Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pontoh, Ega Wirayoda
Abstrak :
Latar Belakang: Sindrom koroner akut (SKA) dapat didefinisikan sebagai aliran darah yang tidak cukup ke miokardium dan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum di Indonesia yang mempengaruhi 143.000 orang. Skor risiko TIMI adalah penilaian stratifikasi risiko yang dapat menentukan prognosis pasien dan memengaruhi opsi terapi. Tes fungsi ginjal dikaitkan dengan keparahan hipoksia dan faktor-faktor lain yang berkontribusi dalam SKA dan tidak termasuk dalam skor risiko TIMI. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tes fungsi ginjal dan skor risiko TIMI pada pasien SKA. Metode: Penelitian ini menggunakan model analitik cross-sectional menggunakan pengumpulan data rekam medis yang meliputi serum kreatinin, serum ureum, dan skor risiko TIMI yang diperoleh dari Rumah Sakit Nasional Cipto Mangunkusumo. 117 sampel diperoleh yang kemudian dianalisis dengan uji chi-square. Hasil: Uji fungsi ginjal terbukti secara signifikan terkait dengan Skor Risiko TIMI. Serum kreatinin dikaitkan dengan skor risiko TIMI (p = 0,0407) serta serum ureum juga dikaitkan dengan skor risiko TIMI (p = 0,036). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara serum kreatinin dan serum ureum yang tinggi dengan tingginya skor risiko TIMI. ......Background: Acute coronary syndrome (ACS) is defined as insufficient blood flow to the myocardium and one of the most common cardiovascular disease in Indonesia affecting 143.000 people. TIMI risk score is risk stratification assessment that can determine the prognosis of the patient and affect therapy options. Renal function test is associated with hypoxia severity and other contributing factors in ACS which is not included in TIMI risk score. This research aims to see the association of renal function test and TIMI risk score in ACS patients. Method: The research uses analytical cross-sectional model using medical records data collection which encompasses serum creatinine, serum ureum, and TIMI risk score obtained from Cipto Mangunkusumo National Hospital. 117 samples are obtained which is then analysed using chi-square test. Results: Renal function test proved to be significantly associated with TIMI Risk Score. Serum creatinine is associated with TIMI risk score (p=0,0407) as well as serum ureum is also associated with TIMI risk score (p=0,036). Conclusion: There is an association between high serum creatinine and high serum ureum with TIMI risk score in ACS patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adryansyah Can
Abstrak :
Pendahuluan dan tujuan: Obstruksi ureter dikaitkan dengan sejumlah keganasan pelvis, yang umumnya menyumbat ureter distal dengan keterlibatan yang berdekatan atau kompresi ekstrinsik. Percutaneous Nephrostomy (PCN) dan pemasangan Double-J Stent (DJ Stent) secara rutin dilakukan untuk mencegah obstruksi ureter atau mengurangi nyeri pascaoperasi. Pada pasien kanker serviks, stent seringkali gagal memberikan drainase urin yang memadai dan kreatinin serum dapat memprediksi kegagalan pemasangan stent DJ. Kami mengusulkan penggunaan Phenazopyridine untuk membantu identifikasi meatus ureter secara intraoperatif pada pasien dengan kreatinin serum tinggi untuk pemasangan stent DJ. Metode: Kami melakukan penelitian deskriptif analitik dari Januari 2018-Desember 2018. Tiga puluh delapan pasien, didiagnosis kanker serviks dari departemen Obstetri dan Ginekologi ke divisi Urologi, dengan obstruksi ureter yang disebabkan oleh kompresi atau infiltrasi eksternal, ikut serta dalam penelitian ini dengan staging stadium III B dan IV A. Dua tablet Phenazopyridine diberikan 6 jam sebelum pemasangan DJ stent. Kami memeriksa warna urin di meatus ureter secara intraoperatif untuk membantu pemasangan DJ stent. Satu sisi keberhasilan dalam penempatan DJ stent dianggap sebagai keberhasilan dalam penelitian ini. Hasil: Dari 38 pasien, pasien termuda dalam penelitian ini berusia 40 tahun dan tertua berusia 77 tahun. Rerata usia adalah 52,53 ± 7,94 tahun. Keberhasilan pemasangan stent DJ pada 32 pasien (84,2%). Kesimpulan: Dari penelitian kami, pemasangan stent DJ stent penggunaan phenazopyridine berhasil dilakukan pada 32 pasien dengan serum kreatinin yang tinggi. Phenazopyridine adalah pewarna yang murah dan aman untuk membantu menilai meatus ureter pada pemasangan DJ stent. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi pengetahuan kita tentang phenazopyridine dan untuk memahami kegunaannya dalam membantu ahli bedah melakukan penempatan DJ stent. ......Introduction and Objectives: Ureteral obstruction may be associated with a number of pelvic malignancies, generally obstruct the distal ureter by contiguous involvement or extrinsic compression. Percutaneous nephrostomy (PCN) tube and Double-J Stent (DJ Stent) placement are routinely done to prevent ureteral obstruction or to reduce postoperative pain. In cervical cancer patients, stents often failed to provide adequate urinary drainage and serum creatinine could predict the failure of DJ stent insertion. We propose the use of Phenazopyridine to aid the ureter meatus identification intraoperatively in patients with high serum creatinine for DJ stent insertion. Method: We conducted a descriptive analytic study from January 2018-December 2018. Thirty-eight patients, diagnosed as cervical cancer from Obstetric and Gynaecology department to Urology division, with ureteral obstruction caused by external compression or infiltration, were included in the study. Cervical cancer of stage III B and IV A were included in our study. Two tablets of Phenazopyridine wasgiven 6 hours before inserting DJ stent. We examine the color of the urine in ureter meatus intraoperatively to help the insertion of the DJ stent. One side of success in DJ stent placement considered as success in this study Results: From 38 patients, we noted the youngest patient in this study was 40-year-old and oldest was 77-year-old. Mean of age was 52.53 ± 7.94 years old. We noted the success of DJ stent insertion in 32 of the patients (84.2%). Conclusion: From our study, we achieved successful DJ stent placement in 32 of our phenazopyridine-patient having a high serum creatinine. Phenazopyridine is an inexpensive and safe dye to help in assessing ureter meatus in DJ stent insertion. Further studies are needed to explore our knowledge about phenazopyridine and to understand the use in helping surgeon performing DJ stent placement.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelia Demtari Tuah
Abstrak :
Latar belakang: Resistensi insulin dan berbagai komplikasi organ yang ditemukan pada kasus diabetes telah berkembang sejak tahapan prediabetes, diantaranya gangguan fungsi ginjal. Suplementasi vitamin D menjadi terapi yang menjanjikan untuk mencegah perkembangan gangguan ginjal. Oleh karena itu, dilakukan studi untuk menganalisis pengaruh suplementasi vitamin D baik dosis tinggi dan dosis rendah pada model tikus prediabetes dalam mencegah perburukan fungsi ginjal. Metode: Digunakan metode penelitian praklinis eksperimental pada tikus Wistar jantan. Tikus diberikan diet tinggi lemak dan glukosa kemudian dibagi menjadi empat kelompok acak yakni 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok prediabetes (Tidak mendapat suplementasi vitamin D, mendapat vitamin D dosis rendah 100 IU/kgBB/hari atau dosis tinggi 1000 IU/kgBB/hari). Setelah 12 minggu, diambil serumnya untuk mengevaluasi kadar urea, kreatinin, dan albumin. Hasil: Studi ini menunjukkan bahwa kadar urea (p = 0,275) dan kreatinin (p = 0,067) tidak memiliki perbedaan signifikan pada setiap kelompok intervensi. Kelompok prediabetes dengan suplementasi vitamin D 1000 IU/kgBB/hari memiliki kadar urea serum lebih rendah dibandingkan 100 IU/kgBB/hari. Namur, suplementasi vitamin D 100 IU/kgBB/hari lebih menurunkan serum kreatinin dibanding 1000IU/kgBB/hari. Terdapat perbedaan signifikan pada kadar albumin (p = 0,003). Suplementasi vitamin D 100IU/kgBB/hari dan 1000IU/kgBB/hari ditemukan meningkatkan albumin serum. Kesimpulan: Pemberian suplementasi Vitamin D, baik dosis rendah maupun dosis tinggi tidak memberikan perbedaan signifikan pada urea dan kreatinin serum dibandingkan tikus yang tidak mendapat suplementasi namun didapati perbedaan signifikan pada kadar albumin serum tikus. Akan tetapi, perbedaan signifikan ini ditemukan pada albumin serum tikus sehat dibandingkan dengan tikus prediabetes. Suplementasi vitamin D meningkatkan kadar albumin serum secara signifikan. ......Introduction: Insulin resistance and organs complication related to diabetes have developed since prediabetic stage. One of this complications is impaired kidney function. Vitamin D supplementation become a promising therapy to prevent worsening of kidney function. Therefore, this study was conducted to assess and compare the effect of high dose and low dose vitamin D supplementation on markers of kidney function. Methods: This study is experimental preclinical study on animal model using serum sample of male Wistar rat. The rats received high fat and glucose diet and divided into a group of normal control and three groups of prediabetic (without vitamin D supplementation, with low dose (100IU/kgBW/day) and high dose (1000IU/kgBW/day) vitamin D supplementation). After 12 weeks, blood samples were collected to evaluate level of serum urea, creatinine, and albumin. Result : This study showed that serum urea (p=0,275) and creatinine (p=0,067) were not different statistically between groups. Group of prediabetic with 1000 IU vitamin D supplementation had lower serum urea compared to prediabetic group with 100 IU supplementation. On the contrary, vitamin D 100 IU/kgBW/day supplementation produced better result than 1000 IU/kgBW/day to lower serum creatinine. There was significant difference in serum albumin between all groups (p=0,003). Vitamin D supplementation of 100IU/kgBW/day and 1000IU/kgBW/day increased serum albumin levels more than normal groups. Conclusion: Low dose and high dose Vitamin D supplementation did not give significant difference to serum urea and creatinine level compared to nontherapy group. However, serum albumin was increased with supplementation of vitamin D 100 IU/kgBW/day and 1000 IU/kgBW/day in prediabetic rat than normal rat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library