Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Wardhani
Abstrak :
Proses irradiasi dalam penelitian tenaga atom akan menghasilkan unsur bahan bakar radio isotop dan hasil samping limbah radio aktif. Penanganan limbah ini harus dikelola dengan baik supaya tidak membahayakan manusia dan lingkungannya. Agar radio nuklida dalam limbah tidak mudah lepas, maka limbah radio aktif diubah dalam bentuk padat. Untuk tujuan ini digunakan bahan matriks yang dapat mengikat atau sebagai perangkap radio nuklida misalnya bahan matriks gelas borosilikat. Proses ini mengakibatkan terbentuknya gelas limbah borosilikat. Untuk menentukan mutu gelas limbah antara lain dengan menentukan ketahanan kimianya, apa bila gelas ini kontak dengan larutan. Ketahanan kimia berarti adanya radio nuklida yang terlucut dan pemecahan rangkaian gelas silikat. Penentuan ketahanan kimia dari gelas limbah dengan membuat gelas borosilikat yang mengandung 10%, 20%, 25%, 30% clan 40% limbah radio aktif atau galas limbah WL 10, WL 20, WL 25, WL 30 dan WL 40. Pembuatan gelas limbah ini dilakukan pada temperatur 1150°C selama 165 menit kemudian didinginkan sampai temperatur kamar. Cara untuk menentikan ketahanan kimia dapat dilakukan dengan metoda sokslet dengan menggunakan 50 ml larutan pelucut yang dipanaskan dalam air mendidih. Adanya kontak antara permukaan gelas dan larutan pelucut mengakibatkan terlucutnya unsur-unsur dari gelas limbah tersebut. Unsur yang terlucut dianalisa dengan menggunakan AAS (Spektroskopi Serapan Atom). Dari jenis gelas limbah yang ditentukan ketahanan kimianya didalam air destilasi diperoleh hasil bahwa ketahanan kimia gelas WL 10 > WL 20 > WL 25 > WL 30 > W1 40. Ketahanan kimia gelas limbah dengan WL 25 dan WL 30 dilakukan juga terhadap larutan yang bersifat asam yaitu pH = 2 (1.10-2M HC1); pH = 4 (1.10-4M HC1); netral (air destilasi A- 1 tetes KOH 0,01 M) dan larutan basa pH - 10 (1.10-4M KOH) dan pH = 12 (1.10-2M KOH). Dengan variabel pH diperoleh hasil bahwa ketahanan kimia dalam larutan netral larutan basa > larutan asam. Mutu dari pada gelas limbah ini ditemukan juga terhadap gelas limbah WL 30 yang mengalami devitrifikasi pada 850°C dengan variasi lamanya waktu devitrifikasi antara lain 6, 10, 18, 26, 34, 42 dan 50 jam. Dari percobaan ini diperoleh hasil bahwa makin lama waktu devitrifikasi ketahanan kimia gelas WL semakin kecil berarti unsur-unsur yang terlucut dari gelas limbah semakin banyak.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariana M.
Abstrak :
ABSTRAK
Metode ekstraksi adalah suatu metode pemlsahan yang sudah lama digunakan untuk tujuan pemlsahan. Metode ini bersifat sederhana dan mudah dikerjakan. Percobaan kali ini bertujuan untuk memisahkan Cr (HI) dan Zn (U) dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut. Sebagai ligan pengkompleks digunakan asam salisilat sedangkan pelarut organik yang digunakan adalah butanol.

Penentuan stokiometri kompleks dilakukan secara spektrofotometrik dengan menggunakan metode perbandingan mol. Keberhasilan ekstraksi diukur dengan harga %E, yang dihitung berdasarkan harga D (distribusi) , yaitu suatu harga yang menunjukkan perbandingan antara konsentrasi logam di pelarut organik dengan konsentrasi logam di pelarut air, setelah dilakukan ekstraksi. Pengukuran konsentrasi logam di air ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom.

Di dalam fasa air interaksi antara Cr^"^ dan asam salisilat menghasilkan senyawa kompleks Cr[(Hsal)2(H20)4]"^ sedangkan interaksi antara HSal dengan 2h menghasilkan senyawa kompIeksZn[Hsal]2. Nilai pH optimum bagi ekstraksi Cr (III) berada pada pH 3 dengan harga % E =65,18% sedangkan pH optimum bagi ekstraksi Zn (II) terjadi pada pH 5 dengan harga %E=54,03 %

Terbentuknya kompleks Cr[(Hsal)2(H20)4]'^ dan Zn[HS^l] ditandai dengan terbentuknya spektra yarig memiliki karakteristik berbeda dengan kharakteristik spektra Cr(III), spektra ZnQl) ataupun spektra asam salisilat bebas.

Penambahan asam perklorat ke dalam ekstraksi Cr dan Zn salisilat menyebabkan harga %E bagi Cr (III) meningkat menjadi 65,43% sedangkan harga %E bagi Zn (11) tidak mengalami perubahan. Ini membuktikan bahwa asam perklorat yang ditambahkan mampu menjadi pasangan ion bagi kompleks .

Harga rata-rata %E total Cr (HI) dari dua kali ekstraksi dari lima larutan campuran Cr (III) dan Zn (II) adalah 88,044% sedangkan harga rata-rata %E total Zn (II) adalah 39,15% .
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Cahyaning Ilham
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33183
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Noriyanti
Abstrak :
Susu sapi memiliki perbedaan kadar kalsium pada masing-masing sampel yang dianalisis. Susu sapi dapat tercemar kadmium dan timbal, yang disebabkan karena pakan ternak sapi yang tercemar oleh polusi kendaraan bermotor, pakan ternak sapi yang mengandung pestisida yang diberikan secara berlebihan dan minuman atau air yang mengandung bahan pencemar, sehingga menimbulkan gangguan pada kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kalsium, kadmium dan timbal pada susu "X" dari daerah Depok, susu "Y" dari swalayan dan susu "Z" dari daerah Jakarta Selatan. Sampel didestruksi dengan menggunakan lempeng pemanas pada suhu 200ºC selama kurang lebih 1 jam, dengan menggunakan asam nitrat pekat dan hidrogen peroksida pekat. Kalsium dianalisis pada panjang gelombang 422,7 nm, kadmium dianalisis pada panjang gelombang 228,8 nm dan untuk timbal dianalisis pada panjang gelombang 283,3 nm. Masing masing diukur dengan spektrofotometer serapan atom. Kadar kalsium dalam susu "X" dari daerah Depok sebesar 38,45 ppm; susu "Y" dari swalayan sebesar 29,00 ppm dan susu "Z" dari daerah Jakarta Selatan sebesar 30,72 ppm. Kadar kadmium dalam susu "X" dari daerah Depok sebesar 0,02 ppm; susu "Y" dari swalayan sebesar 0,02 ppm dan susu "Z" dari daerah Jakarta Selatan sebesar 0,02 ppm. Kadar timbal dalam susu "X" dari daerah Depok sebesar 0,15 ppm; susu "Y" dari swalayan sebesar 0,07 ppm dan susu "Z" dari daerah Jakarta Selatan sebesar 0,07 ppm. Cemaran timbal dalam susu melewati batas maksimum cemaran timbal berdasarkan Badan Standardisasi Nasional tahun 2009.
Every cow?s milk samples have different concentration of calcium. Cow?s milk can be contaminated by cadmium and lead, which is caused by animal feed contaminated from motor vehicle pollution, animal feed containing pesticide given to excess and drink or water that contains contaminants causing disturbance in health. This research aimed to analyze the calcium, cadmium and lead on the milk "X" from Depok, milk "Y" from supermarket and milk "Z" from South Jakarta. Sample was destruct by using hot plate at temperature 200ºC for approximately 1 hour, using concentrated nitric acid and hydrogen peroxide. Calcium was analyzed at wavelength 422,7 nm, cadmium was analyzed at wavelength 228,8 nm, and lead was analyzed at wavelength 283,3 nm. Each measured by Atomic Absorption Spectrophotometer. Calcium levels in milk "X" from Depok was 38,45 ppm; milk "Y" from supermarket is 29,00 ppm and milk "Z" from South Jakarta was 30,72 ppm. Cadmium levels in milk "X" from Depok was 0,02 ppm; milk "Y" from supermarket is 0,02 ppm and milk "Z" from South Jakarta was 0,02 ppm. Lead levels in milk "X" from Depok was 0,15 ppm; milk "Y" from supermarket is 0,07 ppm and milk "Z" from South Jakarta was 0,07 ppm. Lead contamination in milk over the maximum levels of lead contamination base on Badan Standardisasi Nasional 2009.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S1775
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Triandita
Abstrak :
Moringa oleifera tersebar di berbagai negara tropis dan subtropis. Tanaman ini termasuk dalam suku Moringacea, ia memiliki berbagai hal yang mengesankan dalam bidang pengobatan dengan nilai gizi yang tinggi. Daun kelor kaya akan mineral penting, diantaranya zat besi dan kalsium. Proses ekstraksi diperlukan untuk memperoleh zat besi dan kalsium yang terkandung dalam daun kelor. Microwave Assisted Extraction (MAE) adalah prosedur ekstraksi sederhana dan cepat, dikembangkan dan dioptimalkan untuk dua mineral, zat besi dan kalsium dalam daun kelor. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut, waktu, tingkat kekuatan dan perbandingan jumlah padat dan cair pada efisiensi ekstraksi zat besi dan kalsium. Penentuan kuantitatif dilakukan dengan spektrofotometri serapan atom (SSA). Sampel dekstruksi dengan menggunakan campuran asam nitrat dengan asam perkolat. Kalsium dianalisis pada panjang gelombang 422,7 nm dan zat besi dianalisis pada panjang gelombang 248,3 nm. Hasil tertinggi untuk ekstraksi kalsium yaitu menggunakan air dengan perbandingan jumlah serbuk dan pelarut 1: 10 dan tingkat kekuatan 450 watt (P50%) selama 5 menit, diperoleh nilai kalsium 22727,93 mg/kg atau 2272,79 mg/100g. Kondisi optimum untuk ekstraksi zat besi menggunakan air dengan perbandingan jumlah serbuk dan pelarut 1: 12,5 dan tingkat kekuatan 630 watt (P70%) selama 3 menit, diperoleh nilai zat besi 164,17 mg/kg atau 16,42 mg/100g. ......Moringa oleifera is distributed in tropics and subtropics countries. This plant belonging to the family Moringacea. It has a impressive range of medicinal uses with high nutritional value. The moringa plant provides a rich of important mineral including iron and calsium. Extraction process required to obtain iron and calcium contained in the moringa leaves. A simple and rapid microwave assisted extraction (MAE) procedure was developed and optimized for two mineral, iron and calsium in moringa leaves. Experiments were carried out to determine the effect of type of solvent, time, levels of power and the amount of solid and liquid on extraction efficiency of iron and calcium. The quantitative determination was using atomic absorption spectrophotometric (AAS). Sampel was digseted by using nitric/percholic acid mixtures. The calsium was analyzed at wavelength 422.7 nm and iron was analyzed at 248.3 nm. The highest results for extraction of calcium was using water with the amount of solid and liquid 1 : 10 and levels of power 450 watt (P50%) for 5 minutes. Obtained value of calcium 22727.93 mg/kg or 2272.79 mg/100g. The optimum conditions for extraction of iron was using water with the amount of solid and liquid 1 : 12.5 and levels of power 630 watt (P70%) for 3 minutes. Obtained value of iron 164.17 mg/kg or 16.42 mg/100g.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Ayu Larasati
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang berpotensi untuk menjadi obat diuretik selain dari obat sintetis yang ada saat ini. Namun belum diteliti secara preklinis bagaimana interaksi dari obat herbal dan obat sintetis yang memiliki khasiat yang sama dalam hal ini sebagai diuretik apabila diminum secara bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% daun kumis kucing terhadap efek diuretik furosemid pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley. Penelitian dilakukan pada 30 ekor tikus putih jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu kontrol, ekstrak, furosemid, dan dua kelompok dosis kombinasi antara ekstrak dan furosemid. kelompok diberi perlakuan berupa pemberian ekstrak selama 4 hari kemudian pada hari ke-4 ditambah pemberian furosemid . pengukuran volume urin dilakukan pada hari ke-4, tekanan darah pada hari ke-0 dan ke-4 menggunakan pengukur tekanan dara non invasive CODA, serta pengukuran kadar natrium dan kalium pada hari ke-5 pada urin 24 jam menggunakan spektrofotometer serapan atom. Kemudian, hasil dianalisis menggunakan SPSS dan hasil analisis statistic menunjukan bahwa pada pengukuran volume urin jam ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5, ke-6, kadar natrium, dan tekanan darah sistol terdapat perbedaan secara bermakna antara kelompok kombinasi dengan kelompok kontrol, ekstrak, dan furosemid (α < 0,05) dan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kombinasi 1 (dosis ekstrak 700 mg/kg bb ditambah furosemid 7,2 mg/kg BB) dan kombinasi 2 (dosis ekstrak 350 mg/kg bb ditambah furosemid 7,2 mg/kg BB) (α < 0,05)
ABSTRACT
Indonesia has many kinds of biodiversity that may become a potential drug that has diuretic effect besides synthetic drugs. But there is no preclinic research about interaction between herbal drug and synthetic drug who have same effect as a diuretic drugs and are consumed together. This study aimed to find out the effect of 70% ethanol extract of kumis kucing leaves to diuretic effect of furosemide in white male rats from Sprague Dawley strain. Thirty white male rats divided into five group of six animals each were used and administrative orally for 4 days with CMC 0,5% as control, furosemide, kumis kucing leaves extract, and the rest of the groups are for combination of furosemide and extract. Urine volume is measured in the fourth day, blood pressure is measured on the day before treatment and on the fourth day using CODA non-invasive blood pressure measurement, and, and the level of sodium and potassium are measured the day after urine volume measurement using atom spectrophotometer and the obtained data is processed by SPSS. Statistic analysis results show that there are significantly difference (α < 0,05) on 1st, 2nd, 3rd, 4th, 5th, 6th hour urine volume, sodium levels, and systole blood pressure between control, furosemide, and extract group to 1st combination group (contain 700 mg/kg bw extract and 7,2 mg/200g bw furosemide) and 2nd combination group (contain 350 mg/kg bw extract and 7,2 mg/200g bw furosemide). There is significantly difference between 1st combination group to 2nd combination group (α < 0,05).
2016
S64411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Salamah
Abstrak :
ABSTRAK
Sayuran menyerap dan menyimpan logam berat pada bagian yang dikonsumsi manusia. Bila dikonsumsi dalam jumlah besar, logam tersebut dapat menyebabkan masalah klinis dan fisiologis pada manusia. Beberapa logam seperti timbal, kadmium, tembaga dan merkuri merupakan logam yang diketahui terdeteksi pada sayuran di beberapa daerah. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian terhadap kandungan logam-logam tersebut pada sayuran organik dan non organik yang beredar di pasaran. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sayur sawi, bayam, dan kangkung. Metode destruksi yang digunakan adalah destruksi basah menggunakan asam nitrat dan asam perklorat sebagai oksidator. Sampel dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang spesifik yaitu timbal pada 283,3 nm; kadmium pada 228,8 nm; tembaga pada 324,8 nm; dan merkuri pada 253,7 nm. Validasi metode ini mencakup linearitas, akurasi, presisi, batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel sayur dari kelompok organik dan non organik dinyatakan sesuai dengan standar SNI 7387: 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan dan keputusan Ditjen POM yang tertulis pada Keputusan No. 03725 / B / SK / VII / 89 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan.
ABSTRACT
Vegetables can absorb and retain heavy metals in an edible part which can cause clinical and physiological problems in humans when consumed in large quantities. Some metals such as lead, cadmium, copper and mercury are detected in vegetables in some areas. Therefore it is necessary to do a research about those metals contents in organic and inorganic vegetables in the market. Samples observed were amaranth spinach, chinese cabbage, and water spinach. The wet destruction method was used with nitric acid and perchloric acid as the oxidator. Samples were analyzed using atomic absorption spectrophotometer at specific wavelengths of Pb, Cd, Cu, Hg 283.3 nm, 228.8 nm, 324.8 nm, and 253.7 nm respectively. The method was validated in terms of linearity, accuracy, precision, limit of detection (LOD), and limit of quantification (LOQ). This study showed that all the samples of vegetables from organic and inorganic group were safe according to SNI 7387: 2009 about Limit Heavy Metal Contamination in Food and the document of the National Agency of Drug and Food Control?s written Decision No. 03725 / B / SK / VII / 89 about Limit Metal Contamination in Food.
2016
S65081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidia Putri Laksmi
Abstrak :
Kandungan ion logam Timbal dalam air cenderung sangat rendah sehingga proses analisisnya memerlukan teknik prakonsentrasi menggunakan resin penukar ion. Penggunaan resin penukar ion dalam teknik prakonsentrasi memiliki kelebihan, diantaranya faktor kehilangan analit dapat diminimalkan dan jumlah resin yang digunakan sedikit dan ramah lingkungan. Pada penelitian ini, ekstrak tanin daun Akasia Mangium digunakan sebagai bahan baku pembuatan resin penukar ion. Reaksi polimerisasi ekstrak tanin dengan penambahan H2SO4 pekat dilakukan agar resin tidak mudah larut dalam air. Hasil polimerisasi ekstrak tanin PET dikarakterisasi secara kualitatif menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infra Red FTIR dan kuantitatif dengan pengukuran Total Karbon Organik TOC . Untuk mengetahui kemampuannya sebagai resin penukar ion, PET diuji dengan parameter adsorpsi, pola isoterm adsorpsi, dan validasi metode analisis. Kapasitas adsorpsi optimum resin PET diperoleh sebesar 5,261 mg/g pada pH 7 dan waktu kontak 120 menit, sedangkan parameter retensi optimum diperoleh pada konsentrasi eluen HNO3 2 M dengan volume 5 mL. Isoterm adsorpsi yang sesuai untuk resin PET mengikuti isoterm Freundlich dengan nilai regresi 0,9919. Berdasarkan uji validasi metode analisis diperoleh nilai kebolehulangan dengan RSD sebesar 0,97 , linearitas R2 0,9986 pada rentang 0,25-100 ppm, sensitivitas sebesar 0,067 ppm, batas deteksi Limit of Detection/LOD sebesar 0,019 ppm dan recovery sebesar 102,3 -110,91 . Hasil uji sampel menunjukan kadar Timbal di sungai Ciliwung sebesar 105-267 ppb.
The heavy metal ions contained in water tend to be so low that the analysis process requires preconcentration techniques using ion exchange resins. The use of ion exchange resins in preconcentration techniques has advantages, such as factors for loss of analyte can be minimized and the amount of resin used is small and environmentally friendly. In this study, Acacia Mangium leaf tannin extract was used as the raw material for ion exchange resin production. The polymerization reaction of tannin extract with the addition of concentrated H2SO4 is done so that the resin is not easily soluble in water. Results from polymerization of tannin extract PET were characterized qualitatively using Fourier Transform Infra Red FTIR and quantitative spectroscopy with Total Organic Carbon TOC measurements. To find out its ability as ion exchange resin, PET was tested with adsorption parameters, adsorption isotherm patterns, and validation of analytical methods. The optimum adsorption capacity of PET resin was obtained at 5,261 mg g at pH 7 and contact time of 120 min, while the optimum retention parameter was obtained at eluent concentration of HNO3 2 M in 5 mL of volume. The adsorption isotherms suitable for PET resins that follow Freundlich isotherms with a regression value of 0.9919. Based on the validation test of the analysis method, the value of repeatability with RSD is 0.97 , the linearity of R2 0.9986 in the range of 0.25 100 ppm, the sensitivity of 0.067 ppm, the limit of detection Limit of Detection LOD of 0.019 ppm and the recovery of 102.3 110.91 . The result of the sample test shows that the Lead level in Ciliwung River is 105 267 ppb.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditia Budiman
Abstrak :
Mikronutrien merupakan komponen yang penting dalam makanan dan memiliki peranan yang fundamental dalam mencegah penyakit. Termasuk di dalam kategori mikronutrien adalah elemen besi. Kekurangan unsur besi dapat menimbulkan berbagai penyakit, termasuk di antaranya adalah anemia defisiensi besi. Pengobatan anemia defisensi besi dilakukan dengan administrasi senyawa besi inorganik seperti ferro sulfat dan ferro fumarat. Akan tetapi bioavailabilitasnya buruk dan efek sampingnya menganggu. Beberapa efek samping yang dapat timbul adalah konstipasi, diare, serta mual. Kompleksasi besi dengan protein diketahui memberikan bioavailabilitas yang lebih baik. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dibuat kompleks besi (II) proteinat dari bahan pasir besi serta protein ampas kecap. Serbuk protein ampas kecap dibuat dari ampas kecap dengan pengeringan, penggilingan, dan pengayakan. Besi diekstraksi dari pasir besi dengan metode pelarutan asam. Kandungan besi yang terekstraksi ditentukan dengan metode spektrofotometri serapan atom (SSA). Senyawa besi (II) proteinat dibuat dengan tiga perbandingan yang berbeda yakni 10%, 12,5%, dan 15% untuk diketahui kondisi sintesis yang optimum. Penetapan kadar logam terikat dilakukan dengan menggunakan metode SSA. Produk yang diperoleh diuji dengan uji permeasi in vitro menggunakan sel difusi Franz serta uji peningkatan berat badan pada tikus dengan pembanding besi (II) sulfat. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa produk dengan rendemen serta kadar besi yang optimum adalah kompleks besi (II) proteinat 15% dengan rendemen 79,2040% dan kadar besi terikat 13,6395 mg/g. Berdasarkan hasil uji difusi Franz diketahui bahwa tidak ada senyawa besi (II) proteinat 15% yang berpenetrasi hingga akhir percobaan. Berdasarkan hasil uji kenaikan berat badan pada tikus, diketahui bahwa suplementasi besi (II) proteinat 15% dapat meningkatkan berat badan pada hewan uji menunjukkan bioavailabilitas yang baik pada hewan uji. ......Micronutrients are one of the important elements in our diets that have a fundemantal role in prevention of desease’s. Iron element is one of the micronutrients mentioned above. Iron depletion can lead to several desease’s. One of them would be iron deficiency anaemia. Iron deficiency anaemia is usually treated by administration of inorganic iron compounds such as ferrous sulfate and ferrous fumarate. It is well known that inorganic iron have terrible bioavaiability an disturbing adverse reactions. Adverse reactions to therapeutic doses of inorganic iron are constipation, diarrhea, and vomitting. It is also known that chelation between iron element and protein offers better bioavaibility of iron to the body. In this study, synthesis of iron proteinate complex would be carried out by the reaction between soy waste protein powder and iron sand. Soy sauce waste protein powder was prepared by heating, milling, and sieving of raw soy sauce waste. Extraction of iron from iron sand is carried out by acidic solution with heating. Amount of iron extracted is determined by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) assays. iron proteinate compound was made in three comparison namely 10%, 12,5%; and 15%. Amount of iron bound to the product obbtained is analysed by AAS assays. The product obtained is then assayed to Franz penetration test as well as weight test on rats. It is then known that optimum synthesis method of metal-proteinate is obtain from metalproteinate 15%, which shows the highest yield of 79,2040% with 13,63965 mg/g iron bound to the product compound. Based on the result from Franz penetration test, It is known that metal-proteinate 15% failed to penetrate the membrane untill the end of the test. Based on the result from weight gain test it is then known that supplementation of iron-proteinate 15% resulted in weight gain in rats,showing good bioavailability in rats.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Onick Dharma Saputra
Abstrak :
Cupri merupakan mineral esensial yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit. Namun, mineral dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk garam tidak dapat terabsorbsi dengan baik dan memiliki bioavailibilitas rendah. Sehingga, dibutuhkan suatu pembawa yang dapat mengikat unsur mineral tersebut, salah satu pembawa yang umumnya dapat digunakan adalah asam amino. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan sintesis kompleks antara unsur mineral dengan asam amino. Setelah itu, dilakukan analisis kadar mineral dalam keadaan terikat dan bebas menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom SSA. Karakteristik kompleks dilakukan dengan pengujian menggunakan Sprktrofotometri Inframerah serta pemisahan mineral bebas dan terikat dilakukan dengan metode Kromatografi Kolom Penukar Ion. Hasil menunjukan bahwa sintesis antar unsur mineral dengan asam amino dapat dilakukan dan kadar mineral terikat untuk kompleks cupri-leusin 0,5:0,8, cupri-leusin 0,5:1, cupri-leusin 0,5:1,2 berturut-turut adalah 273,219 mg/g, 74,625 mg/g, 73,274 mg/g, untuk kompleks cupri-sistin 1:0,9, cupri-sistin 1:1, cupri-sistin 1:1,2 berturut-turut adalah 119,423 mg/g, 157,656 ng/g, 126,747 mg/g. Kadar logam bebas untuk kompleks cupri-leusin 0,5:0,8, cupri-leusin 0,5:1, cupri-leusin 0,5:1,2 berturut-turut adalah 2,631 mg/g, 3,291 mg/g, 1,626 mg/g, untuk kompleks cupri-sistin 1:0,9, cupri-sistin 1:1, cupri-sistin 1:1,2 berturut-turut adalah 3,077 mg/g, 1,860 mg/g, 3,303 mg/g.
Copper is an essential mineral the body needs in small amounts. However, minerals in free form or in the form of salt cannot be absorbed well and have a low bioavailability. Therefore, a carrier that can bind the element of the mineral is needed one of those generally capable carriers is the amino acid. Thus in this research, it was done a complex synthesis between mineral elements with amino acids. Next, the mineral content analyses were held in bound and free conditions using Atomic Absorption Spectrophotometry AAS. The complexes characterization was performed by testing using Infrared Spectrophotometry and the separation of free and bound minerals was done by using Chromatography of Ion Exchanger Column method. The results show that the synthesis between mineral elements with amino acids can be performed, and the bound mineral content to the complexes of copper leucine 0.5:0.8, copper leucine 0,5: 1, copper leucine 0,5:1,2 consecutively are 273.219 mg/g, 74.625 mg/g, and 73.274 m/g. Meanwhile, the bound mineral content for the complexes of copper cystine 1.0.9, copper cystine 1:1, copper cystine 1:1.2 orderly are 119.423 mg/g, 157,656 mg/g, and 126.747 mg/g. The free metal content of the complexes of copper leucine 0.5:0.8, copper leucine 0.5:1, copper leucine 0.5:1.2 consecutively are 2.631 mg g, 3.291 mg/g, and 1.626 mg/g. For the complexes of copper cystine 1:0.9, copper cystine 1:1, copper cystine 1:1.2, the free metal contents orderly are 3.077 mg/g, 1.860 mg g, and 3.303 mg/g.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>