Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Awang Abdul Aziz bin Juned
Abstrak :
[, ]
Bandar Seri Begawan: Jabatan Mufti Kerajaan, Jabatan Perdana Menteri, Negara Brunei Darussalam, 2016
297.57 AWA o
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Shafira Lisa Jihan Zahrani
Abstrak :
Etnis Tionghoa di Indonesia masih menjalankan tradisi dan budaya Cina yang telah dilakukan secara turun temurun sepanjang tahunnya, salah satunya adalah tradisi sembahyang arwah leluhur yang dilaksanakan pada Perayaan Zhong Yuan setiap bulan tujuh penanggalan Imlek. Namun, pandemi Covid-19 yang ditetapkan sebagai pandemi global oleh WHO, mengggangu tatanan tradisi dan budaya etnis Tionghoa yang salah satunya merupakan tradisi upacara Sembahyang Chao Du dan Sembahyang Muja di Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif serta menggunakan pendekatan komparatif. Teknik pengambilan data menggunakan triangulasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi upacara Sembahyang Chao Du dan Sembahyang Muja di Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal. Selain itu, ditemukan pula beberapa perubahan dalam upacara Sembahyang Chao Du dan Sembahyang Muja di Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal seiring dengan kebijakan yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia terkait pencegahan penyebaran pandemi Covid-19 di Tegal.
......Chinese ethnic in Indonesia still carry out Chinese traditions and culture that have been passed down from generation to generation throughout the year, one of which is the ancestral prayer tradition which is held at the Zhong Yuan Celebration every seven months of the Lunar New Year. However, the Covid-19 pandemic, which has been established as a global pandemic by WHO, has disrupted the order of ethnic Chinese traditions and culture, one of which is the tradition of the Chao Du Prayer and Muja Prayer ceremonies at the Tek Hay Kiong Temple in Tegal. This research was conducted using qualitative research methods and using a comparative approach. Data collection techniques using triangulation technic. The results of this study indicate that the Covid-19 pandemic greatly affected the Chao Du Prayer and Muja Prayer ceremonies at the Tek Hay Kiong Temple in Tegal. In addition, there were also several changes in the Chao Du Prayer and Muja Prayer ceremonies at the Tek Hay Kiong Temple in Tegal in line with the policies launched by the Indonesian Government regarding the prevention of the spread of the Covid-19 pandemic in Tegal.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Yuni Sulistyorini
Abstrak :
Upacara Sembahyang Rebutan adalah salah satu dari berbagai macam upacara yang diselenggarakan oleh penganut Tri Dharma di TITD Kwan Sing Bio, Tuban. Upacara ini diselenggarakan pada tanggal 22 bulan 7 Imlek bertujuan untuk menentramkan roh-roh jahat yang dibebaskan dari neraka selama bulan 7 Imlek dengan cara memberikan persembahan berupa doa dan sesaji kepada roh-roh ini.Dalam penyelenggaraan Upacara Sembahyang Rebutan di tempat ibadah Tri Dharma ini terdapat ciri khas yang membedakannya dari tempat lain, yakni adanya perebutan tumpeng oleh orang-orang yang ingin terhindar dari gangguan roh-roh jahat. Tumpeng ini merupakan makanan tradisi setempat.Para penganut Tri Dharma ini yakin bahwa upacara yang mereka selenggarakan termasuk bagian dari ibadah dalam ajaran mereka. Pada hal upacara ini telah ada jauh sebelum ajaran-ajaran mereka tercipta. Cerita dan ayat-ayat dalam kitab suci ajaran mereka yang diyakini berkaitan dengan upacara ini, sebenarnya hanya dihubung-hubungkan saja, karena tidak ada satu ajaran pun dari ketiga ajaran yang secara jelas menerangkan tentang upacara tersebut.Para penganut Tri Dharma ini percaya bahwa kehidupan dan kesuksesan mereka dalam bekerja, selain karena ketekunan dan kerja keras juga karena perlindungan dari roh-roh leluhur. Penulis merasa tertarik untuk menggambarkan Upacara Sembahyang Rebutan selain karena hal-hal di atas juga karena dalam upacara ini tampak adanya 2 hal yang berbeda. Di satu pihak penganut Tri. Dharma menjalani kehidupan modern, tapi di pihak lain mereka tetap melakukan upacara tradisional.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S13086
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fariz Egia Gamal
Abstrak :
ABSTRAK<>br>
Pemujaan leluhur merupakan hal yang paling kuno dan memiliki peranan yang penting dalam kepercayaan Cina. Terkait dengan pemujaan leluhur, maka dilakukan upacara Sembahyang Rebutan yang dilaksanakan setiap tanggal 15 bulan 7 penanggalan Imlek. Upacara ini juga dilaksanakan oleh Kelenteng Boen Tek Bio, Tangerang setiap tanggal 7 bulan 7 penanggalan Imlek. Dalam pelaksanaan upacara Sembahyang Rebutan di kelenteng ini, makna dilakukannya upacara Sembahyang Rebutan terbagi menjadi tiga sudut pandang sesuai dengan agamanya masing-masing. Dalam agama Konghucu, upacara Sembahyang Rebutan dimaknai sebagai bentuk syukur kepada Malaikat Bumi. Dalam agama Buddha, makna upacara ini adalah sebagai penyeberangan arwah. Kemudian dalam ajaran Tao makna upacara ini adalah untuk menghindari malapetaka. Walaupun berbeda-beda dalam memaknai upacara ini, tetapi terdapat kesamaan tujuan yaitu menyembahyangi arwah agar tidak mengganggu manusia.
ABSTRACT<>br>
Ancestor worship is the most ancient and has an important role in Chinese belief. Associated with ancestor worship, then performed the ceremony Sembahyang Rebutan which is held every the 15th of the 7th month of the Imlek calendar. The ceremony is also held by Boen Tek Bio Temple, Tangerang on 7th of 7th day of the Lunar calendar. In the implementation of this ceremony in this temple, the meaning of the ceremony is divided into three points of view in accordance with his religion. In Confucianism, the Sembahyang Rebutan ceremony is interpreted as a form of gratitude to the Angel of the Earth. In Buddhism, the meaning of this ceremony is as a spirit crossing. Then in Taoism the meaning of this ceremony is to avoid catastrophe. Although different in interpret this ceremony, but there is a common goal is to worship the spirit so as not to disturb humans.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Fransisca Maria Putrini Himawan
Abstrak :
Makalah ini merupakan hasil penelitian mengenai pergeseran makna dan fungsi ritual salah satu tahapan Shang Tou, upacara pernikahan tradisional masyarakat Cina Benteng di Tangerang, Banten. Tulisan ini khususnya membahas tahap pemujaan terhadap sosok Dewa San Jie Gong dalam sembahyang San Jie. Penelitian ini memaparkan tentang (1) prosesi penghormatan San Jie Gong dalam upacara Shang Tou dan (2) makna dan fungsi penghormatan Tian dan San Jie Gong dalam upacara Shang Tou. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa prosesi, makna dan fungsi sembahyang San Jie Gong sudah mengalami perubahan seiring jaman dengan berubahnya aturan-aturan seperti waktu pemujaan, tempat pemujaan dan tahapan lain yang menjadi dipersingkat.
This paper is a result from a research about the meaning and function`s shifting of one from the many steps of Shang Tou, a traditional Benteng Chinese wedding Ceremony in Tangerang, Banten. This paper is focusing on the worship of a deity called San Jie Gong in a San Jie worship ceremony. This research explains about (1) the procession of San Jie Gong`s worship in Shang Tou ceremony and (2) the meaning and function of Tian and San Jie Gong`s worship in Shang Tou ceremony. Based on the research conducted, it is known that as the era progressing, the procession, meaning and function of San Jie Gong worship has shifted with the change of rules such as the time of worship, place of worship and other steps that have been shortened.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library