Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paris : Rue de l'Universite
050 RE (1959) I
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Pristie Wisandhani Wahyo
"Pada mulanya ada sekelompok pelukis yang terdiri dari Claude Monet, Auguste Renoir, Alfred Sisley, Frederic Bazille, dan Camille Pissarro. Kemudian Eduard Manet bergabung, disusul oleh Paul Cezanne dan Edgar Degas. Merekalah yang kemudian menjadi inti dari lahirnya sebuah aliran lukisan bernama Impresionisme. Jika kita melihat bursa seni lukis dunia pada sepuluh tahun belakangan ini, pemegang rekor nilai penjualan tinggi banyak dipegang oleh lukisan-lukisan Impresionis. Begitu tinggi nilai lukisan ini, hingga kini tinggal sedikit kolektor lukisan yang mampu membelinya, dan banyak lukisannya menjadi kolcksi negara serta berada di museum-museum besar di seluruh dunia. Di kalangan pencinta seni lukis, tingginya nilai lukisan Impresionis, selain karena karena keindahan lukisannya itu sendiri, juga didukung oleh nilai sejarahnya. Lahirnya Impresionisme merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah seni lukis dunia, karena membawa perubahan yang besar menuju pada lahirnya seni lukis modern, Impresionisme juga dikatakan sebagai aliran yang sangat mewakili jamannya. Teknik melukis, warna-warna catnya, maupun tema objek yang digunakannya sangat berbeda dari lukisan aliran-aliran sebelumnya. Perbedaan ini juga mencerminkan perubahan yang terjadi dalam masyarakat Prancis pada waktu itu. Antara masyarakat dan kesenian yang diciptakannya, terdapat hubungan yang sangat erat. Koentjaraningrat (1975:52) berpendapat bahwa kesenian adalah salah satu unsur kebudayaan..."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S13836
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Sedyawati, 1938-
"Bidang ilmu dan penelitian yang kini disajikan hasilnya ini adalah Sejarah Kesenian, khususnya sebagai pencabangan dari Arkeologi. Dalam hah ini Sejarah kesenian dipandang sebagai satu bagian dari Sejarah Kebudayaan. Bahwa tujuan Arkeologi adalah antara lain penyusunan kebudayaan dinyataka.n misalnya oleh Binford (1972:80-89); sedang tujuan-tujuan lan yang dikemukakannyn adalah merekontruksi cara-cara hidup manusia mane I.nlu dan meng_r:, tml arkn.n proses budaya. Sejarah Kesenian yang merupakan pencabangan dari arkeologi ini dibina-ulang atas dasar dari Arkeologi ini dibina-ulang atas dasar data artefak yang ditunjang oleh data dari sumber tertulis, yang kesemuanya itu dihasilkan oleh manusia yang_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
D1588
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Midya Desiani
"Pengetahuan mengenal perkembangan balet di Rusia dapat membantu kita untuk dapat lebih memahami bagainaana balet bisa menyatu dengan kehidupan masyarakat Rusia sampai akhirnya naenjadi bagian dari kebudayaan negara tersebut. Perkenabangan balet di Rusia ini akan dianalisis dari beberapa faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal dapat dilihat dari perjalanan sejarah bangsa Rusia. dalam hal ini karakter yang membentuk para penari Rusia. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar pribadi penari sepeti pendidikan dan pengaruh pengajar serta penari asing yang datang ke Rusia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian pustaka dengan pendekatan historis. Dimana dengan pendekatan historis akan lebih mudah untuk melihat perkembangan balet Rusia dari awal masuknva ke negara tersebut sampai pada masa pembentukannya. Hasil analisa menunjukkan bahwa balet Rusia mulai terbentuk dan diterinia oleh masyarakat Rusia pada abad ke-19."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S15603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adlien Fadlia
"Penelitian ini menelusuri jejak perkembangan batik Rifa’iyah di Desa Kalipucang Wetan Batang, Jawa Tengah pada kurun 1859-2019. Pembatik Rifa’iyah merupakan komunitas di Desa Kalipucang Wetan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Indonesia memiliki masyarakat yang terdiri dari beraneka ragam etnis, agama, dan budaya yang berbeda, yang hidup dalam lingkup toleran dan dituntut saling menghargai terhadap perbedaan yang ada. Tradisi merupakan kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Kegiatan membatik sebagai tradisi yang dilestarikan oleh komunitas pembatik Rifa’iyah mampu menghadirkan batik dengan ciri khas tersendiri. Identitas seringkali muncul ke permukaan sejarah Indonesia modern yang harus dihadapi dan dibentuk sebagai bagian dari penalaran sejarah.Dalam upaya menelusuri sejarah motif batik klasik Rifai’yah dipergunakan metode sejarah yaitu heuristik, kritik sumber, analitik, dan historiografi. Teori Cultural Identity dari Stuart Hall dan Dominance and the Arts of Hidden Resistance: Hidden Transript, James Scott dipakai untuk menelaah sejumlah aspek di balik komunitas pembatik Rifa’iyah. Pada batik Rifa’iyah terdapat pengaruh kuat ajaran Islam yang diajarkan oleh guru besar umat Rifa’iyah, yaitu Kiai Haji Ahmad Rifa’i. Penamaan Rifa’iyah berasal dari nama Kiai Haji Ahmad Rifai (1786-1870) pendiri pesantren Rifa’iyah di Desa Kalisalak, Batang Jawa Tengah pada tahun 1838. Peran besar pengaruh Islam dalam kegiatan membatik pada komunitas Rifa’iyah dianggap sebagai bentuk identitas terhadap berbagai hegemoni di luar dirinya. Perkembangan batik komunitas Rifa’iyah hadir sebagai bentuk dinamika terhadap berbagai dominasi dan perubahan. Perjalanan panjang batik Rifa’iyah terus hidup dan membentuk postur diri sejak masa kolonial Belanda, pendudukan Jepang, Kemerdekaan Indonesia, Orde Baru, hingga Orde Reformasi.

This research traces the Rifa'iyah batik in Desa Kalipucang Wetan, Batang, Central Java on the period of 1859-2019. The Rifa'iyah people are a community in Desa Kalipucang Wetan, Batang, Central Java. Indonesia has a society consisting of various ethnicities, religions and different cultures, which live in a tolerant environment and are required to respect each other for existing differences. Tradition is a habit that is carried out from generation to generation and becomes part of the life of a community group. Batik activity as a tradition that is preserved by the Rifa'iyah batik community is able to present batik with its own characteristics.Identity has often come to the surface of modern Indonesian history which must be dealt with and formed as part of historical reasoning. In an effort to trace the history of the classical Rifai'yah batik motifs, historical methods are used, namely heuristics, criticism, analytics, and historiography. The Cultural Identity by Stuart Hall and theory of Dominance and the Arts of Hidden Resistance: Hidden Transript, by James Scott is used to examine a number of aspects behind the Rifa'iyah movement. In Rifa'iyah batik there is a strong influence on Islamic teachings taught by the great Rifa'iyah community teacher, namely Kiai Haji Ahmad Rifa'i. The name Rifa'iyah comes from the name of Kiai Haji Ahmad Rifai (1786-1870), the founder of the Rifa'iyah Islamic boarding school in Kalisalak Village, Batang, Central Java in 1838. The major role of Islamic influence in batik activities in the Rifa'iyah community is considered a form of identity against various hegemons outside of itself. The Rifa'iyah community batik trade is present as a form of the people's economy, as well as resistance to various dominations and changes. The long journey of Rifa'iyah batik has continues to live and form its own posture since the Dutch colonial period, the Japanese."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adlien Fadlia
"Penelitian ini menelusuri jejak perkembangan batik Rifa’iyah di Desa Kalipucang Wetan Batang, Jawa Tengah pada kurun 1859-2019. Pembatik Rifa’iyah merupakan komunitas di Desa Kalipucang Wetan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Indonesia memiliki masyarakat yang terdiri dari beraneka ragam etnis, agama, dan budaya yang berbeda, yang hidup dalam lingkup toleran dan dituntut saling menghargai terhadap perbedaan yang ada. Tradisi merupakan kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Kegiatan membatik sebagai tradisi yang dilestarikan oleh komunitas pembatik Rifa’iyah mampu menghadirkan batik dengan ciri khas tersendiri. Identitas seringkali muncul ke permukaan sejarah Indonesia modern yang harus dihadapi dan dibentuk sebagai bagian dari penalaran sejarah.Dalam upaya menelusuri sejarah motif batik klasik Rifai’yah dipergunakan metode sejarah yaitu heuristik, kritik sumber, analitik, dan historiografi. Teori Cultural Identity dari Stuart Hall dan Dominance and the Arts of Hidden Resistance: Hidden Transript, James Scott dipakai untuk menelaah sejumlah aspek di balik komunitas pembatik Rifa’iyah. Pada batik Rifa’iyah terdapat pengaruh kuat ajaran Islam yang diajarkan oleh guru besar umat Rifa’iyah, yaitu Kiai Haji Ahmad Rifa’i. Penamaan Rifa’iyah berasal dari nama Kiai Haji Ahmad Rifai (1786-1870) pendiri pesantren Rifa’iyah di Desa Kalisalak, Batang Jawa Tengah pada tahun 1838. Peran besar pengaruh Islam dalam kegiatan membatik pada komunitas Rifa’iyah dianggap sebagai bentuk identitas terhadap berbagai hegemoni di luar dirinya. Perkembangan batik komunitas Rifa’iyah hadir sebagai bentuk dinamika terhadap berbagai dominasi dan perubahan. Perjalanan panjang batik Rifa’iyah terus hidup dan membentuk postur diri sejak masa kolonial Belanda, pendudukan Jepang, Kemerdekaan Indonesia, Orde Baru, hingga Orde Reformasi.

This research traces the Rifa'iyah batik in Desa Kalipucang Wetan, Batang, Central Java on the period of 1859-2019. The Rifa'iyah people are a community in Desa Kalipucang Wetan, Batang, Central Java. Indonesia has a society consisting of various ethnicities, religions and different cultures, which live in a tolerant environment and are required to respect each other for existing differences. Tradition is a habit that is carried out from generation to generation and becomes part of the life of a community group. Batik activity as a tradition that is preserved by the Rifa'iyah batik community is able to present batik with its own characteristics.Identity has often come to the surface of modern Indonesian history which must be dealt with and formed as part of historical reasoning. In an effort to trace the history of the classical Rifai'yah batik motifs, historical methods are used, namely heuristics, criticism, analytics, and historiography. The Cultural Identity by Stuart Hall and theory of Dominance and the Arts of Hidden Resistance: Hidden Transript, by James Scott is used to examine a number of aspects behind the Rifa'iyah movement. In Rifa'iyah batik there is a strong influence on Islamic teachings taught by the great Rifa'iyah community teacher, namely Kiai Haji Ahmad Rifa'i. The name Rifa'iyah comes from the name of Kiai Haji Ahmad Rifai (1786-1870), the founder of the Rifa'iyah Islamic boarding school in Kalisalak Village, Batang, Central Java in 1838. The major role of Islamic influence in batik activities in the Rifa'iyah community is considered a form of identity against various hegemons outside of itself. The Rifa'iyah community batik trade is present as a form of the people's economy, as well as resistance to various dominations and changes. The long journey of Rifa'iyah batik has continues to live and form its own posture since the Dutch colonial period, the Japanese"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library