koordinasi antar instansi dalam penyediaan dan pelaksanaan program relokasi penduduk tepian sungai Karang Mumus tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriplif melalui kajian literatur, observasi lapangan dan wawancara mendalam dengan Para informan yang terdiri dari unsur pemerintah 1 Tim Relokasi dan unsur masyarakat I tokoh masyarakat.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa program Relokasi Penduduk Tepian Sungai Karang Mumus sejak perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi tidak ada partisipasi masyarakat, dengan kata lain tidak melibatkan masyarakat, hal ini tampak dari tidak adanya kegiatan dialog antara pemerintah selaku pelaksana program dengan masyarakat. Pengertian partisipasi dalam program relokasi ini adalah ketika masyarakat bersedia pindah tanpa ada tuntutan apapun. Masyarakat pindah hanya berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah raja. Seharusnya masyarakat dilibatkan sejak clad perencanaan hingga evaluasi clan pemanfaatan hasii dari program.
Kesiapan masyarakat, untuk masyarakat yang mampu tidak mengalami masalah karena mereka terbiasa dengan pola hidup tidak tergantung dengan aliran sungai, Bali mereka yang kurang mampu, karena sebeiumnya hidup mereka tergantung dengan aliran sungai maka mau tidak mau mereka harus sudah siap menghadapi perubahan tersebut balk perubahan pola hidup maupun pekerjaan.
Tim relokasi dibentuk oleh pemerintah dengan harapan menjadi tim yang berperan sebagai pendamping masyarakat yang terkena relokasi penduduk tepian sungai Karang Mumus. Namun kenyataannya tim tersebut tidak menjalankan fungsinya sesuai yang diharapkan, bahkan lebih hanyak berfungsi sebagai sarong pemerintah.
Dalam penyiapan fasititas umum dalam bentuk perumahan, pemerintah sudah dapat dikatakan berkoordinasi, terbukti dengan tersedianya berbagai l'asilitas dasar suatu perumahan, tapi masih perlu ditingkatkan lagi agar segala fasilitas tersebut dapat berfungsi dengan balk. Sedangkan dalam hal koordinasi membina masyarakat yang' terkena relokasi, terjadi saling lempar tanggung jawab antara instansi yang satu dengan instansi yang lain."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T396
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Mardini Rawar
"Permukiman di lingkungan sungai banyak ditemui di Indonesia. Budaya, komunitas, dan mata pencaharian merupakan beberapa alasan yang menimbulkan permukiman di lingkungan sungai. Permukiman Suku Tiar di Kampung Usku 2 terletak di tepi Sungai Usku. Hidup di tepi sungai telah dilakukan turun-temurun oleh Suku Tiar. Untuk menyesuaikan keberadaannya di kawasan aliran sungai warga Kampung Usku 2 membuat rumah panggung di tepi sungai.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai permukiman Kampung Usku 2 yang terletak di tepi sungai Usku. Penyesuaian yang dilakukan manusia terhadap lingkungan terwujud dalam bentuk hunian dan sebarannya. Keberadaan sungai sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup, hal inilah yang menimbulkan adaptasi warga terhadap lingkungan sungai.

Settlement in the river environment can be easily found in Indonesia. Cultures, communities and livelihoods are several reasons that lead to settlement in the river environment. Traditional settlement in Kampung Tiar Usku 2 situated on the banks of the River Usku. Living on the edge of the river has carried down - for generations by the Tribe Tiar. To adjust its presence in the area of watershed residents of Kampung Usku two houses on stilts at the edge of a river.
In this paper we will discuss about the settlement of Kampung Usku 2 which is located on the banks of the river Usku. Adjustments made man on the environment manifested in the form of occupancy and distribution. The rivers play a significant role in fulfilling the necessities of life, this is what causes people to the river environment adaptation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52288
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Sanca Lovandhika
"Penelitian ini mengkaji sebaran keteraturan permukiman di Kota Semarang Tahun 2012 yang dikaitkan dengan daya dukung wilayah untuk permukiman. Data sebaran permukiman diekstraksi dari citra satelit. Data daya dukung wilayah untuk permukiman didapatkan dengan menggunakan formula Muta?ali (2012). Analisis overlay dilakukan untuk melihat sebaran permukiman menurut kemiringan lereng dan jaringan jalan untuk mengkaji kesesuaian teori Kuffer et al. (2008), yang selanjutnya dikaitkan dengan daya dukung wilayah untuk permukiman. Permukiman Kota Semarang tersebar merata dari daerah pantai hingga perbukitan, dari kemiringan lereng landai hingga curam, dengan pola persebaran permukiman pada kawasan perkotaan Random dan pada kawasan non perkotaan Mengelompok. Jenis permukiman yang mendominasi adalah permukiman tidak teratur. Sebaran permukiman dipengaruhi oleh kemiringan lereng dan jaringan jalan. Semakin besar kemiringan lereng suatu wilayah semakin kecil luasan permukiman yang ditemukan. Semakin panjang kelas jalan lokal pada suatu wilayah semakin besar luasan permukiman yang ditemukan. Permukiman tidak teratur cenderung lebih mendominasi pada wilayah dengan daya dukung wilayah untuk permukiman tinggi, sedangkan pada wilayah dengan daya dukung untuk permukiman rendah proporsi permukiman teratur dan tidak teratur cenderung tidak jauh berbeda. Semakin tinggi daya dukung wilayah untuk permukiman pada suatu wilayah, semakin kecil persentase luasan permukiman pada kemiringan lereng curam yang didapati pada wilayah tersebut.

This study discusses the orderliness of Semarang City settlements in 2012 and the relation with region rsquo s carrying capacity for settlements Settlements distribution data were extracted from satellite imagery Semarang City region rsquo s carrying capacity data were obtained using Muta rsquo ali rsquo s formula 2012 Overlay analysis is done to examine the settlements distribution according to slope elevation and road network it rsquo s compliance with Kuffer et al 2008 theory and it rsquo s relation to the region carrying capacity for settlements Settlements in Semarang City spread from coast to hills from gentle slope to very steep with random distribution in city zone and clustered distribution in non city zone Irregular type of settlements are dominant in Semarang City The distribution of settlements were influenced by slope This study discusses the orderliness of Semarang City settlements in 2012 and the relation with region?s carrying capacity for settlements. Settlements distribution data were extracted from satellite imagery. Semarang City region?s carrying capacity data were obtained using Muta?ali?s formula (2012). Overlay analysis is done to examine the settlements distribution according to slope elevation and road network, it's compliance with Kuffer et al. (2008) theory and it?s relation to the region carrying capacity for settlements. Settlements in Semarang City spread from coast to hills, from gentle slope to very steep, with random distribution in city zone and clustered distribution in non city zone. Irregular type of settlements are dominant in Semarang City. The distribution of settlements were influenced by slope elevation and road network. Bigger slope elevation in a region, fewer settlements were founded in that region. Longer local type road in a region, more settlements were found in that region. Irregular settlements disposed to be dominant in region with high region?s carrying capacity, in region with low region?s carrying capacity regular and irregular settlements almost had the same proportion. Higher region?s carrying capacity for settlements, fewer settlements which was founded in very steep slope."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 2014
S53200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Torre David is an incomplete skyscraper in the center of the Venezuelan capital Caracas that has been occupied and reconstructed by local residents. Work on the building, named after the financial investor David Brillembourg, who died in 1993, was suspended during the Venezuelan financial crisis of 1994. After the office tower the third highest in Venezuela had stood empty for many years, it was taken over by the local population in 2008. The occupants made the building their own with improvisation and skill it is a vertical favela, now containing not just housing but also other everyday facilities such as an improvised doctor's office, shops, and more. Photographer Iwan Baan has documented Torre David and its occupants, creating a portrait that captures the contradictions of the place while at the same time revealing urban structures that have emerged dynamically and without planning. Alfredo Brillembourg was born in New York in 1961. In 1993 he founded Urban-Think Tank in Caracas, Venezuela. Since May 2010, Brillembourg holds a chair in architecture and urban design at the Swiss Institute of Technology, Zurich. Hubert Klumpner was born in Salzburg in 1965. In 1998 he joined Alfredo Brillembourg as director of Urban-Think Tank in Caracas. Since 2010, Klumpner holds a chair in architecture and urban design at the Swiss Institute of Technology, Zurich. Iwan Baan, born in Alkmaar, Netherlands, in 1975, is an architecture and documentary photographer."
Caracas, Venezuela: Lars Muller Publishers , 2012
728.5 TOR (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Rinsan
"[Tesis ini menganalisis persepsi pemangku kepentingan tentang efektivitas program rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman masyarakat terdampak bencana melalui pendekatan berbasis masyarakat di daerah relokasi dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman masyarakat terdampak letusan Merapi
2010 di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan paradigma postpositivisme dengan metode gabungan (mixed method) dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerima manfaat mempersepsikan program relokasi yang dilakukan telah berjalan secara efektif. Akan tetapiterdapat juga kemungkinan-kemungkinan perbaikan untuk mengatasi beberapa permasalahan yang ditemukan dalam penelitian untuk
penerapan di masa yang akan datang. Perbaikan dapat dilakukan pada proses pengambilan keputusan di tingkat masyarakat termasuk menghilangkan elite capture, pendampingan yang lebih intensif dan pengenalan budaya baru di lokasi relokasi. Model mekanisme yang efektif haruslah berpusat pada penghidupan masyarakat, disebut livelihood-centered relocation. Masyarakat akan dengan mudah untuk direlokasi apabila telah mengetahui dengan baik pola penghidupan mereka di daerah relokasi yang baru. Diharapkan penataan permukiman juga akan ditentukan penghidupan para penerima manfaat.

This research analyzes the stakeholder perception on the effectiveness of the settlement rehabilitation and reconstruction program of Merapi-eruption impacted community through community-based approach in Sleman District Province of Special Region Yogyakarta. The research paradigm is post positivism with mixed method with descriptive design. The research result presents that the community as the stakeholder perceived the relocation program is effective. The research, however, also presents some opportunities for improvement toward a more effective relocation program in the future. Improvement can be made on decision making process in community level, decreasing of elite capture and
introduction of the new culture of living in relocation site. The research also proposes an effective model of community-based relocation. The model is livelihood-centered relocation. The livelihood is basis for the design of relocation.
planning. Once the community feels comfortable with the future of their
livelihood, the mobilization of the beneficiaries will face less resistance.
Expectedly, the resettlement design will be based on the beneficiaries? livelihood, This research analyzes the stakeholder perception on the effectiveness of the
settlement rehabilitation and reconstruction program of Merapi-eruption
impacted community through community-based approach in Sleman District
Province of Special Region Yogyakarta. The research paradigm is post positivism
with mixed method with descriptive design. The research result presents that the
community as the stakeholder perceived the relocation program is effective. The
research, however, also presents some opportunities for improvement toward a
more effective relocation program in the future. Improvement can be made on
decision making process in community level, decreasing of elite capture and
introduction of the new culture of living in relocation site. The research also
proposes an effective model ofcommunity-based relocation. The model is
livelihood-centered relocation. The livelihood is basis for the design of relocation
planning. Once the community feels comfortable with the future of their
livelihood, the mobilization of the beneficiaries will face less resistance.
Expectedly, the resettlement design will be based on the beneficiaries? livelihood]
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>