Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustini Rahayu
Abstrak :
Penelitian terhadap tata ruang publik di seputar Bundaran HI, Jakarta Pusat dengan menggunakan analisis semiotik adalah sebuah wacana untuk mengungkapkan atau melakukan dekonstruksi pemikiran terhadap arti dan fungsi tata ruang publik dalam proses pemaknaan yang diberikan oleh masyarakat pemakai / pengguna. Dalam konteks produksi budaya, tata ruang publik, salah satu karya arsitektur tidak hanya mampu memenuhi hasrat dasar berkegiatan manusia dalam batas ruang yang dihasilkannya, tetapi juga mampu menyampaikan makna. Permasalahannya selama ini di dalam proses pemaknaan terhadap tata ruang publik seringkali terdistorsi oleh berbagai kepentingan penguasa yang lebih mendominasi daripada kepentingan publik. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa tata ruang publik, acap kali mengalami pergeseran makna. Padahal secara jelas tata ruang publik itu dilihat dari fungsi tradisionalnya dasar perancangan dan pembentukannya adalah untuk kepentingan publik dengan penonjolan identitas ataupun keunikan ekologinya. Di tengah permasalahan yang telah terkonstruksi, perkembangan Jakarta sebagai sebuah kota megapolitan telah membawa perluasan terhadap fungsi dan peranan ruang publik. Sebelumnya ruang publik diandaikan sebagai ruang terbuka, kini ruang publik memiliki makna kultural dan politiknya sekaligus. Ruang publik di Jakarta tidak terlepas dari berbagai kepentingan. Berangkat dari permasalahan yang memiliki kompleksitas tinggi, pertanyaan penelitian yang muncul adalah bagaimanakah masyarakat memaknai tata ruang publik di seputar Bundaran Hotel Indonesia sebagai penentuan identitasnya? Sejauh mana proses pemaknaan tata ruang publik di seputar Bundaran Hotel Indonesia dapat merepresentasikan gaya hidup dan pola komunikasi masyarakat urban? Sejauh mana tata ruang publik sebagai produk kebudayaan yang telah mengalami perubahan ditentukan oleh budaya dominan? Dengan menggunakan paradigma kritis, lebih spesifik lagi melalui pendekatan post strukturalis peneliti berusaha melakukan dekonstruksi dengan tujuan untuk mengungkap cara-cara pemaknaan masyarakat terhadap tata ruang publik di dalam menentukan gaya hidup dan pola komunikasi para pengunjungnya. Dari analisis semiatik terhadap ruang publik Plaza Indonesia Entertainment X'nter (Plaza eX) di Jakarta Pusat yang mengasumsikan representasi identitas Masyarakat Urban, maka dapat disimpulkan bahwa : Bangunan berfungsi sebagai cermin, yang merefeksikan makna yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada di dunia. Bangunan Plaza eX memiliki nilal intensional, untuk mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan cara pandang kita terhadap sesuatu. Masyarakat pengguna terlibat dalam proses pemaknaan, masyarakat masuk pada tahapan kognisi dengan mengkonstruksi makna lewat karya arsitektur melalui gaya hidup dan pola komunikasinya. Ada perbedaan orientasi nilai yang dianut oleh penguasa di dalam mempengaruhi dan menjelaskan sikap para arsitek dalam menangani suatu bangunan. Menitikberatkan sejarah ruang di atas sejarah waktu dalam merajut kembali hubungan karya arsitektur dengan keadaan politik dan sosiai budaya bangsa dan negara Indonesia, meletakkan bahasannya dalam ruang nyata, serta berucap melalui bangunan dart bingkaiannya. Kehidupan manusia berlangsung dalam ruang sarat raga yang dibingkai oleh arsitektur. Dengan memberikan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian pembongkaran pemikiran ini, maka dapatlah dipahami bahwa tata ruang publik sebagai tempat masyarakat bertemu, berkumpul dan berinteraksi, di dalam prosesnya mendorong perilaku kehidupan sehari-hari pengunjung sebagai masyarakat urban Jakarta. Sementara proses enkulturasi (pembudayaan) dari nilainilai yang terlembaga melalui pemanfaatan jalan dan fasilitasnya sebagai tata ruang publik, maka di samping fungsi tradisionalnya sebagai tempat pertemuan, melalui ruang publik dapat merepresentasikan para pengguna yang mewakili warga kota ke arah identitas masyarakat urban. Sebagai rekomendasi akademis, bahwa konsep tata ruang publik yang menjadi perhatian dari displin arsitektur, di dalam masyarakat memiliki fungsi, tidak sekedar struktur fisik sebagai tanda yang memiliki makna tertentu. Tanda ini menyiratkan sikap dan perilaku, bahkan ekspresi dari seseorang. Dari elaborasi ini, maka secara kontekstual proses perubahan kognisi, sikap dan perilaku seseorang sangat terkait dengan disiplin komunikasi khususnya dalam mewujudkan representasi identitas masyarakat urban. Dengan demikian usaha untuk melihat bahwa ilmu komunikasi yang merupakan bagian dari disiplin yang berpijak pada persoalan sosial atau bagian ilmu sosial, bisa didekati melalui kajian budaya, sebagai sesuatu yang melekat dalam diri manusia sebagai mahluk sosial.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Shabrina
Abstrak :
Makalah ini bertujuan untuk mendiskusikan objektifikasi terhadap perempuan melalui penggunaan bahasa kiasan di dalam lirik lagu Women, Naked, dan Candy oleh Doja Cat dan Sweat dan Pillowtalk oleh Zayn Malik karena lagu-lagu tersebut diasumsikan telah mengobjektifikasikan perempuan. Makalah ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam menganalisis data-data yang telah diperoleh. Lebih lanjut, lirik dari lagu-lagu terpilih dianalisis menggunakan teori semiotika, secara khusus menggunakan teori bahasa kiasan oleh X.J. Kennedy (1977) untuk mengidentifikasi penggunaaan bahasa kiasan di dalam lirik lagu. Setelah bahasa kiasan di dalam lagu telah ditemukan, hasil dari data tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan teori objektifikasi oleh Fredrikson & Roberts (1997) untuk meneliti apakah objektifikasi terhadap perempuan benar-benar terjadi di dalam lirik lagu. Makalah ini menemukan bahwa melalui beberapa jenis bahasa kiasan yang digunakan di dalam lirik lagu, objektifikasi terhadap perempuan benar-benar terjadi. ......This article aims to discuss the objectification toward women through the figurative language used inside the song lyrics Women, Naked, and Candy by Doja Cat and Sweat and Pillowtalk by Zayn Malik as the songs are argued to have objectified women. This article uses a descriptive qualitative method to analyze the data. Furthermore, the song lyrics were analyzed with the semiotic theory, specifically using the figurative language theory by X.J. Kennedy (1979) to identify figurative language used in the song lyrics. After the figurative language was found, the results were then analyzed further using objectification theory by Fredrikson & Roberts (1997) to examine whether objectification toward women happens in the song lyrics. The article found that through several kinds of figurative language used in the song lyrics, objectification toward women indeed happened.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Lady Vani Romauli
Abstrak :
Grup idola Korea BTS (Bangtan Sonyeondan) terkenal karena mengekspresikan pesan mereka melalui musik, salah satu lagu mereka adalah 'Epiphany' yang mengekspresikan dukungan untuk harga diri. Melalui lirik tersebut, BTS terlihat membuka aspek emosional dengan makna menerima dan mencintai diri sendiri. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui representasi harga diri dalam lirik Epiphany BTS dengan mengkaji makna yang terkandung. Lebih lanjut, artikel ini juga memaparkan wawasan dari para penggemar (ARMY) mengenai keberadaan harga diri dalam lagu tersebut. Penelitian kualitatif deskriptif ini menggunakan analisis semiotik Roland Barthes untuk mengkaji representasi dan dorongan harga diri dalam lirik “Epiphany” yang diproduksi oleh BTS. Temuan menunjukkan adanya dorongan harga diri dalam bentuk menyukai diri sendiri yang selanjutnya mendorong pendengar, terutama penggemar, untuk memiliki tingkat harga diri yang lebih tinggi. Selanjutnya, temuan tersebut juga diikuti dengan tanggapan dari para penggemar mengenai esensi menyukai diri sendiri dalam musik. ......Korean idol group BTS (Bangtan Sonyeondan) are famous for expressing their messages through music, one of their songs is ‘Epiphany’ that expresses a support for self-esteem. Through the lyrics, BTS become apparent to open the emotional aspect with the meaning of accepting and loving themselves. This article aims to discover the representation of self-esteem in BTS’ Epiphany lyrics by examining the meaning contained. Furthermore, this article also describes the insight from the fans (ARMY) regarding the existence of self-esteem in the song. This descriptive qualitative research utilizes Roland Barthes' semiotic analysis to examine the representation and encouragement in regards to self-esteem in the “Epiphany” lyrics produced by BTS. The findings demonstrate the presence of self-esteem encouragement in the form of self-liking which further urges listeners, especially fans, to have a higher level of self-esteem. Further, the findings also followed by the response from the fans regarding the self-liking essence in the music.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Calistha Azalia Putri
Abstrak :
Video musik adalah saluran bagi para musisi untuk merepresentasikan lagu-lagu mereka kepada khalayak luas secara visual. Rammstein, s band Neue Deutsche Härte dari Jerman, terkenal karena menggunakan video musik yang megah untuk menyampaikan pesan dalam lagu-lagunya kepada publik, “Angst” adalah salah satu dari beberapa lagu yang baru-baru ini dirilis. Penelitian ini membahas tanda-tanda semiotik yang menyinggung konsumsi media yang ditemukan dalam video musik “Angst” karya Rammstein dengan menggunakan mise-en-scène. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana teknik semiotika dapat merepresentasikan ide dalam media populer Jerman, khususnya video musik. Temuan dari penelitian ini dapat membantu lebih memahami peran teknik semiotika dalam menyampaikan makna yang ditemukan dalam media visual dan memberikan wawasan tentang bagaimana konsumsi media direpresentasikan dan diproblematikan. ......Music videos are channels for musicians to represent their songs to a large audience visually. Rammstein, a German Neue Deutsche Härte band, is notorious for using grandiose music videos to convey messages in its songs to the public, “Angst” being one of its more recent releases. This research discusses semiotic signs that allude to media consumption found in Rammstein’s “Angst” music video using mise-en-scène. This research aims to show how semiotic techniques can represent ideas within German popular media, specifically music videos. Findings from this research can help better understand the role of semiotic techniques in conveying meanings found in visual media and provide insights into how media consumption is represented and problematized.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Hotulinii Elizabeth
Abstrak :
Brave adalah film fantasi animasi tahun 2012 yang diproduksi oleh Pixar Animation Studios. Film ini menyajikan penggambaran yang bernuansa dan kompleks dari protagonis wanita feminis pertama, Merida, melampaui narasi tingkat permukaan dan menantang norma gender tradisional. Studi ini menganggap bahwa metode Merida menangani konfliknya dapat diterapkan dalam menggambarkan perubahan masyarakat dalam peran perempuan saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana Pixar merepresentasikan tokoh protagonis perempuan dengan nilai feminis melalui tanda-tanda dan simbolisme dalam film animasi Brave (2012). Kajian ini menggunakan pendekatan analisis semiotik, yang mengacu pada metodologi analisis film David Bordwell dan kerangka analisis semiotik Roland Barthes. Analisis ini berfokus pada adegan signifikan, pengembangan karakter, dialog, dan citra visual untuk mengungkap cara bernuansa feminisme dikomunikasikan melalui tanda-tanda dan simbolisme. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Brave (2012) memasukkan rangkaian tanda-tanda dan simbolisme yang memperlihatkan prinsip-prinsip feminis, antara lain rambut merah Merida yang merepresentasikan simbol penting atas otonomi dirinya, kekuatan dan independensi Merida dalam menantang konsep tradisional feminitas diilustrasikan dengan busur dan panah sebagai motif utamanya, dan dialog serta interaksi antar karakter menyoroti diskusi feminis dengan menguraikan nilai tekad diri sendiri dan penghapusan harapan patriarkal. ......Brave is a 2012 animated fantasy film produced by Pixar Animation Studios. The film presents a nuanced and complex portrayal of the first feminist female protagonist, Merida, going beyond surface-level narratives and challenges traditional gender norms. The study suggests that the methods in which Merida deals with such conflict can be applicable in illustrating societal shifts in women's roles today. This study aims to examine how Pixar represents female protagonists with feminist values through signs and symbolism in the animated film Brave (2012). The study employs a semiotic analysis approach, drawing on David Bordwell's film analysis methodologies and Roland Barthes' semiotic analysis framework. The analysis focuses on key scenes, character development, dialogue, and visual motifs to uncover the nuanced ways in which feminism is communicated through signs and symbolism. The results of the study reveal that Brave (2012) incorporated an array of symbols and signs that highlight feminist principles, including Merida's red hair, which represents a strong symbol of her autonomy, Merida's strength and agency are illustrated with archery as the key motive, challenging traditional concepts of femininity, and the dialogue and interactions between characters highlight feminist discourse by outlining the value of self-determination and the eradication of patriarchal expectations.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salshadilla Ametia
Abstrak :
Gelombang baru mengenai anti-Asian hate mulai meningkat ketika COVID-19 muncul di Amerika Serikat pada tahun 2020. Banyak orang Asia-Amerika harus hidup dalam ketakutan karena harus menghadapi serangan fisik dan verbal, vandalisme, dan diskriminasi. Akibatnya, beberapa seniman menunjukkan dukungan mereka dengan membuat karya seni dan memproduksi lagu. Salah satu contohnya adalah lagu Stop the Hatred (2021) oleh MC Jin dan Wyclef Jean. Studi ini mencari tahu bagaimana kritik seniman direpresentasikan dalam lirik lagu dan bagaimana video musik melengkapi lagu tersebut untuk menyampaikan gerakan Stop Asian Hate. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, peneliti menggunakan Analisis Lirik (Lyrics Analysis) Machin (2010) dan Analisis Semiotik Visual (Visual Semiotic Analysis) Machin (2010) sebagai bagian dari pendekatan Analisis Wacana Multimodal. Hasil penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa para seniman berusaha membangun empati kepada lebih banyak penonton dan pendengar dengan melibatkan kelompok minoritas lainnya. Selain itu, hal ini juga berdampak pada perekonomian orang Asia-Amerika. Analisis semiotik visual dari video musik membantu memperjelas dan memberikan lebih banyak konteks pada lagu. ......The new wave of anti-Asian hate started to rise when COVID-19 emerged in the United States in 2020. Many Asian Americans have to live in fear as they have to deal with physical and verbal attacks, vandalism, and discrimination. Consequently, several artists show their support by making artwork and producing songs. One example is the song Stop the Hatred (2021) by MC Jin and Wyclef Jean. This study finds out how the artists’ critique is represented in the song lyrics and how the music video complements the song to address the movement of Stop Asian Hate. To answer the research questions, the researcher uses Machin's Lyric Analysis (2010) and Machin’s Visual Semiotic Analysis (2010) as part of the Multimodal Discourse Analysis approaches. The findings of this study show that the artists try to build empathy to more audiences by involving other minority groups, and the impact of the hatred affects Asian Americans’ economy. The visual semiotic analysis of the music video helps to clarify and give more context to the song.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Wiratma
Abstrak :
Die Gruenen merupakan partai yang menonjol pada Bundestagswahl 2021 (Pemilihan Umum Jerman 2021). Hal ini terlihat dari peningkatan perolehan suara Die Gruenen yang tertinggi di antara partai-partai lain dibandingkan dengan Bundestagswahl sebelumnya di tahun 2017. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan tersebut adalah poster kampanye yang berperan besar dalam proses politik di Jerman. Analisis semiotika dengan mempertimbangkan perspektif mitos oleh Barthes (1972) dan representasi oleh Hall (1997) dilakukan terhadap 16 poster kampanye Die Gruenen untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana poster kampanye Die Gruenen pada Bundestagswahl 2021 menyampaikan pesan partai dan ideologi apa yang terungkap dari cara penyampaian tersebut?”. Hasilnya, ditemukan bahwa Die Gruenen menggunakan karakteristik personalisasi, penjenamaan yang menonjol dengan adanya colour overlay, dan simplifikasi bahasa agenda partai. Semua unsur ini berbicara secara solid sebagai bahasa visual poster kampanye Die Gruenen kepada publik sehingga mencerminkan partai ini sebagai partai yang mengedepankan visi misi serta kepentingan publik. ......In the 2021 Bundestagswahl (German General Election), the Green Party (Die Gruenen) stood out. This is proven by their highest votes gain among any other party compared to the 2017 election. A big part of their success was due to their campaign posters, which play a great role in German politics. To understand how these posters worked, a semiotic analysis was done to 16 of the Green Party’s posters using frameworks of Myth from Barthes (1972) and representation from Hall (1997). This study aims to shed some light on the question “How do the Green Party’s share their message through political campaign posters and what kind of ideas are they conveying?”. The study found that the Green Party's posters were effective because they used the characteristics of personalisation, their brand, especially bold colour overlay, and language simplification which made their political agendas more digestible. These strategies made the posters a powerful way to communicate with the public. They showed that the Green Party is deeply committed to its vision, mission, and the interests of the general public in Germany.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Berlin Anggitasari
Abstrak :
Film merupakan salah satu bentuk karya sastra yang efektif menyampaikan ideologi atau suatu pemikiran kepada masyarakat luas. Film Ode to My Father yang diproduksi pada tahun 2014 merupakan salah satu film Korea Selatan yang tidak hanya menampilkan kembali peristiwa sejarah dengan rentang waktu masa perang Korea hingga Korea modern tetapi juga mengandung representasi jangnam atau anak laki-laki pertama dalam keluarga Korea di dalamnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan teori semiotika Roland Barthes. Penelitian bertujuan untuk mengetahui makna representasi atas nilai-nilai jangnam dalam film Ode to My Father dan untuk mengetahui makna konotasi, denotasi, serta mitos atas nilai-nilai jangnam yang ditampilkan dalam film Ode to My Father. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi jangnam yang ditampilkan dalam film Ode to My Father antara lain mendampingi orang tua dalam mengasuh adik-adik, menjadi pengganti ayah sebagai kepala keluarga, sikap siap bekerja keras untuk kepentingan keluarga, sikap teguh hati dan berkepribadian tangguh, sikap rela berkorban untuk kepentingan keluarga, dan bertanggung jawab untuk memimpin ritual tradisi dalam lingkup keluarga. ......Film is a type of literary work that can effectively spread an idea or an ideology to a larger audience. One South Korean movie from 2014, Ode to My Father, not only depicts historical occurrences from the Korean War to contemporary Korea, but also features a representation of jangnam, or the first son in a Korean family. Roland Barthes' semiotic theory approach is used with a qualitative descriptive analytic method in this study. The goals of this study are to understand the significance of how Jangnam values are represented in the movie Ode to My Father and to understand the connotation, denotation, and mythical interpretations of Jangnam values displayed in the movie. The results of this study indicate that the representation of jangnam shown in the film Ode to My Father includes accompanying parents in raising younger siblings, being a substitute for the father as the head of the family, being ready to work hard for the benefit of the family, having a firm heart and having a tough personality, being willing to sacrifice for the benefit of the family, and is responsible for leading traditional rituals within the family.
Depok: 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library