Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Janti Wijayati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas Pembina Jatinegara. Secara khusus hal-hal yang diidentifikasi adalah struktur dan alokasi biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan, besarnya biaya satuan, dan tingkat kemampuan pembiayaan Puskesmas, serta gambaran mengenai kinerja (efisiensi) pusat biaya produksi (yang menjadi penyelenggara pelayanan klinik dalam gedung) di Puskesmas Pembina Jatinegara sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan dalam mengembangkan Puskesmas Swadana. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitik. Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi kesiapan Puskesmas sehubungan dengan dilakukannya analisa biaya, disamping itu dilakukan pula survey sampel selama 2 minggu (Oktober 2001) untuk mendapatkan rata-rata waktu pelayanan pasien di klinik sebagai dasar bagi penghitungan kapasitas output Puskesmas. Data biaya menggunakan data historis dari pengeluaran selama Januari - Juni 2001. Analisa biaya yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi Puskesmas Pembina Jatinegara, terutama dalam hal ketersediaan intormasi yang dibutuhkan. Distribusi biaya dari pusat biaya penunjang ke pusat biaya produksi menggunakan step down method. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kondisi sistem pencatatan di Puskesmas belum dipersiapkan untuk dilakukan analisa biaya. Struktur biaya menunjukkan, bahwa 94,56% total biaya digunakan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan, dan dari jumlah tersebut biaya tenaga menyerap 71,90% (terdiri dari gaji 61,90% dan insentif : 10%) serta biaya obat dan pusat-pusat biaya. Alokasi biaya menggambarkan, bahwa pusat biaya penunjang memperoleh alokasi 35,24%, kelompok klinik pelayanan kesehatan dasar memperoleh 30,44%, kelompok klinik pelayanan kesehatan semi spesialis/spesialis memperoleh 7,88%, kelompok penunjang diagnostik memperoleh 8,117%, dan rumah bersalin 18,36%. Didapatkan biaya satuan tanpa investasi untuk kelompok klinik pelayanan dasar antara Rp 6.536,00 - Rp 29.199,00 per output; untuk klinik pelayanan semi spesialis/spesialis antara Rp 10.031,00 - Rp 84.663,00 per output; pelayanan penunjang diagnostik Rp 30.895,00 - Rp 32.787,00 per output; serta RB sebesar Rp 247.181,00 per output per hari. Komponen biaya yang dominan dalam membentuk biaya satuan ini pada umumnya adalah biaya tenaga (terutama gaji). Tingkat kemampuan pembiayaan Puskesmas terhadap total biaya pelayanan sebesar 18,31%; dan apabila biaya investasi tidak diperhitungkan maka biaya operasional dan pemeliharaan yang dapat dibiayai adalah 19,36%. Kinerja pusat biaya produksi berdasarkan pencapaian output dibandingkan kapasitasnya menunjukkan, bahwa hanya BPU, BPG, klinik 24 jam, klinik kulit/kelamin dan klinik paru yang cukup efisien; sedangkan pusat biaya lainnya cenderung masih belum efisien. Dengan hasil tersebut, maka saran yang dapat diajukan untuk Puskesmas adalah : Puskesmas harus mulai memperbaiki sistem pencatatan yang ada untuk mendukung proses analisa biaya; mempertahankan seluruh klinik pelayanan kesehatan dasar, RB, dan pelayanan penunjang diagnostik walaupun ada yang belum efisien; meninjau kembali keberadaan klinik pelayanan semi spesialis/spesialis yang belum efisien; dan apabila Puskesmas masih merasa perlu mempertahankan klinik yang belum efisien, maka upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi adalah meningkatkan utilitas atau memanfaatkan sumberdaya yang telah ada, salah satunya dengan melakukan share tenaga dengan fasilitas kesehatan pemerintah lainnya, dalam rangka kesinambungan penyelenggaraan swadana. Saran yang dapat diajukan untuk Dinas Kesehatan adalah : agar menyiapkan suatu sistem informasi yang reliable di Puskesmas khususnya dan fasilitas kesehatan pemerintah umumnya untuk mendukung analisa biaya; menyiapkan standar pelayanan yang lengkap agar dapat dilakukan penghitungan biaya normatif; meninjau kembali kebijakan tentang Puskesmas Pembina; serta mengoptimalkan sistem rujukan yang ada.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T10096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jean Francis Melanny Kassiuw
Abstrak :
Rekam Medis Elektronik (RME) muncul sebagai inovasi terkini di bidang kesehatan, menjawab tantangan yang dihadapi oleh sistem rekam medis tradisional berbasis kertas. Kelebihan RME mencakup efisiensi, aksesibilitas, dan keamanan data pasien, memberikan solusi holistik untuk meningkatkan pengelolaan informasi kesehatan di era digitalisasi saat ini.  Penelitian ini menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) sebagai dasar teori, dan bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara persepsi pengguna terhdap faktor-faktor determinan dalam implementasi RME dengan efisiensi pelayanan di instalasi rawat jalan RSUD Kebayoran Lama. Desain penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental dengan pendekatan kuantitatif, memanfaatkan data numerik untuk analisis statistik. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data terkait persepsi pengguna dalam implementasi RME dan efisiensi pelayanan melalui pengisian kuesioner oleh user sebagai responden, wawancara dengan stakeholders, serta telaah dokumen yang berkaitan dengan implementasi RME. Hasil dari penelitian ini didapatkan adanya hubungan signifikan antara persepsi kemanfaatan penggunaan RME dengan motivasi (p-value 0,000), motivasi dengan implementasi RME (p-value 0,000) dan implementasi RME dengan efisiensi pelayanan (p-value 0,000). Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi kemanfaatan dengan implementasi RME (p-value 0,366) dan ketersediaan infrastruktur dengan implementasi RME (p-value 0,666). Temuan ini memberikan wawasan penting dalam merancang strategi implementasi RME yang lebih efektif, dengan fokus pada meningkatkan motivasi pengguna untuk mengimplementasikan RME dengan lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pelayanan di RSUD Kebayoran Lama. ......Electronic Medical Record (EMR) emerged as the latest innovation in the field of healthcare, addressing the challenges faced by traditional paper-based medical record systems. The advantages of EMR include efficiency, accessibility, and security of patient data, providing a holistic solution to improve the management of health information in the current digitalization era. This study uses the Technology Acceptance Model (TAM) as its theoretical basis, and aims to evaluate the relationship between user perceptions of determinant factors in the implementation of EMR with service efficiency in the outpatient department of RSUD Kebayoran Lama. The research design used is non-experimental with a quantitative approach, utilizing numerical data for statistical analysis. The study was conducted by collecting data related to user perceptions in the implementation of EMR and service efficiency through the completion of questionnaires by users as respondents, interviews with stakeholders, and document review related to the implementation of EMR. The results of this study found a significant relationship between the perceived usefulness of using EMR with motivation (p-value 0.000), motivation with EMR implementation (p-value 0.000), and EMR implementation with service efficiency (p-value 0.000). However, there was no significant relationship between perceived usefulness and EMR implementation (p-value 0.366) and infrastructure availability with EMR implementation (p-value 0.666). These findings provide important insights in designing more effective EMR implementation, with a focus on increasing user motivation to implement EMR more optimally, so that it can improve service efficiency in RSUD Kebayoran Lama.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library