Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hu, Chenming
New York: McGraw-Hill, 1983
621.312 4 HUC s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Hariadi
"Sel surya merupakan solusi dari permasalahan energi di Indonesia dengan didukung radiasi rata-rata harian di Indonesia sebesar 4,8 kWh/m2/hari dan memiliki potensi energi surya sebesar 207.898 MW. Sel surya perovskite memiliki potensi yang sangat tinggi dimana peningkatan nilai efisiensi teknologi ini mencapai 22,7 pada waktu yang relatif singkat. Lapisan perovskite merupakan lapisan terpenting dalam struktur sel surya perovskite, dan selama ini metode deposisi spin coating telah menjadi metode yang paling umum digunakan. Telah banyak riset yang dilakukan mengenai ketebalan optimal dari lapisan aktif sel surya perovskite. Namun belum ada yang secara langsung menunjukkan pengaruh kecepatan rotasi spin coating sebagai proses deposisi terhadap performa elektris sel surya perovskite. Adapun pada skripsi ini dibahas mengenai analisis pengaruh kecepatan rotasi spin coating pada proses deposisi lapisan aktif sel surya pervskite terhadap performa elektrisnya.
Pada skripsi ini dihasilkan struktur sel surya perovskite dengan kaca FTO sebagai anoda dan katoda, CuSCN sebagai HTL, TiO2 sebagai ETL dan CH3NH3PbI3 sebagai active layer. Metode fabrikasi yang digunakan adalah metode spin coating dan annealing, dimana perovskite sebagai variabel berubah dengan variasi kecepatan rotasi mulai dari 500 rpm, 1000 rpm dan 2000 rpm. Hasilnya, sel surya dengan variasi kecepatan rotasi spin coating 1000 rpm memiliki performa elektris terbaik, dimana didapatkan VOC = 0,6 V; ISC = 13 mA; FF = 0,28; ? = 1,2.

Solar cells are a solution of energy problems in Indonesia with an average daily radiation in Indonesia of 4.8 kWh m2 day and has a solar energy potential of 207,898 MW. Perovskite solar cells have a very high potential where the increase in the efficiency of this technology reaches 22.7 in a relatively short time. The perovskite layer is the most important layer in the perovskite solar cell structure, and so far the spin coating deposition method has become the most commonly used method. There are a lot of research has been done regarding the optimal thickness of the perovskite solar cell active layer. However, none has directly shown the effect of spin coating angular velocity as the deposition process on the perovskite solar cell performance. As for this thesis discussed about the influence of spin coating rotation speed on the process of deposition of pervskite solar cell active layer on the electrical performance.
In this paper, the perovskite solar cell structure is produced with FTO glass as anode and cathode, CuSCN as HTL, TiO2 as ETL and CH3NH3PbI3 as active layer. The fabrication method used are spin coating and annealing, where the rotatational speed of the spin coating process of perovskite layer as variable change by doing variation starting from 500 rpm, 1000 rpm and 2000 rpm. The result, solar cells with spin coating speed variation of 1000 rpm has the best electrical performance, which is obtained VOC 0.6 V ISC 13 mA FF 0.28 1.2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlia Canny
"Sel surya memiliki karakteristik tegangan arus yang tidak linier dan memiliki satu titik dimana daya maksimum dihasilkan. Titik ini bergantung kepada faktor lingkungan seperti iradiasi matahari dan suhu. Agar didapatkannya daya maksimum dari sel surya, sel surya harus bekerja pada titik daya maksimum dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Oleh karena itu semua pengendali yang diaplikasikan pada sel surya menggunakan algoritma Maximum Power Point Tracking MPPT.
Tujuan penelitian ini adalah merancang metode MPPT berdasarkan pengendali logika Fuzzy FLC yang mampu mencapai MPP dengan cepat dan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kondisi lingkungan. Perancangan didasarkan pada studi literatur, uji coba simulasi dan eksperimen.
Hasil simulasi dan eksperimen membuktikan bahwa algoritma MPPT berdasarkan pengendali logika Fuzzy mampu mendapatkan daya maksimum untuk besar beban dan kondisi lingkungan yang bervariasi.

Solar cells have a nonlinear voltage ndash current characteristic which has one distinct maximum power point MPP. This point depends on environmental factors such as sun irradiation and temperature. In order to obtain maximum power from solar cells continuously, it has to work on its maximum power point despite the inevitable changes in environment. This is why the applied controllers on solar cells employ some method for Maximum Power Point Tracking MPPT.
The objective of this study is to design MPPT method based on Fuzzy logic controller FLC which able to reach MPP in a short time and to adapt with changing environmental conditions quickly. The design is based on study literature, simulation, and implementation.
The result proves Fuzzy Logic Controller MPPT able to reach MPP and adapt with changing conditions quickly.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Harsono Soepardjo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia,
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Khatami Fahziyas
"Sel surya perovskite merupakan salah satu jenis sel surya yang terus berkembang karena memiliki potensi peningkatan efisiensi dibandingkan dengan sel surya lainnya. Akan tetapi, sel surya perovskite masih memiliki beberapa tantangan, seperti bahan baku memiliki harga tinggi, degradasi cepat, dan sulitnya fabrikasi elektroda berbahan metal. Oleh karena itu, penggantian elektroda berbahan metal, yaitu Ag dan Au menjadi berbahan karbon telah dilakukan. Karbon digunakan karena memiliki daerah kerja -5,0 eV yang mendekati, seperti daerah kerja Au, yaitu -5,3 eV. Selain itu, karbon juga memiliki sifat stabilitas kimia yang baik dan bahan yang berlimpah di alam. Perkembangan selanjutnya pada sel surya perovskite, yaitu dengan penambahan bahan CuSCN di bagian elektroda karbon sebagai hole transport layer. CuSCN memiliki konduktivitas hole yang baik, sehingga dapat mengalirkan hole ke elektroda positif dengan efisiensi tinggi. Selain itu pada proses fabrikasi sel surya perovskite akan diberikan lapisan TEOS sebagai lapisan pasif untuk memperbaiki ketidaksempurnaan kontur yang menyebabkan trapped. Penelitian fabrikasi sel surya perovskite ini akan dilakukan untuk menganalisis penggunaan CuSCN dan lapisan TEOS secara bersamaan untuk mengoptimalisasi efisiensi sel surya perovskite. Fabrikasi sel surya perovskite dengan penggabungan bahan CuSCN dengan konsentrasi 1%wt pada lapisan elektroda karbon dan lapisan TEOS dengan konsentrasi 0,25 %mol pada lapisan perovskite untuk fabrikasi sel surya perovskite menghasilkan nilai VOC sebesar 0,18 V ; ISC sebesar 2,4 mA ; FF sebesar 0,306 ; dan efisiensi sebesar 0,076%.

Perovskite solar cells are one type of solar cell that continues to grow because it has the potential to increase efficiency compared to other solar cells. However, perovskite solar cells still have some challenges, such as high raw materials, rapid degradation, and difficult fabrication of metal electrodes. Therefore, the replacement of electrodes made of metal, namely Ag and Au into carbon has been carried out. Carbon is used because it has a working area of -5.0 eV that is approximate, such as the working area of Au, which is -5.3 eV. In addition, carbon also has good chemical stability properties and is an abundant material in nature. Further developments in perovskite solar cells, namely with the addition of CuSCN material in the carbon electrode as a hole transport layer. CuSCN has good hole conductivity, so it can drain the hole to the positive electrode with high efficiency. In addition, in the fabrication process, perovskite solar cells will be given a TEOS layer as a passive layer to correct contour imperfections that cause trapped. This perovskite solar cell fabrication research will be conducted to analyze the use of CuSCN and TEOS coating simultaneously to optimize the efficiency of perovskite solar cells. Fabrication of perovskite solar cells by combining CuSCN material with a concentration of 1%wt in the carbon electrode layer and TEOS layer with a concentration of 0.25%mol in the perovskite layer for perovskite solar cell fabrication resulted in a VOC value of 0.18 V; ISC of 2.4 mA ; FF of 0.306 ; and efficiency of 0.076%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Umar Fitra Ramadhan
"Sel surya merupakan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan yaitu Energi Surya, oleh karena itu pengoperasian sel surya sangat tergantung dari intensitas cahaya matahari yang mengenai permukaan sel surya. Kontuinitas intensitas matahari yang mengenai sel surya sering kali terganggu oleh bayang-bayang. Bayang-bayang adalah suatu kondisi yang mengakibatkan berkurangnya radiasi sinar matahari yang dapat diterima oleh sel-sel pada panel surya. Dibanyak kasus sel surya akan tertutup oleh bayangan, baik sebagian atau seluruhnya. Bayangan yang terjadi sering disebabkan oleh awan yang lewat, bangunan tinggi, menara-menara tinggi, pohon, kotoran burung, debu, dan juga bayangan dari satu panel di sisi yang lain. Skripsi ini akan membahas variasi intensitas matahari serta luas area permukaan sel surya yang terkena bayang-bayang. Bayang-bayang disimulasikan dengan menggunakan naungan yang memiliki tingkat transparansi sebesar 48% dari intensitas matahari yang diterima. Pengukuran gangguan bayang-bayang terhadap penurunan kualitas daya keluaran dilakukan dengan menggunakan panel surya polikristalin pada jam 10.00 hinggan jam 14.00 WIB ketika panjang gelombang cahaya matahari berada pada kisaran (300 – 800 nm) yang berkaitan dengan daerah spektrum cahaya tampak (visible). Studi ini bersifat eksperimental menghasilkan nilai karakteristik tegangan dan arus keluaran yang bervariasi mengikuti kurva non linear.

The solar cell is a renewable energy, therefore the operation of the solar cell is very dependent on the intensity of the sun's light on the surface of the solar cell. The continuity of the sun's intensity on the solar cells is often disturbed by the shadows. Shadows are a condition that results in reduced sunlight radiation that can be received by cells in solar panels. In many cases, solar cells will be covered by shadows, either partially or completely. Shadows that occur are often caused by passing clouds, tall buildings, tall towers, trees, bird droppings, dust, and also shadows from one panel on the other. This thesis will discuss variations in the intensity of the sun and the surface area of ​​solar cells affected by the shadows. The shadows are simulated using a shade that has a transparency level of 48% of the received solar intensity. Measurement of shadow disturbance to the decrease in the quality of output power is done by using polycrystalline solar panels at 10.00 to 14.00 when the wavelength of sunlight is in the range (300 - 800 nm) associated with the visible light spectrum. This experimental study produces the characteristic values ​​of output voltage and current which vary according to the nonlinear curve."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Fitra Ramadhan
"Sel surya merupakan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan yaitu Energi Surya, oleh karena itu pengoperasian sel surya sangat tergantung dari intensitas cahaya matahari yang mengenai permukaan sel surya. Kontuinitas intensitas matahari yang mengenai sel surya sering kali terganggu oleh bayang-bayang.Bayang-bayang adalah suatu kondisi yang mengakibatkan berkurangnya radiasi sinar matahari yang dapat diterima oleh sel-sel pada panel surya. Dibanyak kasus sel surya akan tertutup oleh bayangan, baik sebagian atau seluruhnya. Bayangan yang terjadi sering disebabkan oleh awan yang lewat, bangunan tinggi, menara-menara tinggi, pohon, kotoran burung, debu, dan juga bayangan dari satu panel di sisi yang lain.
Skripsi ini akan membahas variasi intensitas matahari serta luas area permukaan sel surya yang terkena bayang-bayang. Bayang-bayang disimulasikan dengan menggunakan naungan yang memiliki tingkat transparansi sebesar 48% dari intensitas matahari yang diterima. Pengukuran gangguan bayang-bayang terhadap penurunan kualitas daya keluaran dilakukan dengan menggunakan panel surya polikristalin pada jam 10.00 hinggan jam 14.00 WIB ketika panjang gelombang cahaya matahari berada pada kisaran (300-800 nm) yang berkaitan dengan daerah spektrum cahaya tampak (visible). Studi ini bersifat eksperimental menghasilkan nilai karakteristik tegangan dan arus keluaran yang bervariasi mengikuti kurva non linear.

The solar cell is a renewable energy, therefore the operation of the solar cell is very dependent on the intensity of the suns light on the surface of the solar cell. The continuity of the suns intensity on the solar cells is often disturbed by the shadows. Shadows are a condition that results in reduced sunlight radiation that can be received by cells in solar panels. In many cases, solar cells will be covered by shadows, either partially or completely. Shadows that occur are often caused by passing clouds, tall buildings, tall towers, trees, bird droppings, dust, and also shadows from one panel on the other.
This thesis will discuss variations in the intensity of the sun and the surface area of solar cells affected by the shadows. The shadows are simulated using a shade that has a transparency level of 48% of the received solar intensity. Measurement of shadow disturbance to the decrease in the quality of output power is done by using polycrystalline solar panels at 10.00 to 14.00 when the wavelength of sunlight is in the range (300-800 nm) associated with the visible light spectrum. This experimental study produces the characteristic values of output voltage and current which vary according to the nonlinear curve.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Gidson Andriano
2012
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ichsan Pandu Wicaksono
"

Perovskite halida logam organik dapat menyerap sinar matahari dan meningkatkan efisiensi konversi energi tanpa biaya pembuatan yang tinggi. Namun, sebelum teknologi PSC dipasarkan secara massal, masalah stabilitas, toksisitas, dan daur ulang perlu diselesaikan. Sintesis hijau adalah alternatif yang murah dan teknik yang sepenuhnya dapat diakses untuk memproduksi nanopartikel yang saat ini sedang dieksplorasi dalam sintesis TiO2. Dalam penelitian ini, ekstrak alami diperoleh dengan mencampurkan daun Basella rubra dengan air distilasi atau air distilasi + Etanol dalam magnetic stirrer selama 30 menit. Ekstrak-ekstrak ini selanjutnya digunakan sebagai media untuk mensintesis nanopartikel TiO2 menggunakan prekursor titanium isopropoksida (TTIP). Karakterisasi nanopartikel TiO2 yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), Fourier-Transform Infrared (FTIR) spectroscopy, Scanning Electron Microscopy (SEM), dan Ultraviolet-Visible (UV-Vis) spectroscopy, sedangkan kinerja dalam perangkat sel surya perovskite (PSC) dianalisis menggunakan sumber meter yang terhubung dengan simulator surya. Hasilnya menunjukkan bahwa nanopartikel TiO2 yang disintesis secara hijau memiliki struktur kristal anatase dengan ukuran kristalin rata-rata yang lebih kecil dibandingkan dengan rekan komersialnya. Pengamatan menggunakan SEM menunjukkan bahwa morfologi nanopartikel terdiri dari setidaknya dua jenis partikel, yaitu bentuk yang kasar hampir tajam dan bentuk kecil yang terdistribusi secara uniform. Puncak absorbansi dari UV-Vis juga mengonfirmasi pembentukan nanopartikel TiO2 yang disintesis secara hijau dengan energi celah pita sebesar 2,85 eV. Untuk memperoleh kinerja, kurva I-V dianalisis untuk mendapatkan efisiensi konversi daya (PCE). Hasil kurva I-V menunjukkan banyak tanda ketidakstabilan dengan kurva yang memiliki kepadatan arus yang naik dan turun secara sporadis, kemungkinan disebabkan oleh proses pembuatan PSC atau nanopartikel TiO2 yang kurang baik. Nilai PCE tertinggi didapat dari PSC yang difabrikasi dari TiO2 yang disintesis secara hijau dengan pelarut air distilasi + etanol (0,355%) diikuti oleh yan gmenggunakan pelarut air distilasi (0,2467%), yan gmenggunakan pelarut air distilasi + etanol (0,1976%), dan yang menggunakan pelarut air distilasi saja (0,0620%). Bahan TiO2 komersial P25 yang digunakan sebagai perbandingan dalam penelitian ini hanya menghasilkan nilai PCE 0,0259%, relative lebih rendah dibandingkan dengan yang disintesis secara hijau."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>