Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Citra Hati Leometa
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang penerimaan diri pada dewasa muda penderita SLE. Penelitian ini difokuskan pada bagaimana penerimaan diri dewasa muda penderita SLE, faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan dirinya dan kondisi emosionalnya selama proses penerimaan diri tersebut.
Subjek penelitian ini terdiri dari tiga orang dewasa muda penderita SLE, berusia 26-28 tahun. Terdiri dari dua orang wanita dan satu orang pria. Mereka sudah dinyatakan positif menderita SLE selama lebih dari satu tahun. Berdasarkan analisis penelitian menjelaskan bahwa pada umumnya mereka menerima diri mereka sebagai penderita SLE. Namun penerimaan diri mereka akan menurun jika penyakitnya menimbulkan hambatan-hamnbatan aktifitas keseharian mereka dan menghambat tugas-tugasnya sebagai dewasa muda. Terdapat beberaa faktor-faktor penerimaan diri yang mempengaruhi derajat penerimaan diri mereka terhadap penyakitmya. Faktor penerimaan diri yang mempengaruhi derajat penerimaan diri ketiga sujek adalah identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri baik. Sedangkan faktor penerimaan diri yang menghambat derajat penerimaan diri mereka terhadap penyakitnya adalah adanya stres emosional akibat penyakitnya. Faktor penerimaan diri yang mempengaruhi derajat penerimaan diri ketiga subjek adalah identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri bauk. Sedangkan faktor penerimaan diri yang menghambat derajat penerimaan diri mereka terhadap penyakitnya adalah adanya stress emosional akibat penyakitnya"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Sugiarti
"Banyak wanita ingin merasakan menjadi ibu dan menikmatinya (Donelson, 1999). Lebih lanjut Donelson (1999) menjelaskan bahwa terdapat beberapa stereotipe sosial yang mengatakan bahwa menjadi seorang ibu adalah pencapaian utama seorang wanita. Banyak hal yang mendasari seorang wanita ingin menjadi seorang ibu, namun tidak semua wanita beruntung untuk memiliki anak. Tidak memiliki anak tanpa direncanakan (Involuntary childlessness) bisa diartikan sebagai bentuk ketidakmampuan seseorang secara fisik, misalkan infertilitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana seorang wanita yang tidak memiliki anak tanpa direncanakan (Involuntary childless) mampu melakukan penerimaan diri meskipun tekanan yang mereka hadapi cukup besar. serta bagaimana kondisi penerimaan diri-nya tersebut. Teori yang digunakan adalah teori faktor-faktor penerimaan diri dari Hurlock. Peneliti akan mencoba mencari tahu apakah ketidakhadiran anak dalam perkawinan dan besarnya tekanan yang dihadapi (akibat tidak hadirnya anak) dapat mempengaruhi gambaran penerimaan diri seorang wanita. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan metode pengambilan data melalui wawancara tiga orang wanita yang telah menikah lebih dari tiga tahun, namun belum memiliki anak. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa para wanita Involuntary childless juga mampu menerima diri namun kondisi penerimaan diri mereka berbeda-beda dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda pula.

Many women do want motherhood and do enjoy it (Donelson, 1999). Furthermore, Donelson (1999) explain that there is a set of social stereotypes that tells women that being a mother is their ultimate fulfillment. There are Many reasons why a woman wants to be a mother, but not every woman can have the luck of having a child of her own. Involuntary childlessness can be defined as physically disability, such as infertility. The purpose of the research was to see how involuntary childless women can accept herself despite of the high pressure they may encounter, and also to see how the condition of the self acceptance was. Self acceptance factors theory from Hurlock aws used in this research. Researcher will try to find out wether childlessness and the pressure that women encounter (due to childlessness conditions) may influence the self acceptance of a woman. The research was using qualitative method by interviewing three childless women who has been married for three years. The result showed that Involuntary childless women are also capable of self-accepting thus having different ways in accepting and also affected by different factors."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
155.633 SUG g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Palacio, R. J.
"Summary:
'My name is August. I won't describe what I look like. Whatever you're thinking, it's probably worse.' Auggie wants to be an ordinary ten-year-old. He does ordinary things - eating ice cream, playing on his Xbox. He feels ordinary - inside. But ordinary kids don't make other ordinary kids run away screaming in playgrounds. Ordinary kids aren't stared at wherever they go. Born with a terrible facial abnormality, Auggie has been home-schooled by his parents his whole life. Now, for the first time, he's being sent to a real school. All he wants is to be accepted - but can he convince his new classmates that he's just like them, underneath it all? Astonishingly powerful, WONDER is a read you'll never forge"
United Kingdom: Penguin Books Ltd, 2017
895.63 PAL w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Sujana
"Masalah yang tak terselesaikan dan terus berlanjut dalam pernikahan sering merugikan istri. Agar mampu bertahan dalam pernikahan konfliktual itu, istri perlu mengembangkan penerimaan (acceptance) atau strategi kognitif tertentu. Hipotesis ini tidak sejalan dengan model tiga tahap forgiveness (Gordon et aI., 2000), yang mengasumsikan acceptance hanya bisa terjadi setelah resolusi masalah pernikahan.
Studi kasus tunggal digunakan untuk menelusuri dinamika acceptance istri yang bertahan dalam pemikahan konfliktual. Analisis didasari model tiga tahap forgiveness, yang sudah dimodifikasi dengan empat tipe acceptance (Hayes, 2001) dan faktor penentu stabilitas pernikahan (Lewis & Spanier, 1979; Heaton & Albrecht, 1991).
Hasil analisis menunjukkan bahwa masalah mereduksi power subyek dalam pernikahan dan harga dirinya sebagai istri. Konflik tidak terselesaikan karena marital skew dan experiential avoidance. Dengan menghindar, penyelesaian masalah diserahkan kepada otoritas eksternal. Melemahnya tanggung jawab personal ini menghambat resolusi afektif, dan menyisakan kemungkinan pada affirmation/approval.
Faktor yang mendukung subyek untuk bertahan meliputi ketergantungan ekonomi pada suami, harapan menggantungkan hidup pada anak di masa depan, dan terimbanginya kekecewaan dengan pengalaman menyenangkan. Keinginan menebus kekalahan dari suami di masa pranikah juga signifikan bagi subyek. Kontribusi faktor kepribadian di luar fokus bahasan studi ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18626
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah
"Mioma uteri merupakan masalah kesehatan reproduksi wanita yang menyebabkan morbiditas cukup serius pada penderitanya. Cara yang dianggap efektif untuk mengatasi mioma uteri adalah miomektomi atau histerektomi. Histerektomi dapat memengaruhi kenyamanan pasien dan dikaitkan dengan resiko masalah kesehatan mental jangka panjang, terutama depresi dan kecemasan, serta masalah sosial dan seksual pasangan. Dibutuhkan proses penerimaan diri yang baik agar dapat menghadapi tindakan histerektomi dengan kesiapan dan penuh dukungan. Metode yang digunakan adalah laporan kasus dengan fokus penerapan teori penerimaan diri Kubler Ross dan teori kenyaman Kolcaba pada pengelolaan mioma uteri. Aplikasi teori penerimaan diri Kubler Ross dan Kenyamanan Kolcaba cocok diterapkan pada kelima kasus yang berfokus pada kemampuan klien untuk bisa menerima dan menyiapkan diri dengan berbagai perubahan fisik, psikoseksual dan meningkatkan kenyamanan sebagai dampak dari tindakan histerektomi, dengan menggunakan intervensi keperawatan yang sesuai.

Uterine myoma is a female reproductive problem that can cause serious morbidity for women of childbearing age and can significantly affect the quality of life of sufferers. The effective way to treat uterine fibroids is myomectomy or hysterectomy. Hysterectomy can affect patient comfort and is associated with a risk of long-term mental health problems, particularly depression and anxiety, as well as social and sexual problems in partners. A good self-acceptance process is needed in order to be able to face a hysterectomy with readiness and full support. The method used is a case study with a focus on applying Kubler Ross' self-acceptance theory and Kolcaba's comfort theory. The application of Kubler Ross's self-acceptance theory and Kolcaba's comfort theory was effectively applied to the five cases which focused on the client's ability to be able to accept and prepare for various physical, psychosexual changes and increase comfort as a result of a hysterectomy, using appropriate nursing interventions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Razin Kanz
"Data perceraian orang tua nampaknya mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Penelitian terdahulu telah menemukan bagaimana perceraian orang tua dapat memberikan berbagai dampak negatif pada emerging adults. Penelitian ini menyoroti peran self-acceptance terhadap tingkat flourishing pada emerging adults yang orang tuanya bercerai serta bagaimana self-acceptance berhubungan dengan setiap dimensi dari flourishing. Penelitian ini menduga self-acceptance pada emerging adults yang orang tuanya bercerai dapat membantu untuk berperan sebagai faktor protektif yang mempromosikan pemaknaan positif terhadap peristiwa perceraian orang tua mereka, yang pada akhirnya membantu tingkat flourishing mereka untuk berkembang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi bahasa Indonesia Unconditional Self-Acceptance Questionnaire (USAQ) dan adaptasi bahasa Indonesia The PERMA-Profiler. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi linear dua variabel. Penelitian ini melibatkan 323 partisipan emerging adults dengan rentang usia 18 – 25 tahun (M = 21.1, SD = 2.24). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat self-acceptance mampu memprediksi tingkat flourishing pada emerging adults yang orang tuanya bercerai sebesar 23% (R² = 0.232, F(1, 321) = 96.9, p < .001, b = .936). Penelitian ini juga menemukan bahwa self-acceptance memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan setiap dimensi dari flourishing.

Parental divorce rates appear to be increasing year by year. Previous research has found that parental divorce can have various negative impacts on emerging adults. This study highlights the role of self-acceptance on flourishing among emerging adults with divorced parents and examines the relationship between self-acceptance and each dimension of flourishing. The study hypothesizes that self-acceptance in young adults can help to serve as a protective factor, promoting positive meaning making regarding their parents' divorce, thereby contribute to enhancing their flourishing. The instruments used in this study include the Indonesian adaptation of the Unconditional Self-Acceptance Questionnaire (USAQ) and the Indonesian adaptation of The PERMA-Profiler. Analysis is done using correlation analysis and linear regression of two variables. This study involved 323 emerging adults participants aged 18 – 25 years (M = 21.1, SD = 2.24). The results show that self-acceptance accounts for 23% (R² = 0.232, F(1, 321) = 96.9, p < .001, b = .936) of the variance in flourishing among emerging adults whose parents have divorced. The study also found that self-acceptance has a positive and significant relationship with each dimension of flourishing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neniek Kurnianingsih
"Kepatuhan minum obat disertai keadekuatan penerimaan diri status HIV menjadi tantangan pasien TB HIV. Kepatuhan minum obat memiliki hubungan positif dengan tingkat penerimaan diri (self-acceptance)Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) merupakan intervensi non farmakologis sebagai salah satu terapi komplementer berpotensi meningkatkan kepatuhan minum obat dan self-acceptance HIV. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi pengaruh terapi SEFT terhadap kepatuhan minum obat dan self acceptance HIV. Desain penelitian quasi eksperiment, metode pre test-post test dengan purposive sampling sebesar 34 responden, dibagi 2 kelompok, tiap kelompok berjumlah 17. Kelompok 1 mendapatkan terapi SEFT, dan kelompok 2 perawatan standar edukasi.  Hasil uji paired t test, terdapat peningkatan kepatuhan minum obat dan self acceptance HIV sesudah diberikan terapi SEFT pada kelompok 1 (p value=0,0001). Pada uji independent t test terdapat peningkatan signifikan kepatuhan minum obat dan self acceptance HIV sesudah diberikan terapi SEFT pada kelompok 1 dibandingkan kelompok 2 (p value=0,0001). Variabel confounding paling berpengaruh adalah pendapatan. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan seluruh variabel confounding, yaitu pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan efek samping menjelaskan self acceptance HIV setelah terapi SEFT sebesar 54%, kepatuhan minum obat sebesar 50,5%. Terapi SEFT berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan minum obat dan self acceptance HIV, dapat direkomendasikan sebagai salah satu tata laksana TB HIV.

Medication adherence along with self-acceptance of HIV status is a challenge for HIV TB patients. Adherence to taking medication has a positive relationship with the level of self-acceptance. SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) therapy is a non-pharmacological intervention as one of the complementary therapies that has the potential to improve adherence to taking medication and HIV self-acceptance. The purpose of the study was to identify the effect of SEFT therapy on medication adherence and HIV self-acceptance. Quasi-experiment research design, pre-test-post test method with purposive sampling of 34 respondents, divided into 2 groups, each group numbered 17. Group 1 received SEFT therapy, and group 2 standard educational treatment.  The results of the paired t test, there was an increase in drug compliance and HIV self-acceptance after being given SEFT therapy in group 1 (p value = 0.0001). In the independent t test, there was a significant increase in medication adherence and HIV self-acceptance after SEFT therapy in group 1 compared to group 2 (p value=0.0001). The most influential confounding variable was income. The results of multiple linear regression analysis showed that all confounding variables, namely education, occupation, income and side effects explained HIV self acceptance after SEFT therapy by 54%, drug compliance by 50.5%. SEFT therapy has an effect on increasing adherence to taking medication and HIV self acceptance, can be recommended as one of the management of HIV TB."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Hijrah Hati
"Materialisme sebagai salah satu sisi gelap dari perilaku konsumen (Hirschman, 1991 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2020) telah banyak diteliti oleh para ahli baik di negara-negara barat (misal Richins, 1994) maupun di negara-negara timur (misal Keng, Jung, Jiuan & Wirtz, 2002). Tingginya perhatian para ahli terhadap materialisme adalah karena materialisme dinilai telah banyak menimbulkan berbagai konsekuensi negatif terhadap kesejahteraan psikologis (well-being) individu seperti: menurunnya tingkat kepuasan hidup (Richins & Dawson, 1992 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), menurunnya tingkat kebahagiaan (Belk,1985 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), Berta meningkatnya tingkat depresi (Kasser & Ryan, 1993 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002). Berbagai konsekuensi negatif tersebut tentunya tidak berkesesuaian dengan tujuan awal dari individu dalam mengejar materi yakni sebagai cara untuk menunjukkan keberbasilan mereka dalam hidup, mencari kebahagiaan dan meraih apa yang disebut sebagai "good life".
Meskipun demikian, hubungan negatif antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being) ternyata harus kita cermati secara seksama. Hal ini disebabkan karena beberapa penelitian yang ada telah menunjukkan bukti bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut sangatlah kompleks dan bersifat misterius (enigmatic). Adapun beberapa variabel yang dianggap dapat mempengaruhi hubungan antar kedua variabel tersebut adalah: kualitas pendidikan (misal Campbell 1981; Diener, 1994; dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), orientasi keagamaan (LaBarbera & Gurhan, 1997 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), latar belakang keluarga (Burroughs & Rindfleisch,1997 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), sumber daya ekonomi (Cohen & Cohen,1996 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), dan kehadiran konflik nilai (Burroughs & Rindfleisch, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Christopher dan Schlenker (2004), menunjukkan bahwa ada salah satu variabel lain yang dapat mempengaruhi hubungan antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being), yakni seljpresentaironal concerns. Adapun self-presentational concerns mengacu pada rasa takut atas penilaian negatif dari pihak lain (fear of negatif evaluation) dan orientasi terhadap identitas sosial (social identity) yang tinggi. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh materialisme terhadap komponen afeksi dan kesejahteraan psikologis, yakni: afeksi positif dan afeksi negatif temyata akan menurun jika self-presentational concerns dikontrol secara statistik.
Berbagai hasil penelitian diatas pada akhirnya mendorong peneliti untuk melakukan studi mengenai pengaruh materialisme terhadap kesejahteraan psikologis (well-being) dengan memperhitungkan aspek self-presentational concerns di Indonesia. Hal ini perlu untuk dilakukan mengingat hasil penelitian terbaru di Indonesia (Palupi, 2005) menunjukkan bahwa tingkat orientasi konsumen Indonesia tergolong cukup tinggi yakni sekitar 54,1 %.
PeneIitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel sebanyak 400 responden berusia 17 hingga 72 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui dua metode yakni secara konvensional dan online.
Sebelum analisis terhadap tujuan utama penelitian dilakukan, peneliti melakukan kajian psikometrik terhadap alat ukur materialisme yang selama ini digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Hasil penelitian tersebut mendukung temuan Richins (2004) yang menyatakan bahwa short form Material Value Scale 9 item yang dikembangkan Richins memiliki kemampuan yang setara dengn long-form Material Value Scale yang terdiri 18 atau 15 item. Dengan menggunakan alat ukur tersebut dan beberapa alat ukur lainnya, diperoleh bukti bahwa self-presentational concerns merupakan variabel yang mempengaruhi hubungan antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being). Dengan kata lain, keinginan untuk memberikan impresi yang baik pada orang lain, mendorong banyak individu untuk mengejar materi yang dipandang sebagai lambang kesuksesan, inti kehidupan, dan sumber kebahagiaan mereka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sumardi
"ABSTRAK
Bencana alam yang terjadi diIndonesia cukup tinggi salah satunya adalah banjir yang menimbulkan berbagai gangguan psikososial pada individu. Dampak psikososial akibat banjir yaitu terjadinya ansietas dan individu dalam menghadapi bencana cenderung mengalami kesedihan, marah serta menjadi stressor yang cukup berat. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan penerimaan diri dengan tingkat ansietas pada individu yang tinggal di wilayah rawan bencana banjir. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 150 responden yang berasal dari Desa Semanan Kalideres Jakarta barat. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penerimaan diri dengan tingkat asnietas pada individu dewasa yang tinggal diwilayah rawan bencana banjir p value=0.000,?=0.05 . Penelitian ini merekomendasikan penerimaandiri perlu ditingkatkan pada individu, sebelum terjadi bencana melalui pendidikan kesehatan jiwa.

ABSTRACT
Natural disasters that occurred in Indonesia is high enough one of them is the flood that caused various psychosocial disorders in individuals. Psychosocial effects caused by flooding is the anxiety and the individual in the face of disasters likely to experience sadness, anger and become severe enough stressor. The purpose of this study to identify the relationship of self acceptance with the level of anxiety in individuals who live in areas prone to flood. This study used cross sectional design with a sample size of 150 respondents from the village semanan. The results showed an association between the level of self acceptance asnietas in adult individuals who live in areas prone to floods p value 0.000, 0.05 . The study recommends acceptance need to be increased in individuals, prior to the disaster through mental health education."
2017
T46947
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dodik Wirantoko
"ABSTRAK
Penyebaran paham radikal terorisme tidak akan berhenti pada kebijakan pemerintah dan berbagai instansi terkait dalam melakukan tindakan tegas seperti dengan memblokir situs, blog, akun atau bahkan dengan menangkap pemilik situs atau akun tersebut. Pendekatan secara tegas melalui jalur hukum sangat penting, namun disamping itu sangat diperlukannya upaya integratif dengan megkolaborasi pendekatan lunak yaitu upaya kontra narasi yang dilakukan oleh BNPT sehingga dapat menyentuh pada hulu persoalan. Penelitian ini berupaya menganalisis kontra narasi oleh BNPT dengan menggunakan teori kontra narasi oleh Sarah Zeiger 2016 dalam mencegah penyebaran paham terorisme melalui media online dengan metode deskriptif kualitatif seperti studi literatur dan wawancara mendalam dengan sejumlah narasumber di BNPT maupun narasumber ahli. Hasil penelitian menemukan bahwa monitoring melalui media online perlu dilakukan setiap saat sebagai upaya proses deteksi dini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat terhadap potensi penyebaran paham terorisme yang sebagian besar mengatas namakan ideologi dan agama. Strategi kontra narasi dilakukan melalui dua pendekatan baik secara online melalui situs BNPT dan secara offline dilakukan pertemuan langsung dengan audiens melalui kegiatan sosialisasi, workshop dan pelatihan. Selanjutnya perlunya keterlibatan seluruh komponen masyarakat khususnya audiens sebagai komunitas media. Strategi kontra narasi terhadap audiens dalam merespon potensi ancaman radikal terorisme melalui situs BNPT, memiliki jumlah yang relatif masih kecil bila dihadapkan dengan jumlah pengguna internet saat ini. Namun dengan adanya penguatan wawasan kebangsaan, kebhinekaan dan kecintaaan terhadap NKRI melalui kontra narasi dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap Ketahanan Nasional.

ABSTRACT
The spread of radicalism of terrorism will not stop at government policies and various agencies involved in taking decisive action such as by blocking sites, blogs, accounts or even by capturing the site owner or the account. The unequivocal approach through legal channels is very important, but besides that it is very necessary integrative efforts with megkolaborasi soft approach that is counter narrative efforts conducted by BNPT so that it can touch on the upstream of the problem. This research attempts to analyze counter narrative by BNPT by using counter narrative theory by Sarah Zeiger 2016 in preventing the spread of terrorism through online media with qualitative descriptive method such as literature study and in depth interview with a number of resource persons in BNPT and expert source. The results of the study found that monitoring through online media needs to be done at any time as an early detection process aims to obtain accurate information on the potential spread of terrorism that mostly in the name of ideology and religion. The counter narrative strategy is carried out through two approaches both online through the BNPT website and offline to a live meeting with the audience through socialization, workshop and training. Furthermore, the need for the involvement of all components of society, especially the audience as a media community. The counter narrative strategy of the audience in responding to the potential threat of radical terrorism through the BNPT site, has a relatively small amount when faced with the current number of internet users. However, with the strengthening of national insight, diversity and love of the Republic of Indonesia through counter narrative can contribute greatly to the National Resilience."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>