Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Grebe, Karl
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1975
496 GRE v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wastuti
Abstrak :
Pertumbuhan proyek - proyek jalan dan jembatan di Indonesia dewasa ini berkembang cukup pesat. Dunia konstruksi sebagai obyek sarana untuk mewujudkan media bangunan sangat dituntut terhadap persaingan yang ketat, terutama pada sisi hasil produk, metode keda dan teknologi yang dipakai. Seirmg dengan hal tersebut, tuntutan terhadap mute, ketepatan waktu dan sektor biaya sangat mutlak dilakukan dan bukan merupakan slogan saja, dalam arti proses pelaksanaan selalu memberfl= hal yang terbaik dan selalu memberikan aspek - aspek inovasi kearah yang lebih efisien dan berdaya guna sangat tinggi. Penggunaan balok beton prategang tipe I dalam suatu proyek jalan, merupakan bagian terpenting dalam unsur struktur jembatan. Salah satu desain Flyover di proyek Tanjung Barat dan Raya Bogor Flyover untuk posisi super structure adalaah menggunakan Prestressed Concrete I Girder dengan standar mute K-500. Kendala yang tedadi dalam pelaksanaan proyek tersebut adalah balok beton prategang bentuk I yang didesain oleh Konsultan Perencana menggunakan monolith system tetapi dalam proses pelaksa annya tcdadi kendala dilapangan yang mengakibatkan perubahan desain balok prategang bentuk I tersebut menjadi segmental system. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis ingin membandingkan balok beton prategang bentuk I antara sitem monolith dan sistem segmental dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam metode Value Engineering. Proses perubahan desain kerap kali terjadi dalam suatu proyek konsbvksi, tetapi hal-hal yang patut dipertimbangkan adalah mengenai biaya dan kemudahan dalam pelaksanaan pekedaannya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florentinus Budi Setiawan
Abstrak :
Sinyal yang periodik dapat didekomposisikan ke dalam bentuk sinusoida dengan menggunakan bantuan deret Fourier. Berdasarkan karakteristik sinyal suara yang demikian, maka dapat dilakukan pemodelan dengan mengacu pada bentuk sinusoida. Dengan menggunakan model sinusoida dapat dilakukan proses kuantisasi untuk mengkodekan sinyal suara pada laju yang rendah. Metode sinusoida telah banyak digunakan untuk mengkodekan sinyal suara. Dengan metode tersebut satu blok sinyal suara selebar 20 milidetik sampai dengan 30 milidetik dapat dikodekan dengan menggunakan koefisien deret Fourier. Metode baru yang diusulkan adalah kuantisasi dan rekonstruksi sinyal suara berdasarkan model sinusoida secara segmental. Segmen yang diambil adalah antara satu nilai puncak tertentu menuju ke nilai puncak berikutnya yang berlawanan, bukan berupa blok sinyal dengan panjang yang tetap seperti pada metode sinusoida yang sudah ada. Pengkode yang dirancang terdiri atas bagian enkoder dan dekoder. Enkoder berfungsi untuk mengkodekan sinyal suara pada laju variabel. Sinyal terkode selanjutnya dikirimkan ke penerima. Pada sisi penerima terdapat dekoder berfungsi untuk mengembalikan bentuk sinyal agar sesuai dengan asalnya dengan kualitas yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh nilai rata-rata SNR segmental lebih dari 20 dB.
Segmental Sinusoidal Model for Speech Signal Coding. Periodic signal can be decomposed by sinusoidal component with Fourier series. With this characteristic, it can be modeled referring by sinusoidal form. By the sinusoidal model, signal can be quantized in order to encode the speech signal at the lower rate. The recent sinusoidal method is implemented in speech coding. By using this method, a block of the speech signal with 20 ms to 30 ms width is coded based on Fourier series coefficients. The new method proposed is quantization and reconstruction of speech signal by the segmental sinusoidal model. A segment is defined as a block of the speech signal from certain peak to consecutive peak. The length of the segment is variable, instead of the fixed block like the recent sinusoidal method. Coder consists of the encoder and the decoder. Encoder works to code speech signal at variable rate. Then coded signal will be transmitted to receiver. On the receiver, coded signal will be reconstructed, so that the reconstruction signal has the near quality compared with the original signal. The experimental results show that the average of segmental SNR is more than 20 dB.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Speech coder is one of the most important part of communication systems. Speech signal can be represented as a combination of many sinusoidal signals.....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Totok Suhardiyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Blumstein (1994) mengemukakan bahwa, selain menunjukkan adanya gejala agramatisme dan kegagalan leksikal, penderita afasia Broca juga memperlihatkan munculnya deficit fonologis.

Hampir semua penderita afasia sebenarnya memperlihatkan kesalahan atau penyimpangan fonologis dalam ujaran yang dihasilkannya.

Meskipun kesalahan fonologis tersebut mungkin muncul dalam bentuk yang beraneka ragam, penyimpangan itu dapat disederhanakan ke dalam empat kategori, seperti kesalahan penyulihan fonem, kesalahan pelesapan atau penghilangan, kesalahan penambahan, dan kesalahan lingkungan.

Kesalahan lingkungan mempunyai manisfetasi yang berupa kemunculan fonem tertentu akibat pengaruh konteks fonologis yang melingkunginya. Kesalahan lingkungan itu mencakup metatesis dan asimilasi.

Penelitian ini bertujuan untuk memerikan kesulitan segmental pada penderita afasia berbahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan menjelaskan mekanisme yang mendasari penyimpangan fonologis. Untuk menjelaskan bagaimana proses tuturan berjalan, penelitian ini menggunakan model Levelt yang telah dimodifikasi oleh den Ouden dan Bastiaanse (1999). Model itu disusun untuk menjelaskan mekanisme bertutur dalam otak manusia. Menurut den Ouden dan Bastiaanse, ada tiga tahap fonologis pada proses produksi tuturan, yaitu (1) pemanggilan kembali bentuk dasar dan leksikon; (2) pengkodean fonologis; (3) proses pengartikulasian rancangan fonetis.

Tujuan lain dari penelitian ini adalah mengkaji bagaimana mekanisme penyeleksian dan pemanggilan kembali unsur leksikal. Aitchinson (1994) rnengeanzkakan bahwa kata tidak berserakan secara acak pada benak manusia, tetapi terorganisasi dalam system yang canggih dan saling berkait. Pembahasan mengenai mekanisme penyeleksian dan pemanggilan kembali ini menarik karena mekanisme tersebut dapat menjelaskan bagaimana kesalahan segmental muncul.

Kesalahan penyulihan fonem merupakan kesalahan yang sering muncul pada subjek peneltian ini. Fenomena ini merupakan ciri khas pada ketiga afasia kortikal, yakni afasia Broca, afasia konduksi, dan afasia Wernicke (lihat Kusumoputro 1999). Meskipun demikian, terdapat sebuah gejala yang menunjukkan bahwa penderita mengidap afasia

Broca, yakni kemunculan penyederhanaan fonem secara dorninan (42. 73%). Subjek penelitian ini juga memiliki masalah dengan konsonan dental dan dental, stop dan nasal, serta bersuara. Pada bunyi segmental yang berupa vokal, penderita bermasalah dengan vokal rendah, pusat, dan tak bulat. Di samping itu, meskipun pada cacat yang ringan, penderita mengalami masalah dengan proses inisiasi tuturan. Hal itu tampak dari seringnya penderita rnenghasilkan kesalahan pada bagian awal kata (32,04%)
ABSTRACT
Blumstein (1994) stated that beside indicating a failure in grammatical and lexical process` Broca's aphasic also demonstrated phonological deficits. It is the case that nearly all aphasics manifest some phonological difficulties in speech output. Despite of the various phonological errors that may occur to the array, these errors can be reduced to four descriptive categories: phoneme substitution errors, omission or simplification errors, addition errors, and environment errors, in which an occurrence of particular phoneme can be accounted for by influence of the surrounding phonological context. These environment errors include metatheses and assimilation.

The aim of this research is to describe the phonological difficulties in Indonesian aphasic and to explain the mechanism that underlies a phonological impairment. To explain the work of speech process, this research uses a modified Levelt's model. This model was modified by den Ouden and Bastiaanse (1999). The model is designed to describe a speech mechanism in human brains. According to den Ouden and Bastiaanse, there are three phonological levels in speech production, namely (I) the retrieval of underlying forms from the lexicon; (2) the stage of phonological encoding, the result of which is a phonetic plan that is stored in a buffer, (3) the actual articulation itself.

The other aim of this research is to study a lexical selection and retrieval mechanism. Aitchison (1994) argues that word isn't scrambled randomly in the minds, but well organized in a sophisticated and interrelated system A discussion about lexical selection and retrieval mechanism becomes important because the mechanism can explain how segmental errors occur.

Substitution phoneme error is the most frequent in this case (46.65%). This phenomenon is a characteristic of the cortical aphasia, i.e. Broca's aphasia, conduction aphasia, and Wernicke aphasia (see Kusurnoputro 1999). But, there is a symptom indicates the patient suffers Broca's aphasia, namely the predominantly simplification error (42.73%). The patient also handicaps with dental and labial, stops and nasal, and voiced consonant, in consonant, and low, central, and unrounded, in vowels. Beside that, even in the assertive damage, the subject has problem with initiation. The subject shows a frequent lexical failure on the beginning of words (32.04%).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gan Wee Leng
Abstrak :
ABSTRACT
Managing primary or even secondary glomerulonephritis remains a challenge to many nephrologists. In primary focal segmental glomerulosclerosis (FSGS) with heavy proteinuria, renin aldosterone system blockade and high dose of oral prednisolone is the mainstay of treatment. Other immunosuppressive medications like Cyclophosphamide, Cyclosporine A and Mycophenolate Mofetil (MMF) are warranted if a complete remission is not achieved. We illustrate a case of 21 year old gentleman with primary FSGS that was difficult to achieve remission despite on high dose steroid and oral Cyclophosphamide. He was also not responsive to a combination of MMF and Cyclosporine A (CSA) and even throughout the therapy he developed significant steroid and CSA toxicity. He presented to our center with severe nephrotic syndrome and acute kidney injury requiring acute haemodialysis. Despite re-challenged him again on high dose prednisolone, total of 2.4g of intravenous Cyclophosphamide, and MMF, he failed to achieve remission. He was subsequently given intravenous Rituximab 500mg/weekly for 4 doses and able to attained remission for 1 year. He relapsed again and a second course of Rituximab 500mg/weekly for 6 doses were given to attain remission. This case demonstrates the difficulty in managing refractory steroid dependent FSGS and we found that Rituximab is proven beneficial in this case to induce remission.
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2018
610 UI-IJIM 50:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jefri Putra
Abstrak :
Precast segmental girder, umumnya tipe-I, cukup banyak digunakan pada konstruksi jembatan layang di DKI Jakarta. Dalam pelaksanaannya, ada berbagai risiko yang dapat terjadi diantaranya adalah apabila instalasi segmen tak lurus dimungkinkan pecah pada key (joint segment) pada saat stressing process dan terkadang stressing process tak mulus karena lubang tendon tak 100% lurus sehingga kemungkinan terjadi blocked saat grouting besar sekali. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi risiko pada penggunaan precast segmental girder terhadap aspek waktu, mengetahui besar-kecilnya pengaruh risiko tersebut, dan mencari alternatif dalam penanganan risiko yang ada. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey. Tujuannya adalah untuk melakukan identifikasi faktor risiko dan mengolah hasil data dengan pendekatan analyitcal hierarchy process (AHP). Kemudian dicari tindakan korektif dan preventif untuk mengatasi risiko yang ada. Hasil dari peneilitian ini menunjukkan bahwa tidak dilakukannya penyambungan antar girder setelah diletakkan di posisinya yang menyebabkan efek domino sehingga girder jatuh dan rusak menjadi faktor risiko dominan. Dengan diketahui risiko dan dicari tindakan korektif dan preventif dapat membuat keterlambatan waktu penyelesaian diminimalkan.
Many precast segmental girder, generally I-type, used at flyover project in DKI Jakarta. While its construction, there're many risk can be happened such as unstraight segment when stressing process can make key joint broken and it's not 100% straight of tendon hole can make blocked when grouting. These writing objections are to identify possible risks when using precast segmental girder to time aspect, knowing the influence of risks, and searching treatment alternatives in handling risks. Research method used in these writings is survey. The objection is to identify risks when using precast segmental girder and the result will process by using analythical hierarchy process (AHP). Then, the writer will search corrective and preventive treatment to overcome risks. Outcomes of this research show that not tack on girder after lay down at its position which cause domino effect so that girder fall and ruin becomes dominant risk. Knowing risks and corrective and preventive treatment in using precast segmental girder can make the delay in finishing time construction minimalize.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50514
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Gunita Dyana Kumara
Abstrak :
ABSTRACT
Penelitian ini mengupayakan untuk melakukan verifikasi MU teknik IMRT melalui pendekatan yang disederhanakan dalam bentuk lapangan segmental. Penyederhanaan metode verifikasi MU teknik IMRT dapat dimungkinkan terjadi peningkatan error MU hingga mendekati batas acuan ±3.5%. Proses verifikasi MU secara bertahap dilakukan pada lapangan standard dan blok (non-treatment) kemudian pada perencanaan 3 pasien kanker payudara dan 2 pasien kanker serviks yang menggunakan teknik IMRT (lapangan treatment). Menggunakan Matlab, MU dari data yang terekam pada TPS Eclipse dapat diproses dengan menggunakan kalkulasi sesuai AAPM TG-71, kemudian nilai error MU tersebut diverifikasi setiap segmennya. Hasil verifikasi MU pada lapangan non-treatment sangat baik, memberikan rata-rata error MU ±0.7% dengan threshold ±(3-5) %, namun pada teknik IMRT mencapai nilai ±(50-80)% yang terpaut jauh dari threshold ± 3.5%. Nilai error MU teknik IMRT yang sangat besar diakibatkan oleh bukaan MLC pada lapangan segmental sangat kecil dan tersebar acak yang memengaruhi pemilihan titik tinjau dan equivalent square menjadi tidak tepat. Oleh karena itu metode dan kalkulasi pada penelitian ini disarankan hanya digunakan untuk verifikasi MU non-IMRT, lebih tepatnya untuk lapangan sederhana, sedangkan untuk verifikasi MU pada teknik IMRT diperlukan metode dan kalkulasi yang lain.
ABSTRACT
In this thesis, we assess MU verification independently for IMRT treatment techniques by simplifying the calculation on its segmental fields. Due to simplification, the result on IMRT MU verification may increase MU error near its threshold (±3.5%). The process of verification is done systematically on standard and blocked field (non-treatment) and then on patient planning which consists of 3 breast cancer and 2 cervix cancer patients with IMRT techniques. We process patient data from TPS Eclipse(TM) using Matlab(c) and calculate it by AAPM TG-71 algorithm, so then its MU error can be verified for each segment. The result of MU verification on non-treatment fields is decent which averaged on ±0.7% with a threshold of ±(3-5)%. However, on IMRT techniques reaches the value of ±(50-80)%, which considerably high considering its limit is ± 3.5%. High MU error on IMRT techniques is due to MLC opening of segmental fields are small and scattered that lead to inaccuracy of control point selection and equivalent square value. Consequently, methods and calculation on this thesis only suggested for MU verification on non-IMRT fields, especially standard fields, while MU verification of IMRT fields considered to have a more advanced method.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Supartono
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam makalah ini disampaikan keuntungan dan cara pelaksanaan jembatan berbentang panjang dengan sistem kantilever, suatu sistem teknologi pelaksanaan untuk jembatan beton di lokasi yang relatif sulit. Seiring dengan meningkatnya teknologi beton, jembatan dengan sistem kantilever dapat merupakan suatu pilihan ekonomis untuk jembatan dengan panjang bentang sampai 200 meter.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nazri, Fadzli Mohamed
Abstrak :
This book explores the fundamentals of the elastic behaviour of erected precast segmental box girders (SBG) when subjected to static load, as well as the construction process (casting and erection work) involved. It analyzes and compares the experimental results with those obtained using the finite element method and theoretical calculations. A short-term deflection analysis for different loads is obtained by determining the maximum deflection, stress and strain value of single span precast SBG under a variety of transversal slope. The outcome of this work provides a better understanding of the behaviour of precast SBG in terms of structural responses as well as defects, so that maintenance work can then be focused on the critical section at mid span area specifically for the bridge project longitudinally and transversely. The book is of interest to industry professionals involved in conducting static load tests on bridges, and all researchers, designers, and engineers seeking to validate experimental work with numerical and analytical approaches.
Switzerland: Springer Nature, 2019
e20509394
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>