Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Wahjudi Widajanto
"Latar Belakang
Dewasa ini Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang dan sektor kehidupan. Perhatian besar diberikan terhadap masalah-masalah pemerataan serta usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Karena sekitar 80 persen jumlah penduduk Indonesia berada di Pedesaan, maka setiap usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat haruslah dikaitkan dengan penduduk pedesaan.
Identifikasi terhadap kebutuhan pokok manusia (basic human needs) merupakan langkah penting dalam setiap usaha peningkatan taraf hidup penduduk yang miskin. Energi, diakui memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia.
Makhijani, (1977) mengemukakan bahwa ungkapan "kebutuhan energi" (energy needs) sebenarnya tidak lain berarti energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan mendistribusikan secara merata sarana-sarana pemenuhan kebutuhan pokok manusia. Dalam hal ini, masalah kebijaksanaan pokok adalah menyangkut pilihan-pilihan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan energi penduduk pedesaan, terutama penduduk pedesaan yang miskin. Dalam memenuhi kebutuhan energinya, manusia sudah sejak dahulu mempergunakan jenis-jenis energi non-komersial seperti biomassa (kayu bakar dan limbah pertanian) yang hingga kini sebagian energi yang digunakan di sektor rumah tangga menggunakan jenis biomassa ini.
Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan disini, bahwa input energi kayu bakar bagi pedesaan di India mengambil bagian sebesar 68 persen dari seluruh energi yang digunakan. Dan dari jumlah ini hampir 90 persen-nya dikonsumsi untuk kebutuhan memasak. 2) Menurut Hadisoesastro, (1933:5) telah banyak sebenarnya studi mengenai biomassa diiakukan di Indonesia dan telah memberikan informasi yang berharga. Namun banyak juga yang masih menimbulkan ketidak-jelasan.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa dari hasil studi-studi itu terdapat kesimpulan yang variasinya cukup mencolok, dimana konsumsi biomassa berkisar antara 0,35 m3 sampai 2,53 m3 per-orang/tahun. Dikatakan selanjutnya, belum jelas benar faktor apa yang menimbulkan kesimpulan atau kondisi demikian; sehingga hal ini akan dapat menyulitkan dalam perumusan kebijaksanaan. Sebagai sebuab gambaran, berikut ini ditunjukkan kondisi konsumsi energi di Indonesia antara tahun 1970 - 1988."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Peningkatan jumlah lembaga kursus yang berkembang dengan signifikan pada
awal tahun 2000 dengan peserta didik yang berasal dari luar daerah penelitian
mengakibatkan berkembangnya sektor ekonomi informal yang dilakukan oleh
warga di daerah penelitian. Banyaknya sektor ekonomi informal berdampak
terhadap pendapatan masyarakat. Dari hasil analisis yang disimpulkan dampak
rendah memiliki sektor ekonomi yang rendah dan memiliki jarak lebih dari 3 km
dengan lembaga kursus yang pertama kali berdiri tahun 1977 yaitu BEC, dampak
sedang memiliki pola menyebar secara merata yang daerahnya memiliki sektor
ekonomi informal yang sedang seperti rumah kontrakan, warung makan dan rental
sepeda. Dampak tinggi memiliki pola terpusat dimana di daerah penelitian
terdapat lembaga kursus, rumah kontrakan dan warung makan yang lokasinya
berdekatan."
Universitas Indonesia, 2010
S34199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Kuntoro Kangrahardja
"ABSTRAK
Kinerja pertumbuhan ekonomi suatu negara memerlukan dukungan dari
berhagai hal, salah satunya adalah sumber pendanaan yang memadai,
baik yang disediakan oleh pemerintah maupun dunia swasta. Kondisi
ini juga berlaku di Indonesia dimana keterbatasan sumber pendanaan
pemerintah dalam menunjang pertumbuhan nasional memerlukan
sumber pendanaan alternatif.
Salah satu sumber pendanaan yang saat ini berkembang pesat di
Indonesia dilihat dari kapitalisasi dana yang berhasil dihimpun
adalah "Pasar Modal". Pasar Modal memiliki tiga macam pendanaan
yaitu: saham, obligasi dan derivatives-derivatives yang masing-
masing mempunyai variasinya sendiri.
Berdasarkan data yang didapatkan penulis, IPO (Initial Public
Offering), Right dan Obligasi merupakan metode pendanaan di pasar
modal yang saat ini paling banyak diminati perusahaan publik
dibandingkan dengan metode pendanaan lainnya. Karena itu penulis
tertarik untuk meneliti kinerja metode pendanaan ini dengan
pendapatan nasional berupa Produk Domestik Bruto, tingkat bunga
nasional dengan IHSG dan volume perdagangan di Bursa, sampai
berapa jauh sumbangannya pada pendanaan.
Didalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data melalui
studi lapangan sebagai "data utama" dan studi kepustakaan sebagai
"data penunjang" studi lapangan menggunakan metode kwantitatif
dengan melakukan penelitian data pada lembaga pasar modal,
lembaga Pengawas Pasar Modal, Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek
Surabaya (perwakilan) bagi data kwantitatif selama 10 tahun.
Sedangkan studi kepustakaan dilakukan dengan cara menelaah huku
teori ekonomi, keuangan serta bacaan lain yang dapat mendukung
penelitian ini. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan (Koefisien Korelasi) 85%
antara PDB dengan IPO, Right, Ohligasi dengan demikian Ho tesis
diterima. Hubungan bunga bank swasta dengan Indeks Harga Saham
Gabungan koefisien korelasinya moderat, berlawan arah, sedangkan
hubungan bunga bank swasta dengan volume perdagangan korelasinya
moderat berlawan arah. Dan pada bagian tertentu karena sistem pasar
modal ini terbuka bagi asing maka ada gap waktu, karena pengaruh dari investor luar
dan dunia. Hasil analisa empiris diskriptif pendanaan perusahaan
melalui pasar modal merupakan hal yang mendukung pertumbuhan
pendanaan perusahaan dan sumber yang relatif besar bagi Kinerja
Pasar Modal dan Produk Domestik Bruto. Selanjutnya hasil dari
penelitian yang dilakukan hahwa IPO, Right Issue dan Obligasi
dapat dianggap sebagai cara mobilisasi dana yang potensial mudah
dan relatif cepat untuk "waktu dan kondisi" normal dipasar modal.
Normal adalah kondisi ekonomi dan politik yang kondusif baik.
Dengan dikeluarkan Undang-undang Pasar Modal No.8 tahun 1995,
berlaku 1 Januari 1996. Pelaku-pelaku pasar modal akan terjamin
beroperasi dan mendapat bimbingan yang lebih transparan tegas
sesuai perundang-undangan yang ada.

"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Mulyantini
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Pasca mengalami cacat anatomi akibat kecelakaan kerja, waktu yang dibutuhkan pekerja untuk kembali bekerja bervariasi, dengan berbagai faktor risiko yang berperan terhadap waktu kembali bekerja. Penelitian ini bertujuan membandingkan waktu kembali bekerja antara pekerja sektor ekonomi formal dengan informal dan faktor lainnya.
Metodologi: Penelitian retrospektif, dengan sampel pekerja yang mengalami cacat anatomi akibat kecelakaan kerja yang ditangani di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, periode 1 Januari 2013 - 31 Desember 2014. Klasifikasi kecelakaan, tindakan medis, penyakit penyerta serta pembiayaan diperoleh melalui rekam medik. Sosiodemografi, sektor pekerjaan, masa kerja, waktu kembali bekerja diperoleh dari kuesioner. Analisa korelasi dilakukan untuk melihat hubungan usia, masa kerja dengan waktu kembali bekerja. Pada faktor risiko juga dilakukan analisa bivariat menggunakan uji-t tidak berpasangan dan ANOVA. Faktor risiko yang memiliki (p<0,25) dilakukan analisa multivariat dengan regresi berganda.
Hasil : Diperoleh 61 subyek, mayoritas pria (95,1%), berpendidikan dasar-menengah (85,2%), tidak mendapat jaminan pembiayaan (57,4%), cacat anatomi pada ekstremitas atas (85,2%), melakukan kontrol luka (88,5%), mendapat tindakan bedah amputasi tertutup (91,8%), tanpa penyakit penyerta (88,5%). Sebanyak 33 (54,1%) subyek adalah pekerja sektor ekonomi formal. Waktu kembali bekerja pada pekerja sektor ekonomi formal lebih cepat dibandingkan dengan pekerja sektor ekonomi informal dengan rata-rata perbedaan waktu 9 hari (p<0,01). Tindakan bedah amputasi tertutup mengurangi waktu kembali bekerja selama rata-rata 11 hari (p<0,01).
Kesimpulan: Sektor ekonomi adalah determinan utama waktu kembali bekerja. Pekerja sektor formal mempunyai rerata waktu kembali bekerja lebih cepat dibandingkan dengan pekerja informal, kemungkinan berkaitan dengan sosio-ekonomi dan akses pelayanan kesehatan yang memadai pada pekerja sektor formal. Tindakan bedah amputasi tertutup mengurangi waktu kembali bekerja secara signifkan.

ABSTRACT
Introduction: Return to work time for workers with anatomical impairment due to occupational accident is varied as there are many risk factors associated with it. This study aimed to compare the mean differences return to work time between formal and informal workers and other factors.
Methods: This study was a retrospective study, using sample of workers with anatomical impairment due to occupational accident who received medical care at the Cipto Mangunkusumo hospital, during the period of 1st January 2013 - 31st December 2014. Accident classification, medical procedure, healhtcare coverage, other accompanying health conditions were obtained from the medical records. Sosiodemography, working sector, working period, return to work time were obtained through a questionnaire. Correlation analysis was performed to observe the relationship between age, working period with the return to work time. Bivariate analysis was also performed by using unpaired t-test and ANOVA. Multivariate analysis using multiple regression was then performed in risk factors known to have (p < 0,25).
Results : Sixty-one subjects were obtained consisted of male (95.1%), with basic and intermediate educational level (85.2%), did not possesed healthcare coverage (57,4%), had upper extremities anatomical impairment (85.2%), received wound control care (88.5%), underwent closed amputation procedure (91.8%), and did not have other accompanying health conditions (88.5%). Thirty-three (54.1%) subjects were categorized in a formal working group. Formal workers had a significantly shorter mean return to work time compared to informal workers with mean differences of 9 days (p< 0,01). Closed amputation procedure reduced 11 days of return to work time (p< 0,01).
Conclusion: Working sector was the main determinant for the return to work time. The formal workers had a significantly shorter return to work time compared to the informal workers, which might be associated with better socioeconomical status and access of healthcare. In addition, closed amputation procedure significantly reduced the return to work time., Introduction: Return to work time for workers with anatomical impairment due
to occupational accident is varied as there are many risk factors associated with
it. This study aimed to compare the mean differences return to work time
between formal and informal workers and other factors.
Methods: This study was a retrospective study, using sample of workers with
anatomical impairment due to occupational accident who received medical care at
the Cipto Mangunkusumo hospital, during the period of 1
vii
st
January 2013 - 31
December 2014. Accident classification, medical procedure, healhtcare coverage,
other accompanying health conditions were obtained from the medical records.
Sosiodemography, working sector, working period, return to work time were
obtained through a questionnaire. Correlation analysis was performed to observe
the relationship between age, working period with the return to work time.
Bivariate analysis was also performed by using unpaired t-test and ANOVA.
Multivariate analysis using multiple regression was then performed in risk factors
known to have (p < 0,25).
Results : Sixty-one subjects were obtained consisted of male (95.1%), with basic
and intermediate educational level (85.2%), did not possesed healthcare coverage
(57,4%), had upper extremities anatomical impairment (85.2%), received wound
control care (88.5%), underwent closed amputation procedure (91.8%), and did
not have other accompanying health conditions (88.5%). Thirty-three (54.1%)
subjects were categorized in a formal working group. Formal workers had a
significantly shorter mean return to work time compared to informal workers with
mean differences of 9 days (p< 0,01). Closed amputation procedure reduced 11
days of return to work time (p< 0,01).
Conclusion: Working sector was the main determinant for the return to work
time. The formal workers had a significantly shorter return to work time
compared to the informal workers, which might be associated with better
socioeconomical status and access of healthcare. In addition, closed amputation procedure significantly reduced the return to work time.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purnomo Yusgiantoro
Jakarta: Yayasan Purnomo Yusgiantoro, 2020
320.409 PUR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Purnomo Yusgiantoro
Jakarta: Yayasan Purnomo Yusgiantoro, 2020
320.409 PUR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Arliansyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aksessibilitas kecamatan seabgai hinterland bagi pusat pertumbuhan, mengetahui arah pengembangan kegiatan ekonomi kecamatan dan keterkaitan antar sektor perekonomian, serta menganalisis pengaruh nilai location quotient (lq), nilai total aksesibilitas dan belanja pembangaunan terhadap perkembangan ekonomi daerah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Alat analisis yang digunakan adalah model gravitasi, LQ dan pendekatan ekonometrika. Dari analisis model gravitasi diketahui bahwa sebagian besar kecamatan mempunya tingkat aksesibilitas yang lebih kuat terhadap Pusat Pertmbuhan Tembilahan dibanding pusat pertumbuhan lain. Berdasarkan kekuatan aksesibilitas juga dapat dikelpompokkan wilayah-wilayah hiterland bagi setiap pusat pertumbuhan. Dengan formula LQ diketahui bahwa kecamatan Reteh memiliki sektor / sub sektor unggulan terbanayak namun penyebaran sektor / sub sektro tidak merata antar kecamantan. Dari analisis model persamaan simultan diketahui bahwa variable belanja pembangunan tidak berpengaruh langsung dan signifikan terhadap semua sektor perekonomian begitu juga dengan variabel aksesibilitas. Semenara itu, nilai LQ masing masing sektor berpengaruh signifikan terhadap sektornya, kecualai sektor transportasi dan komunikasi dan sektor jasa jasa."
2006
JUKE-1-3-Apr2006-285
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jufli Irawan
"Ketika sebagian terjadi krisis ekonomi global pada tahun 2008 yang dipicu oleh krisis kredit perumahan di Amerika Serikat, perekonomian Indonesia juga terkena dampaknya. Pasar keuangan dan pasar modal indonesia mengalami market recovery yang cepat sehingga tidak seburuk krisis keuangan pada tahun 1998. Namun demikian, pembiayaan macet di perbankan, khususnya perbankan syariah masih mengalami kenaikan melampaui target NPF Bank Indonesia yaitu 5 persen. Pada bulan September 2009, NPF bank syariah mencapai 5.72 persen, bahkan NPF di beberapa sektor eknomi lebih tinggi dari itu. Maka dari itu, tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal (suku bunga SBI dan bonus SWBI/SBIS) dan faktor internal (total pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dan total pembiayaan dengan prinsip non bagi hasil) perbankan syariah terhadap NPF perbankan syariah per sektor ekonomi.
Faktor-faktor tersebut diperoleh melalui studi literatur, penelaahan terhadap teori, dan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari periode Maret 2004 sampai dengan September 2009. Data yang digunakan bersumber dari data Bank Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi dengan variabel bebas dummy karena metode ini dapat digunakan untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat serta dapat membelikan informasi perbedaan nilai variabel terikat dari berbagai kategori yang dalam hal ini adalah sektor ekonomi.

During the global economic crisis in 2008 which was triggered by credit crunch in the United States of America, Indonesian economy was also impacted. Indonesian Capital and financial market recovered quickly fast and therefore did not reach worst condition as it was in 1998. However, non performing financing, particularly in syariah banks is increasing above the targeted NPF rate set out by the Central Bank of Indonesia i.e. 5 percent As of September 2009, NPF of syariah banks was 5.72 percent. NPF in some economic sectors even higher than this. Therefore, this paper is intended to analyze the effect of syariah’s banks extemal factors (interest rate, retum of SWBI/SBIS and GDP) and internal factors (size of profit-sharing-based financing and size of non-profit-sharing-based financing) to the NPF in each economic sector.
The above factors are derived from the studies of literature and theories as well as from the previous researches. This research uses the data from March 2004 to September 2009. The data is gathered from Central Bank of Indonesia and Indonesian Statistic Bureau. The method adopted for this research is regression with dummy independent variables because this method is able to inform the variation of value of the dependent variable from various categories which in this research is the economic sectors.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26868
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Sutiono
"Ketimpangan pendapatan yang tinggi di Jawa Timur adalah salah satu masalah ekonomi yang harus dipecahkan oleh pemerintah sebagai fungsi distribusi maupun stabilisasi. Instrumen kebijakan fiskal yang efektif, melalui belanja Kementerian/Lembaga maupun belanja daerah, diharapkan dapat menurunkan kertimpangan pendapatan di daerah. Belanja modal pemerintah menjadi instrumen yang spesial karena karakteristik barang yang diperoleh bisa memberikan manfaat dalam jangka panjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh belanja modal Kementerian/ Lembaga, belanja modal APBD, serta kontribusi sektor ekonomi utama pada ketimpangan pendapatan di Jawa Timur. Metode analisis yang digunakan adalah model regresi data panel pada populasi 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu 2010-2015.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belanja modal K/L cenderung mengurangi ketimpangan pendapatan, sedangkan belanja modal APBD cenderung meningkatkan ketimpangan pendapatan. Perkembangan sektor pertanian tidak berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pendapatan, sedangkan perkembangan sektor industri cenderung menurunkan ketimpangan pendapatan, dan perkembangan sektor perdagangan cenderung meningkatkan ketimpangan pendapatan."
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2018
336 ITR 3:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>