Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erlina Puspitasari
Abstrak :
ABSTRAK
Eupatorium sordidum Less. merupakan salah satu spesies dari 1200 spesies genus Eupatonium farnili Asteraceae yang tersebar di seluruh dunia terutaina di daerah tropis dan Asia Timur. Spesies ini dapat ditemukan di Meksiko dan di Pulau Jawa, yaitu di Gunung Gede Pangrango, Cibodas. Tanainari Eupatorium sordidum Less. yang dikenal dengan nama Babadotan Gunung merupakan tanarnan pegunungan yang hidup pada ketinggian 1400-1700 ini di atas permukaan laut. Tingginya mencapai 1,5-2,5 meter dan termasuk dalam golongan tanaman berbunga. Masyarakat sekitar menggunakannya sebagai obat asina tradisional yaitu dengan cara merendam daunnya dan meminumnya. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti spesies-spesies genus Eupatorium, diantaranya E. altissirnum, E. lancifoliurn ari E. semi serrat urn yang diketahui mengandung senyawa yang emi1iki kemarnpuan sebagai zat antileukiimta. Se17rya tanaxnan E. sordidum Less. telah diketahui mengandung seryawa metil ester dan senyawa terpen yang terdapat dalarn fraks: netral, sehingga tujuan penelitian mi adalah untuk mengis:asi dan mengidentifikasi senyawa organik yang terdapat dai fraksi metanol. Pada re1itian mi, daun tanaman E. sordidum Less. direndarn da. rnetanol dan diekstrak dengan n-heksan, kemudian thlakukan pisahan dengan kroinatografi kolom. Has ii yang didapat diriiikan dengan rekristalisasi dan selanjutnya thanalisis dargan spektrofotometer infra merah, spektrometer resonansi rnaetik inti proton dan karbon. Dari spektrum yang diperoleh thduga bahwa tanaman mi mengand'.c senyawa dengan rumus molekul C23H3608 clan senyawa stigmasterol Jengan rumus molekul C 29H460 yang termasuk dalam golongan senvawa sterol.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lily Suhartono
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia adalah negara penghasil karet alam nomor dua di dunia karet tersebut sebagian besar diolah menjadi karet spesifikasi teknis yang dikenal sebagai SIR (Standard Indonesian Rubber) Sebagian besar (± 70 I) karet spesifi kasi tersebut dibuat darl karet rakyat hanya ± 25-30 / saja yang dihasilkan oleh perkebunan Karet rakyat pada umumnya bermutu kurang balk disebabkan penanganannya dan trans portasi yang cukup sulit Kadar kotoran dan kadar aburiya cukup tinggl disamping itu faktor pokok lain yang cukup penting ialah nilat PRI (Plasticity Retention index) PRI merupikan ukuran ketahanan oksidasi karet tersebut Pada umumnya karet rakyat mempunyai nilai PRI cukup rendah

Salah satu usaha menaikkan nilai PRI yang telah dilakukan oleh beberapa pabrik ialah perlakuan kimiawi dengan merendam karet dalam larutan asam Pada umumnya digunakan asam fosfat dan asam oksalat Sejauh mi belum diketahui peristiwa kimia apa yang terjadi dengan penambahan asam tersebut Untuk tujuan tersebut, telah dilakukan perendaman blanket di dalam asam oksalat dan asam sitrat Kondisi optimum perendaman telah diperoleh Untuk mengetahui pengaruh asam-asam tersebut terhadap prooksidan karet ditambahkan bahan pemercepat oksidasi yaltu ion Cu 2+ dan dikurnilperoksida Pengujian yang dilakukan adalah penentuan ketahanan oksidasi karet dengan mengukur PRI-nya, penentuan viskosi tas Mooney, penentuan karakteristik vulkanisasi penentuan nilai peroksida dan penentuan spektra inframerah

Hasil pengujian yang telah dilaksanakan memperlihatkan bahwa perendaman di dalarn asam oksalat 1 0 / selama 80 me nit dan asam sitrat 1 5 / selama 60 menit memberikan dua e fek yalcu deaktivasi ion logarn Cu dan dapat menahan pemben tukkan peroksida sehingga menghambat proses oksidasi karet Asam oksalat memberikan hasil peningkatan ketahanan oksidasi yang lebih baik dibanding asam sitrat Penambahan asam sedikit menaikkan viskositas Mooney dan rnemperlambat laju vulkanisasi
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Chasani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T40194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Rana Aqilah
Abstrak :
Saat ini TPA Cipayung tidak memiliki unit pengolahan lindi, sehingga lindi dialirkan menuju Kali Pesanggrahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi fitoremediasi yang ditinjau dari pengaruh persentase luas tutupan dan jenis tanaman air yang optimal dalam penyisihan pencemar dari lindi TPA Cipayung. Tahapan penelitian terdiri dari observasi lapangan, range finding test, adaptasi dan fitoremediasi. Penelitian ini menggunakan metode fitoremediasi dengan tanaman eceng gondok dan kayu apu. Eceng gondok mampu menyisihkan parameter TDS, TSS, COD, BOD, dan total koliform berturut-turut sebesar 33%, 32%, 20%, 25%, dan 39%, sedangkan kayu apu sebesar 24%, 28%, 25%, 34%, dan 43%. Berdasarkan uji statistik, persentase luas tutupan tanaman memiliki korelasi positif tidak signifikan (sig >0,05) dengan persentase penyisihan pencemar yaitu TSS, COD dan BOD. Hubungan korelasi didapatkan jika semakin besar persentase luas penutupan tanaman, maka akan semakin besar nilai persentase penyisihan parameter pencemar. Selain itu, hasil uji korelasi antara jenis tanaman dengan penurunan persentase penyisihan pencemar menujukan korelasi negatif pada parameter COD, BOD, dan total koliform. Hasil dari penelitian ini yaitu eceng gondok lebih baik dalam menurunkan pencemar dibandingkan kayu apu. Penerapan fitoremediasi pada TPA Cipayung direncanakan pada unit constructed wetland. ...... Cipayung Landfill does not have a leachate treatment, so the leachate flows into the Pesanggrahan River. This study aims to analyze the potential of phytoremediation with the percentage of the cover area and the optimal type of aquatic plants in removing pollutants. The research stages included observation, range finding test, adaptation and phytoremediation. This study used phytoremediation with water hyacinth and water lettuce. Water hyacinth was able to remove TDS, TSS, COD, BOD, and total coliform parameters by 33%, 32%, 20%, 25%, and 39%, while water lettuce was 24%, 28%, 25%, 34%, and 43%. Based on statistical tests, the percentage of plant cover area has an insignificant positive correlation (sig>0,05) with the removal efficiency TSS, COD and BOD. The correlation relationship is if the more significant the percentage of plant cover area, the greater the removal efficiency pollutant. The correlation test results between plant types and the decrease in the percentage of pollutant removal showed a negative correlation in COD, BOD, and total coliform parameters. This study concludes that water hyacinth is better at reducing contaminants than water lettuce. The constructed wetland unit plans the application of phytoremediation in the Cipayung landfill.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silverstein, Robert Milton, 1916-
Jakarta: Erlangga , 1986
547 SIL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Misri Gozan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Riva Khansa Tsabita
Abstrak :
Industri minuman anggur di Indonesia mengalami peningkatan minat di kalangan masyarakat, di mana hal ini mendorong pertumbuhan pasar dalam negeri. Industri minuman anggur pasti menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai zat organik yakni senyawa-senyawa seperti polifenol, gula, asam organik, dan senyawa terkait lainnya sehingga pengolahan air limbah industri minuman anggur menjadi semakin penting. Teknologi pengolahan dengan menggunakan membran saat ini tengah berkembang pesat di beberapa dekade terakhir karena kelebihannya dalam mengolah air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan analisis terkait efisiensi penyisihan serta performa dari teknologi membran dengan jenis material yang berbeda (PES dan keramik) untuk proses ultrafiltrasi dan juga pore size yang berbeda dari membran keramik (50 KDa dan 1 KDa) untuk proses ultrafiltrasi dan nanofiltrasi pada air limbah wine sintetik. Metode penelitian dilakukan pada kondisi constant flux dan juga menggunakan metode single filtration serta multicycle filtration dengan backwash di tengah siklus. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa membran keramik memiliki efisiensi penyisihan senyawa organik yang lebih unggul dibandingkan dengan membran PES (penyisihan warna, COD, dan TOC). Selain itu, membran keramik juga memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap fouling. Terkait membran keramik dengan pore size berbeda, pada penelitian ini masih belum dapat didefinisikan mana membran dengan efisiensi penyisihan yang lebih baik. Namun, jika dilihat dari performa membran, membran keramik 50 KDa (ultrafiltrasi) masih lebih unggul dari segi efektivitas proses backwash dan ketahanan pada permeabilitas membran. ......The wine beverage industry in Indonesia is experiencing increased interest among the public, which is driving the growth of the domestic market. This industry inevitably generates liquid waste containing various organic substances such as polyphenols, sugars, organic acids, and related compounds, making wastewater treatment become more important. Membrane treatment technology has rapidly developed over the past few decades due to its advantages in wastewater processing. This study aims to provide an analysis of the removal efficiency and performance of membrane technology using different materials (PES and ceramic) for ultrafiltration processes, as well as different pore sizes of ceramic membranes (50 KDa and 1 KDa) for ultrafiltration and nanofiltration processes on synthetic wine wastewater. The research methodology involved constant flux conditions and utilized both single filtration and multicycle filtration methods with backwash during the cycles. The results of the study indicate that ceramic membranes have superior organic compound removal efficiency compared to PES membranes (color, COD, and TOC removal). Additionally, ceramic membranes exhibit better resistance to fouling. Regarding ceramic membranes with different pore sizes, the study has not yet defined which membrane has better removal efficiency. However, in terms of membrane performance, the 50 KDa ceramic membrane (ultrafiltration) is superior in terms of backwash process effectiveness and membrane permeability resistance.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adya Dipta Amari
Abstrak :
Air merupakan kebutuhan pokok bagi setiap makhluk hidup dan diperlukan dalam berbagai kegiatan manusia. Namun, pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang terus meningkat menyebabkan krisis air bersih di seluruh dunia. Sumber air bersih seperti air sungai dan air tanah yang semakin berkurang dan tercemar menyebabkan dibutuhkannya alternatif sumber air baku lainnya yang jumlahnya melimpah untuk diolah, seperti air laut. Pengolahan air laut dengan metode adsorpsi menggunakan adsorben menawarkan pengolahan yang lebih sederhana dan aman untuk lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan tongkol jagung dan grafit sebagai adsorben dalam menyisihkan kandungan senyawa organik dalam air laut dan brine. Proses adsorpsi senyawa organik dari air laut dan brine dilakukan dengan menghomogenkan adsorben dan sampel menggunakan orbital shaker sesuai dengan variasi dosis adsorben dan waktu kontak yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa grafit lebih baik dalam menyisihkan senyawa organik pada air laut dan brine, dengan dosis dan waktu optimum yaitu 20 g/L selama 45 menit, di mana menghasilkan efisiensi penyisihan tertinggi 33,66% pada air laut dengan kapasitas adsorpsi 4,67 mg/g dan efisiensi penyisihan 31,9% dengan kapasitas adsorpsi 4,38 pada brine. Selain itu, diperoleh bahwa proses adsorpsi dengan tongkol jagung dan grafit lebih mengikuti isoterm Langmuir. Adapun proses adsorpsi dengan tongkol jagung lebih mengikuti kinetika adsorpsi orde satu (pseudo-first order), sedangkan proses adsorpsi dengan grafit lebih mengikuti kinetika adsorpsi orde dua (pseudo-second order). ......Water is a basic need for every living creature and is needed in various human activities. However, population growth and increasing urbanization are causing a clean water crisis throughout the world. Clean water sources such as river water and ground water are increasingly decreasing and being polluted, causing the need for alternative sources of raw water which are abundant for processing, such as sea water. Seawater processing using the adsorption method using adsorbents offers simpler and safer processing for the environment. This research aims to compare the ability of corn cobs and graphite as adsorbents in removing organic compounds in seawater and brine. The adsorption process of organic compounds from seawater and brine is carried out by homogenizing the adsorbent and sample using an orbital shaker according to predetermined variations in adsorbent dose and contact time. The results showed that graphite was better at removing organic compounds from seawater and brine, with an optimum dose and time of 20 g/L for 45 minutes, which resulted in the highest removal efficiency of 33.66% in seawater with an adsorption capacity of 4,67 mg/g and removal efficiency of 31.9% with an adsorption capacity of 4,38 in brine. In addition, it was found that the adsorption process with corn cob and graphite more closely followed the Langmuir isotherm. The adsorption process with corn cobs follows pseudo-first order adsorption kinetics, while the adsorption process with graphite follows pseudo-second order adsorption kinetics.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Farah
Abstrak :
Kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih marak terjadi di Indonesia, dengan penyebab utama yaitu komplikasi akibat inhalasi polutan senyawa organik volatil (VOC) dan jasad renik di udara. Salah satu alternatif dari usaha purifikasi udara adalah dengan proses fotokatalisis. TiO2 P25 adalah jenis fotokatalis yang sering digunakan karena sifatnya yang non-toksik, stabil, serta ramah lingkungan, namun memiliki kelemahan, yaitu rendahnya efisiensi proses fotokatalisis. Penelitian yang telah dilakukan, memiliki tujuan untuk meningkatkan performa fotokatalisis dari TiO2 dengan memberi dopan CuO, serta mencari loading optimum dari CuO, dimana CuO berfungsi untuk meningkatkan efisiensi performa fotokatalisis di bawah sinar foton, dan secara natural, adalah agen anti-bakteri. Proses deposisi dopan adalah dengan metode Photo Assisted Deposition (PAD) yang diikuti oleh kalsinasi. Karakterisasi yang dilakukan untuk melihat perbedaan antara TiO2 dan CuO-TiO2 adalah SEM-EDX, XRD, dan UV-Vis DRS. Uji kinerja yang telah dilakukan adalah uji kinerja CuO-TiO2 dalam mendegradasi senyawa organik, yang diwakilkan oleh formaldehida dan disinfeksi mikro-organisme, yang diwakilkan oleh bakteri Escherichia coli. Hasil SEM menunjukkan bahwa adanya perbedaan secara morfologis dari CuO-TiO2 dan TiO2 yaitu adanya titik-titik abu-abu pada CuO-TiO2 yang menandakan adanya deposisi CuO, hasil EDX juga mengonfirmasikan adanya CuO pada TiO2, dimana semakin banyak prekusor CuO ditambahkan, maka semakin banyak CuO yang terdeteksi pada TiO2. Kemudian hasil XRD menunjukkan bahwa adanya peak CuO pada difraktogram XRD, yang menandakan keberadaan CuO pada permukaan TiO2. Selanjutnya, hasil dari UV-Vis DRS menunjukkan bahwa CuO menurunkan band-gap energy dari nano-komposit, dengan sampel yang memiliki penurunan band-gap energy optimum adalah 3% CuO-TiO2. Dalam performa uji kinerja fotokatalisis, sampel 3% CuO-TiO2 adalah sampel yang optimum, dengan kinerja degradasi formaldehida mencapai 50% dalam waktu irradiasi 30 menit, dan disinfeksi bakteri E coli mencapai 96% dalam waktu irradiasi 120 menit, sehingga disimpulkan yang optimum adalah 3% CuO-TiO2. ......Numerous cases of Acute Respiratory Infection (ARI) are prevalent in Indonesia, with the main causes of complications due to inhalation of Volatile Organic Compound (VOC) and microorganisms in the air. One alternative of air purifying effort is by photocatalysis process. TiO2 P25, is a photocatalyst that is often used because it is non-toxic, stable, and environmentally friendly, even though it has the disadvantage of low photocatalytic process efficiency. This research that has been done, has the aim of increasing the photocatalytic performance of TiO2 by doping it with CuO, as well as determining the optimum loading of CuO, which serves to improve the efficiency of photocatalytic process under photon light, as well as a natural anti bacterial agent. To deposit CuO to TiO2, Photo Assisted Deposition (PAD) method followed by calcination will be implemented. Characterizations done to determine the difference between TiO2 and CuO-TiO2 are SEM-EDX, XRD, and UV-Vis DRS. The performances test that are done are, organic compounds degradation test, which is modeled by formaldehyde and micro-organisms disinfection test, which is modeled by Escherichia coli bacteria. SEM results indicate that there are morphological differences of CuO-TiO2 and TiO2, namely the presence of gray dots on CuO-TiO2, while the EDX results also confirm the presence of CuO on TiO2, where it is proven that the more CuO precursor is added, the more CuO is detected on TiO2. Subsequently, XRD results show that there is a CuO peak on the XRD diffractogram, which indicates the presence of CuO on the TiO2 surface. Furthermore, the results of the DRS UV-Vis indicate that CuO decreases the band-gap energy of nano-composites, with samples having an optimum decrease in band-gap energy is 3% CuO-TiO2. Photocatalytic performance test results show that 3% CuO-TiO2 is the optimum sample, with the formaldehyde degradation reaches 50% in 30 minutes of irradiation, and E coli bacterial disinfetion reaches 96% in 120 minutes of irradiation. 3% CuO-TiO2, therefore it is concluded that the optimum sample is 3% CuO-TiO2.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library