Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Venanda Nofriska Devi
Abstrak :
Ancaman gempa M3,3 dari aktivitas Sesar Lembang yang terjadi pada tanggal 28 Agustus 2011 telah menyebabkan rusaknya sekitar 384 rumah di Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Dari riwayat kegempaan ini, diperlukan adanya suatu metode pengukuran untuk mengamati deformasi permukaan bumi. Salah satu yang bisa digunakan adalah metode pengukuran Global Positioning System (GPS) yang dipasang pada tempat yang dianggap mengalami pergeseran. GPS mempunyai orde ketelitian yang lebih tinggi karena dirancang untuk menghasilkan posisi dan kecepatan tiga dimensi serta berisi informasi mengenai waktu secara kontinu tanpa bergantung pada waktu dan cuaca. Penelitian ini bertujuan untuk memahami karakteristik deformasi yang terjadi di sesar Lembang dengan mempelajari kecepatan dan regangan di permukaan tanah sebagai salah satu indikasi tektonik untuk mitigasi gempa bumi di masa depan. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa stasiunstasiun pengamatan bergerak ke arah timur dengan nilai kecepatan horizontal di utara sesar lembang stasiun CPDA sebesar 2.54 mm/tahun dan CLBG sebesar 2.67 mm/tahun serta di selatan sesar stasiun KBBA sebesar 4.33 mm/tahun. Sedangkan dari analisis regangan Sesar Lembang mengalami fenomena kompresi karena adanya efek interseismic yang diakibatkan oleh locking ketika lempeng Indo-Australia mensubduksi lempeng Eurasia dengan nilai kompresinya yaitu -2.033 µstrain. ......The threat of a M3.3 earthquake from the activity of the Lembang Fault on August 28, 2011, caused damage to around 384 houses in Kampung Muril, Jambudipa Village, Cisarua District, West Bandung Regency. Due to this earthquake history, a measurement method is needed to observe surface deformation. One method that can be used is the Global Positioning System (GPS) measurement method, which is installed in places considered to be experiencing displacement. GPS has a higher order of accuracy because it is designed to provide three-dimensional position and velocity, as well as continuous time information, without depending on time and weather conditions. This study aims to understand the characteristics of deformation occurring in the Lembang Fault by studying surface velocity and strain as one of the tectonic indicators for future earthquake mitigation. The data processing results show that the observation stations move eastward with horizontal velocity values north of the Lembang fault at CPDA station of 2.54 mm/year and CLBG of 2.67 mm/year, and south of the fault at KBBA station of 4.33 mm/year. From the strain analysis, the Lembang Fault experiences compression due to interseismic effects caused by locking when the Indo-Australian plate subducts the Eurasian plate, with a compression value of -2.033 µstrain.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Annisa
Abstrak :
Sesar Lembang dikategorikan sebagai sesar aktif dengan laju pergerakan 3-4 mm/tahun. Pergerakan sesar aktif dapat memicu terjadinya gempa bumi, yang dapat membahayakan penduduk yang tinggal sekitarnya. Bandung Barat merupakan salah satu daerah yang cukup padat penduduk, karenanya keberadaan Sesar Lembang ini berpotensi menimbulkan suatu bencana. Untuk meminimalisir efek bencana maka dilakukan karakterisasi Sesar Lembang dan identifikasi potensi bahaya Sesar Lembang. Penelitian ini menggunakan data satelit gravitasi (GGMPlus). Proses pengolahan data awal dilakukan dengan menjalankan upward continuation untuk menghasilkan peta CBA menjadi beberapa kedalaman, dan dilakukan proses SVD. Data slicing diambil dari peta SVD. Metode MS-SVD (Multi Scale-Second Vertical Derivative) digunakan untuk mengetahui karakteristik Sesar Lembang. Hasil slicing yang didapatkan terdapat 18 patahan dengan besar dan arah dip yang bervariasi. Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan 2D forward yang bertujuan untuk mendapatkan model lapisan bawah permukaan agar kita dapat mengetahui potensi rawan bencana pada daerah penelitian. Dari hasil model bawah permukaan diketahui terdapat empat jenis estimasi batuan penyusun bawah permukan, yaitu tufa pasir dengan estimasi densitas sebesar 1.8 gr/cc, tufa batuapung dengan estimasi densitas 1.85 gr/cc, breksi lava dengan estimasi densitas sebesar 2.68 gr/cc, dan batu gamping massif dengan estimasi densitas sebesar 2.7 gr/cc. ......The Lembang Fault is categorized as an active fault with a movement rate of 3-4 mm/year. The movement of active faults can trigger earthquakes, which can endanger the people living in the vicinity. West Bandung is one of the areas that is quite densely populated, therefore the existence of the Lembang Fault’s has the potential to cause a disaster. To minimize the effects of the disaster, the Lembang Fault characterization and identification of the potential hazards of the Lembang Fault were carried out. This study uses satellite gravity data (GGMPlus). The initial data processing is carried out by running upward continuation to produce a CBA into several depths, and the SVD. The slicing is taken from the SVD. The MS-SVD (Multi Scale-Second Vertical Derivative) method is used to determine the characteristics of the Lembang Fault. The slicing obtained are 18 faults with dip varying modeling is carried out forward which aims to obtain a model of the subsurface layer so that we can find out the disaster-prone potential in the research area. From the results of the subsurface model, it is known that there are four types of estimated subsurface rocks, namely sand tuff with an estimated density of 1.8 gr/cc, pumice tuff with an estimated density of 1.85 gr/cc, lava breccia with an estimated density of 2.68 gr/cc, and massive limestone with an estimated density of 2.7 g/cc.
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library