Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekar Narindrasani
Abstrak :
ABSTRAK
Lingkungan yang menyenangkan dapat meningkatkan liveability dari sebuah kota (Rahman, et al, 2014), dan juga meningkatkan imageability suatu space dikarenakan memberikan meaning dari sensasi pleasurable. Dengan mengobservasi kegiatan serta sensory experience di ruang publik, saya bertujuan untuk memahami peluang pengalaman pleasurable digunakan sebagai cara untuk membantu proses wayfinding. Banyak penelitian membahas wayfinding telah dilakukan, kebanyakan berbicara tentang efisiensi yang dinilai dari berbagai aspek seperti pencahayaan (Suzer et al., 2018), suara (Chandrasekera, Yoon, dan D'Souza, 2015), dan bau (Koutsoklenis, dan Papadopoulos, 2011). Selain itu ada juga penelitian yang membahas pleasurable, contohnya rasa pleasurable dalam desain interaktif (Costello & Edmunds, 2007), desain ritel (van Rompay et al., 2011), dan perubahannya di lingkungan perkotaan (Ahmad Nia, Alpar Atun, Rahbarianyazd, 2017), tetapi tidak satupun dari penelitian tersebut yang mencoba menjelaskan bagaimana proses wayfinding bisa dilakukan dengan bantuan pengalaman sensory yang pleasurable. Metode yang digunakan dalam tulisan ini menggunakan teori dari Passini (1992) dan Costello & Edmonds (2007) dan dilakukan dengan observasi aktif, mapping, serta perekaman secara visual. Observasi dilakukan di kawasan Kota Tua Jakarta. Tulisan ini mengungkapkan bahwa pengalaman pleasurable yang membantu proses wayfinding berasal dari pengalaman sensory yang dapat mengakibatkan captivation dan sensation pada subjek yang terlibat.
ABSTRACT
A pleasant environment can improve the liveability of a city (Rahman, et al., 2014), it also improves imageability of a space due to the meaning derived from pleasurable experience. By observing activities and sensory experiences in public spaces, this thesis aim to understand the opportunity for pleasurable experiences to be used as a way to help the wayfinding process. Many studies discussing wayfinding have been done, mostly talk about efficiency observed from various aspects such as lighting (Suzer et al., 2018), sounds (Chandrasekera, Yoon, and DSouza, 2015), and smells (Koutsoklenis, and Papadopoulos, 2011). In addition there are also studies that talks about pleasurable sensations, for example pleasurable in interactive design (Costello & Edmunds, 2007), retail design (van Rompay et al., 2011), and its changes in the urban environment (Ahmad Nia, Alpar Atun, Rahbarianyazd, 2017), but none of them actually trying to explain how wayfinding process could be done by the help of pleasurable experience. The method used in this paper uses theories from Passini (1992) and Costello & Edmonds (2007) and is done by active observation, mapping, and visual recording. Observations were done in Jakarta Old City (Kota Tua). This paper reveals that pleasurable experiences that help the wayfinding process come from sensory experiences that can lead to captivation and sensation to the subject involved.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karissa Fatharani Sukma Pribadi
Abstrak :
Interaksi manusia dan alam dalam desain arsitektural selalu unik. Dampak dari intervensi ini ke dalam desain ruang tidak hanya memberikan fitur estetis, namun memberikan manfaat terapeutik secara bersamaan. Akibatnya, Arsitek dan Perancang disebut sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam menjadikan lingkungan tempat kita melakukan keseharian kita untuk bertindak sebagai media yang mentransfer manfaat terapeutik yang diakuisisi oleh alam. Ideasi dalam menimbulkan suasana ldquo;sense of place rdquo;-pun menjadi landasan project. Tujuannya adalah untuk memunculkan dialog antara alam dan lingkungan dimana hal tersebut menjadi dasar untuk memuat desain akomodasi yang mengoptimalkan potensi penyembuhan yang bisa ditawarkan arsitektur melalui integrasi indera manusia. Inisiasi arsitektur terapeutik yang berbasis pada people-centered dan beberapa bukti dari eksperimen desain bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendukung cara menggabungkan elemen spasial yang berinteraksi dengan orang secara fisiologis dan psikologis. Mengacu pada teori, pendekatan holistik dan teknologi, preseden, dan pengamatan langsung, tesis ini bertujuan untuk mempresentasikan pengembangan desain retreat hotel yang dapat mengembangkan kualitas hidup dan kesejahteraan yang lebih baik. ......The interaction of human and nature in architectural design is always unique. The impact of these intervention into space design extents from giving an aesthetical feature to therapeutic benefits. Consequently, architect and designer are ones of the stakeholders that are responsible in envisioning the built environment to act as a medium in transferring the therapeutic benefits acquired by nature. The ideation in sense of place arise a dialogue between nature and built environment which created an attempt to conceive a design that optimize the healing potential of architecture through the integration of senses. The initiation of the therapeutic architecture that ground to people centered and evidence based discipline aims to identify and support ways of incorporating those spatial elements that interact with people physiologically and psychologically. Through theoretical discourse, holistic and technological approach, precedent, and first handed observation, this thesis aims to present the design development of retreat camp that promotes better health and well being outcome.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rantri Ridho Salma
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memverifikasi pengaruh pengalaman sensorik terhadap konsumen emosi, niat perilaku, dan perilaku pembelian, secara terpisah. Secara khusus, untuk memeriksa hubungan tersebut pada konsumen Starbucks. Selanjutnya untuk menguji pengaruh kelima indera manusia pada emosi konsumen. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Starbucks konsumen yang telah mengunjungi toko setidaknya sekali dalam periode 3 bulan dihitung berdasarkan waktu mereka mengisi kuesioner. Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dan Analisis Regresi Berganda dalam menguji hubungan antar variabel. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa ada efek positif dari pengalaman sensorik pada konsumen positif emosi. Selanjutnya, emosi positif secara positif mempengaruhi niat perilaku. akhirnya, niat perilaku positif mempengaruhi perilaku membeli. Efek dari pengalaman sensorik pada perilaku pembelian harus melalui dua variabel yaitu emosi positif dan perilaku niat. Selanjutnya, efek panca indera pada emosi positif dari yang paling ke yang paling sedikit signifikan adalah sentuhan, rasa, suara, bau.
ABSTRACT
The purpose of this study was to verify the effect of sensory experience on consumer emotion, behavioral intention, and purchase behavior, separately. In particular, to check relationship to Starbucks consumers. Furthermore, to examine the influence of the five human senses on consumer emotions. The sample used in this study was Starbucks consumers who had visited the store at least once in a 3-month period calculated based on the time they filled out the questionnaire. This study uses Structural Equation Modeling (SEM) and Multiple Regression Analysis in testing the relationship between variables. The results of this study found that there is a positive effect of sensory experience on consumers' positive emotions. Furthermore, positive emotions positively influence behavioral intentions. Finally, behavioral intentions positively influence buying behavior. Effects of sensory experience on buying behavior must go through two variables, namely positive emotions and behavioral intentions. Furthermore, the effects of the five senses on positive emotions from the most to the least significant are touch, taste, sound, smell.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Amelia Noble
Abstrak :
ABSTRAK
Legibilitas memberikan kemudahan bagi manusia untuk memahami lingkungan dan dianggap sebagai kualitas yang harus dihadirkan dalam navigasi ruang. Dominasi visual dalam arsitektur membuat pengelihatan dianggap sebagai aspek utama dalam memahami ruang yang tercermin ke dalam pemahaman mengenai legibilitas spasial. Sebagai dampak dari ketiadaan penglihatan, total blind dihadapkan dengan kesulitan dalam bernavigasi dan berorintasi dalam kesehariannya. Studi terhadap penelusuran memberikan pemahaman bahwa legibilitas dapat diterjemahkan bagi total blind dengan menghadirkan keberagaman informasi non visual diversity of non-visual clue . Keragaman yang dimaksud harus menghadirkan kualitas pergerakan yang terarahkan directing movement , clue non-visual yang menonjol saliency of non-visual clue dan kejelasan transisi legible transition. Bagi total blind, ketiga hal tersebut terkait dengan kualitas yang harus dimiliki oleh elemen-elemen legibilitas yang dialami oleh indera selain pengelihatan.
ABSTRACT
Legibility makes it easy for humans to understand the environment and is regarded as a quality that should be presented in spatial navigation. Visual dominance in architecture makes vision a major aspect of understanding space that is reflected in the understanding of spatial legibility. As a result of the absence of sight, total blinds are confronted with difficulty in navigation and orientation on a daily basis. Findings of this study provides an understanding that legibility can be translated for total blind by presenting diversity of non visual clues. Such diversity should present the quality of directing movement, saliency of non visual clue and legible transition. For total blind, those three aspects are related to the quality that must be owned by the elements of legibility that experienced by senses other than vision.
2017
S68004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library