Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutammimal Ahkam, Author
Abstrak :
Sintesis nanozeolit telah dilakukan dengan teknik seeding, dimana seed merupakan zeolit Y dengan tetraetilortosilikat (TEOS) sebagai sumber silika dan aluminium isopropoksida Al[((CH3)2CHO)]3 sebagai sumber aluminium dan tetrametilammonium hidroksida (TMAOH) sebagai molekul pengarah struktur. Proses kristalisasi dilakukan dengan teknik refluks pada suhu 100oC selama 192 jam. Kondisi optimum untuk pertumbuhan kristal zeolit adalah pada pH 9 dengan lama pertumbuhan kristal FAU selama 18 jam pada suhu 100oC dengan volume seed 10 mL dalam 20 mL larutan koloid FAU. Nanozeolit hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan XRD, SEM-EDS, FTIR dan BET. Pola XRD menunjukkan nanozeolit memiliki struktur zeolit Y, yang diperkuat dengan rasio Si/Al sebesar 1,84 dari karakterisasi dengan EDS. Pencitraan dengan SEM menunjukkan bahwa kristal zeolit tumbuh saling bertumpuk membentuk agregat dengan ukuran 2 µm. Analisis dengan metode BET menunjukkan luas permukaan spesifik zeolit, diameter pori rata-rata dan volume pori berturut-turut adalah 521,682 m2/g, 10,667 Å, dan 0,2783 cc/g. Untuk pemisahan gas, telah dilakukan sintesis membran nanozeolit pada suatu kasa baja stainless dengan teknik redispersi. Membran selanjutnya diuji untuk aplikasi pemisahan gas metanol-etanol sebagai gas model dan dideteksi menggunakan GC-FID. Pengamatan awal menunjukkan bahwa gas etanol dapat tertahan oleh membran.
Abstract
Nanozeolit synthesis was conducted by seeding method, in which the seed is a zeolite Y with tetraethyil orthosilicate (TEOS) as silica source and aluminium isopropoxide Al[((CH3)2CHO)]3 as a source of aluminum and tetramethylammonium hydroxide (TMAOH) as the structure directing agent. Crystallization process carried out by using reflux at a temperature of 100oC for 192 hours. The optimum conditions for crystal growth of zeolite crystals at pH 9 with FAU-term growth for 18 hours at a temperature of 100oC with seed volume 10 mL in 20 mL of colloid solution FAU. Nanozeolite synthesis products were characterized using XRD, SEM-EDS, FTIR and BET. XRD pattern shows nanozeolite has the structure of zeolite Y, which is reinforced with Si/Al ratio of 1.84 from the characterization by EDS. SEM imaging showed that the zeolite crystals grow over one another to form aggregates with a size of 2 µm. The analysis by the BET method shows specific surface area of zeolite, average pore diameter and pore volume are 521.682 m2/g, 10.667 Å and 0.2783 cc/g, respectively. For gas separation, synthesis membrane of nanozeolite has been done in a stainless steel mesh by redispersion method. Membranes were then tested for gas separation applications of methanol-ethanol as a gas model and detected using GC-FID. Initial observations indicate that ethanol gas can be restrained by the membrane.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S206
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Krisyuningsih
Abstrak :
Nanozeolite synthesis was carried out through seeding method, in which the seed was Y zeolite (member of faujasite, FAU, family) using tetraethyl orto silicate (TEOS) as silica source, and aluminium isopropoxide Al[(CH3)2CHO)]3 as aluminum source, and tetramethylammoniumhydroxide (TMAOH) as template, under hydrothermal condition. The seeds then were grown on glassy carbon (GC) sheet, that prior being used was modified, using layer by layer (LbL) technique, with three layers of polyelectrolytes: Poly(diallyldimethylammoniumchloride), PDDA; Poly-4-sodium-styrenesulfonate, PSS; and PDDA again. The seeded GC sheet then was immersed into colloidal suspension with molar composition as follow: 14Na2O: Al2O3: 10SiO2: 798H2O: 3Na2SO4 and the pH of the suspension was kept at 9,0 before was treated hydrothermally for 20 hours at 100oC. The variation on number of seed layers on GC (1, 2 and 3 layers), observed by SEM, showed that homogenous structure and crystal size was obtained with 1 layer of seeds applied on the surface of glassy carbon. When more layers of seeds applied, the agregation and intergrowth of zeolite crystals in the thin film of zeolite became more visible. XRD pattern of the as-prepared thin film zeolite indicates that the zeolite has nanoparticle structure. Furthermore, the pattern of glassy carbon predominated the XRD pattern and covered the pattern of Y-zeolite. On the other hand, XRD of as prepared bulk Y-zeolite shows structure of FAU framework.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Pangestika Gunarso
Abstrak :
Pengujian pemisahan gas dilakukan dengan menggunakan membran cair yang telah dimodifikasi dengan nanozeolit Na-Y. Membran cair yang digunakan adalah cairan higroskopik gliserol yang diimpregnasikan ke dalam membran hidrofilik berpori polyvinilidene fluoride (PVDF). Membran PVDF ini berfungsi sebagai support dari gliserol. Membran cair tersebut dimodifikasi dengan nanozeolit Na-Y dan dilakukan pengujian untuk aplikasi pemisahan gas. Nanozeolit yang digunakan disintesis dengan menggunakan metode seeding. Hasil nanozeolit yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan SEM-EDS, XRD, FTIR, BET, serta PSA. Pola XRD menunjukkan nanozeolit yang terbentuk memiliki struktur zeolit Y. Hasil karakterisasi dengan SEM-EDS menunjukkan kristal nanozeolit yang saling bertumpuk dengan struktur berbentuk kubus dengan rasio Si/Al 3,21. Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan PSA, didapatkan distribusi terbesar dari ukuran nanozeolit adalah 2 nm. Campuran gas yang digunakan untuk aplikasi pemisahan gas adalah campuran gas yang mengandung CO2, N2, serta O2 dengan rasio perbandingan volume 1:1:1. Pengujian pemisahan gas dilakukan pada suhu 250C dengan variasi tekanan 0,5 bar dan 1,5 bar. Variasi juga dilakukan pada jumlah nanozeolit (5%-20%) yang ditambahkan pada membran cair. Berdasarkan hasil percobaan, pemisahan gas CO2 paling baik terjadi pada tekanan 0,5 bar dengan 20% penambahan jumlah nanozeolit. ...... Examination of gas separation was carried out by using a Na-Y nanozeolite modified liquid membrane. Liquid of hygroscopic glycerol used as the liquid membrane was impregnated in a porous hydrophilic polyvinilidenen fluoride (PVDF) membrane. The PVDF membrane serves as a support of glycerol. The liquid membrane was modified by nanozeolite Na-Y examined for application of gas separation. Nanozeolite was synthesized by seeding method and then characterized by using SEM-EDS, XRD, FTIR, BET, and PSA. XRD patterns showed that nanozeolite structure was zeolite Y. SEM-EDS result showed that the crystal of nanozeolite grew over one another with cube-shaped structure and the Si/Al ratio is 3,21. Based on the PSA result, the biggest distribution size of nanozeolite obtained was 2 nm. A gas mixture that contains of CO2, N2, and O2 with volume ratio of 1:1:1 was used for gas separation. Examination of gas separation was carried out at 250C with various pressures of 0,5 bar and 1,5 bar. The number of nanozeolite in the liquid membrane was also varied (5%-20%). Based on experimental, the best separation of CO2 gas can be obtained with pressure of 0,5 bar and 20% the number of nanozeolite.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1228
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Santy Juliana S.
Abstrak :
Telah diimobilisasi metilen biru ke dalam lapisan tipis nanozeolit Faujasite (FAU) tipe Y dari kaolin yang ditumbuhkan pada glassy carbon termodifikasi polielektrolit. Lapisan tipis nanozeolit Y disintesis dengan teknik seeding dengan perbandingan komposisi molar 14 Na2O : Al2O3 : 10 SiO2 : 798 H2O : 3 Na2SO4. Keberhasilan sintesis ini diperlihatkan dengan pola XRD zeolit bubuk hasil sintesis yang memiliki kemiripan dengan pola XRD FAU standar. Pencitraan dengan SEM semakin menguatkan bahwa zeolit yang terbentuk merupakan zeolit Y dengan bentuk semi kubus berukuran sekitar 0,8 μM dan memiliki rasio Si/Al sebesar 1,681, rasio ini berada dalam rentang rasio literatur. Namun baik karakterisasi XRD maupun SEM pada glassy carbon termodifikasi lapisan tipis zeolit belum dapat membuktikan bahwa zeolit yang terbentuk merupakan zeolit Y karena memiliki rasio Si/Al sebesar 18,64. Lapisan tipis ini diimobilisasi dengan metilen biru dan digunakan sebagai indikator asam askorbat. Melalui karakterisasi dengan voltametri siklik dapat dilihat respon dari kehadiran metilen biru yang terperangkap dalam NaY. Dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa penambahan konsentrasi asam askorbat mengakibatkan arus yang terukur pada puncak oksidasi asam askorbat pada potensial 0,348 V vs Ag/AgCl menjadi semakin besar. ......Methylene blue has been immobilized into a thin layer nanozeolite Faujasite (FAU) type Y from kaolin grown on glassy carbon modified polyelectrolytes. A thin layer nanozeolite Y synthesized with seeding techniques with the molar composition ratio of 14 Na2O: Al2O3: 10 SiO2: 798 H2O: 3 Na2SO4. The success of this synthesis is shown by the XRD pattern of zeolite powders synthesis results which have similarities with the XRD pattern of standard FAU. Imaging with the SEM confirmed that the zeolite is zeolite Y formed by a semi cube measuring approximately 0.8 μM and the ratio Si / Al of 1.681, this ratio is in the range of the ratio of the literature. However, both XRD and SEM characterization of the thin layer of glassy carbon modified zeolite has not been able to prove that the zeolites formed a zeolite Y having a ratio Si / Al of 18.64. This thin layer of immobilized with methylene blue and ascorbic acid used as an indicator. Through characterization by cyclic voltammetry can be seen the response from the presence of methylene blue is caught up in NaY. From the results obtained shows that the addition of ascorbic acid concentration resulted in a measurable current at the peak of ascorbic acid oxidation at a potential of 0.348 V vs Ag/AgCl becomes larger.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1449
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sucipta Laksono
Abstrak :
Limbah pewarna batik berbahaya bila dibuang ke badan sungai tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu, konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) pada air buangan limbah batik 1332-3192 mg/L. Pengolahan fisika, kimia, dan biologis dapat mengurangi kandungan kimia berbahaya air limbah batik. Untuk mengetahui kriteria desain dari pengolahan biologis maka diperlukan laju kinetika penguraian substrat. Laju kinetika penguraian substrat berpengaruh terhadap efisiensi dari pengolahan biologis dengan media biofilter. Reaktor biofilter dengan skala lab pada penelitian ini memiliki volume 36 liter, dan air limbah yang dipergunakan merupakan air yang telah melalui proses fisika dan kimia. Proses penelitian ini meliputi seeding yaitu proses pembiakan bakteri yang berasal dari air limbah perut sapi, aklimatisasi yang merupakan proses adaptasi bakteri rumen, dan feeding merupakan proses penguraian konsentrasi senyawa kimia pada air limbah batik. Proses penelitian ini berlangsung selama 68 hari. Waktu tinggal pada penelitian adalah 8 jam dengan debit 1,25 mL/s. Diperoleh laju kinetika penguraian yang diperoleh berkisar 0,174-0,244 hari-1, laju pertumbuhan sebesar 0,03584 hari-1, dan biomassa dengan nilai 0,2088 gVSS/gCOD. Penyisihan COD 60 - 90%, Suhu pada proses ini berkisar antara 27oC-30oC sedangkan pH pada penelitian antara 6,5-8,5. ......Batik wastewater can damage the river ecosystem when discharged into water bodies without any prior treatment, Chemical Oxygen Demand (COD) content of the wastewater batik of 1332-3192 mg/L. Physical, Chemical, and Biological treatment can reduce the hazardous chemical constituents of wastewater batik. To determine the design criteria of the biological treatment, the kinetics rate of substrate decomposition is needed. The rate of decomposition kinetics of the substrate affect the efficiency of the biological treatment especially biofilter process. Lab-scale biofilter reactor in this research had a volume of 36 liters and the wastewater used in this research is water that has been through physics and chemical process. The research process includes seeding process, acclimatization, and feeding process. Seeding is the process of culturing rumen bacteria, Acclimatization is the process of adaptation of rumen bacteria in media biofilter, and feeding is the decomposition of chemical compounds in watewater batik by rumen bacteria. This research process lasted for 68 days. Residence time in the study was 8 hours with a flow rate of 1.25 mL/s. Decay rate from rumen bacteria between 0,174-0,244 Day-1, rumen bacteria growth rate is 0.03584 day-1, and biomass of 0.2088 gVSS / gCOD. COD removal 60-90%, the temperature in this process ranges from 27oC-30oC while the pH between 6.5 to 8.5.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elang Pramudya Wijaya
Abstrak :
ABSTRAK Data statistik ketenagalistrikan pada tahun 2018 menyebutkan bahwa, masih terdapat masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan akses khususnya provinsi Nusa Tenggara Timur yang masih bernilai 61.9%. Tidak tersedianya akses distribusi akibat mahalnya biaya instalasinya dan sulitnya akses menuju lokasi. Oleh karena itu, pembangkit listrik mandiri berbahan baku renewable energy merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi krisis energi di daerah terpencil di Indonesia. Disamping itu, potensi energi air di Indonesia mempunyai total potensi sebesar 75 GW. Ini menjadi dasar dari beberapa hasil kajian, turbin pikohidro merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di daerah terpencil. Tujuan dalam studi ini adalah memverifikasi fenomena aliran yang terdapat pada sudu turbin piko hidro jenis cross flow pada CFD berdasarkan metode eksperimen Particle Image Velocimetry. Simulasi akan menggunakan ANSYS Fluent 18.1 dengan fitur steady dengan tinggi jatuh air sebesar 1.4 m dan debit aliran 0.01167 m3/s. Ukuran timestep yang digunakan adalah 0.002. Metode eksperimen menggunakan Particle Image Velocimetry dengan Dantec Dynamic laser system. Hasil komputasi divalidasi dengan metode PIV, ditunjukkan oleh distribusi kecepatan pada nosel dan fenomena separasi fluida yang terjadi pada bagian raner turbin arus lintang. Studi ini, menyimpulkan bahwa fenomena pada kondisi sebenarnya dapat digambarkan oleh metode Particle Image Velocimetry dengan proporsi seeding particle dengan diameter maksimum 100 micron.
ABSTRACT Based on electricity data in 2018, there are still Indonesian people who do not have access to electricity by 2% (Indonesia). As many as 2% of people who have not received electricity are in remote areas. This is due to the unavailability of distribution access due to the very high installation costs and access to difficult locations. Thus, an independent power plant made from renewable energy is the right solution to overcome the energy crisis in remote areas in Indonesia. furthermore, the potential of water energy in Indonesia has a total potential of 75 GW. This is the basis of several studies, pico hydro turbines are the right solution to increase the electrification ratio in remote areas (Diah; Sarasa; Sari). The purpose of this study is to verify the flow phenomena contained in the crossflow turbine blades on CFD based on the Particle Image Velocimetry experimental method. The simulation will use ANSYS Fluent 18.1 with the steady feature with a head of 1.4 m and a flow rate of 0.01167 m3/ s. The timestep size used is 0.002. The experimental method uses Particle Image Velocimetry with the Dantec Dynamic laser system. The results of computation are then validated by the PIV method, shown by the velocity distribution in the nozzle and the flow phenomenon in the crossflow turbine runner section. This study concludes that the phenomenon of actual conditions can be described by the Particle Image Velocimetry method with the proportion of seeding particles with a maximum diameter of 100 microns.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Cahyo Wardoyo
Abstrak :
Pembuangan limbah cair domestik khususnya limbah rumah tangga yang diolah dengan septik tank, ternyata cukup menjadi masalah bagi kita. Sumur resapan yang dibangun untuk menetralisir air limbah septik tank menyita tempat atau membutuhkan lahan yang cukup luas dan tidak semua jenis tanah memenuhi persyaratan untuk bidang atau sumur resapan. Air limbah yang berasal dari septik tank mempunyai kandungan organik yang tinggi. Oleh karena itu pengolahannya dapat dilakukan dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan memahami bagaimana proses pembiakan bakteri anaerob pada biomedia (bioball), membandingkan kinerja reaktor (tangki) anaerobik yang bervariasi volume biomedianya, serta mencari pertumbuhan bakteri yang paling optimal dari berbagai variasi media tersebut. Kegiatan yang dilakukan selama penelitian meliputi studi literatur, penelitian di laboratorium Teknik Penyehatan Jurusan Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang meliputi pembuatan model reaktor/tangki pembiakan bakteri sistem attached growth skala laboratorium, memvariasikan reaktor dengan variasi volume media 25%, 50%, 75% dan 100% dari volume reaktor .sampling, serta analisa sampel berdasarkan periakuan yang diterapkan yaitu : Perlakuan I : Tanpa Periakuan, Periakuan II : Penambahan Asam Asetat, Periakuan III : Pengenceran Limbah, Perlakuan IV : Penambahan Makanan Burung. Hasil penelitian akan digunakan dalam perancangan dan operasional septic tank dari PT. DUSASPUN. Dari hasil penelitian diketahui bahwa reaktor dengan volume media 50% memiliki kinerja terbaik dibandingkan dengan reaktor yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa volume media 50% sebagai ruang tempat hidup mikroorganisme sebanding dengan jumlah dan pertumbuhan mikroorganisme itu sendiri. Perlakuan III mampu meningkatkan efisiensi penyisihan COD dan SS dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Keadaan tersebut menyimpulkan bahwa proses biologis baru dapat berjalan dengan baik jika beban organiknya (kandungan COD) rendah. Dari hasil pengamatan mengenai pH untuk semua perlakuan, dapat disimpulkan bahwa untuk penelitian ini rentang ph yang optimum untuk terjadinya reaksi kimiawi mikroorganisme adalah antara 6,5 - 7,5. Temperatur yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme pada penelitian ini berada pada rentang 28 - 30_C dan optimum pada suhu 29_C. Pemberian nutrisi sangat membantu dalam proses pertumbuhan mikrorganisme.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34927
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinabutar, Mael H.P.
Abstrak :
Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah kondisi lingkungan tempatnya hidup, jenis media tempat tinggalnya, serta makanan yang dikonsumsinya. Jadi untuk membuat pertumbuhan mikroorganisme menjadi optimum, hams dibuat pula semua persyaratan yang diinginkan oleh mikroorganisme tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Kondisi lingkungan tenpatnya ringgal melekat (attached growth), tumbuh atau berkembang biak dan pada akhimya nanti akan mati hams dibuat dan diciptakan sedemikian rupa sehingga membuat mikroorganisme tersebut nyaman dan betah tinggal di dalamnya. Demikian pula halnya dengan pemilihan jenis media bio sebagai tempat tinggalnya dan komposisi volume media harus dipilih dan ditentukan sedemikian rupa sehingga membuat mikroorganisme tersebut merasa nyaman dan betah tinggal didalamnya. Untuk pemberian jenis makanan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme, haruslah dipilih yang benar - benar sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme tersebut. Pemilihan jenis makanan yang akan diberikan tergantung dari jenis mikroorganisme yang ada, kemudahan mendapatkan serta dilihat dari segi eknomi, dalam hal ini adalah harga dari sumber makanan tersebut. Untuk menentukan atau menyelidiki hal - lial yang diuraikan tadi, maka digunakanlah suatu metodologi penelitian yang dilaksanakan di laboratorium dengan menggunakan metode seeding atau pengukuran parameter - parameter yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu : COD, pH, Temperatur, SVI dan MLSS serta MLVSS. Bila semua persyaratan yang diinginkan oleh mikroorganisme tersebut telah dapat dipenuhi, maka mikroorganisme tersebut akan cepat bertumbuh dan berkembangbiak. Hal ini akan berpengaruh kepada kecepatan pertumbuhan atau perkembangbiakannya dan akan sangat membantu manusia dalam tujuaonya untuk menjadikan mikroorganisme yang tinggal melekat dalam media bio yang diberikan untuk dyadikan sebagai media pengolahan limbah cair.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Millati Hanifah Saprudin
Abstrak :
Melimpahnya gas CO2 di alam berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku konversi recovery untuk menghasilkan produk bahan kimia sintetik salah satunya melalui reduksi CO2 secara elektrokimia elektroreduksi. Elektroda boron-doped diamond BDD diketahui memiliki berbagai karakteristik unggul untuk digunakan sebagai elektroda kerja pada aplikasi elektroreduksi. Pada penelitian ini akan dilakukan modifikasi elektroda BDD dengan mendepositkan bimetal platinum dan iridium Pt-Ir menggunakan metode wet chemical seeding yang dilanjutkan dengan elektrodeposisi pada potensial -0,5 V vs Ag/AgCl selama 15 menit. Optimalisasi dilakukan pada variasi rasio Pt-Ir 1:1, 1:2 dan 2:1. Setiap elektroda dikarakterisasi menggunakan CV, SEM, EDX, XPS dan Raman Spektroskopi. Elektroreduksi CO2 dilakukan pada sel 2 kompartemen, yaitu ruang katoda yang berisi NaCl 0,1 M dan terta terlarut gas CO2 dan ruang anoda yang berisi Na2SO4 dengan menggunakan setiap elektroda tersebut masing-masing pada potensial -1,1 V, -1,2 V, -1,3 V, -1,5 V, dan -1,7 V vs Ag/AgCl selama 60 menit. Produk hasil reduksi dianalisa menggunakan HPLC dan GC. Produk terbanyak yang dihasilkan adalah asam format sebesar 7,08 mg/L dengan efisiensi faraday 23,17 menggunakan elektroda PtIr 2:1 BDD pada potensial -1,1 V vs Ag/AgCl. Selain asam format dihasilkan pula produk lainnya seperti metanol, gas CO, gas metana dan gas H2. Sedangkan dengan menggunakan elektroda Pt-BDD hanya mampu menghasilkan asam format 2,51 mg/L pada potensial -1,6 V vs Ag/AgCl. Keberadaan Ir mampu menurunkan potensial pada elektroreduksi CO2 untuk menghasilkan produk dengan konsentrasi yang lebih besar. ......The abundance of CO2 gas in nature potentially to produce valueable chemical products through electrochemical reduction of CO2 electroreduction of CO2. Boron doped diamond BDD is known to have superior characteristic to supports to electroreduction CO2 which requires high potensial reduction. In this research, BDD electrode was modified by depositing platinum iridium bimetals onto BDD surface through wet chemical seeding method followed by electrodeposition at 0,5 V vs Ag AgCl for 15 min. Optimization was also performed for various Pt Ir mole ratios, including 1 1 , 1 2 and 2 1. Each electrode was characterized by using CV, SEM, EDX, XPS and Raman spectroscopy. Electroreduction of CO2 was performed by using two compartement cell. In the cathode chamber 0.1 M NaCl with dissolved CO2 gas was placed, while in the anode chamber the solution was 0.1 M Na2SO4. PtIr BDD were performed as working electrode. Electroreduction of CO2 was carried out at various potentials of 1,1 V, 1,2 V, 1,3 V, 1,5 V, and 1,7 V vs Ag AgCl for 60 min. The products of the electroreduction were analyzed using HPLC and GC. The main product in this system was formic acid with the largest concentration of 7,08 mg L with 23,17 farradaic efficiency at PtIr 2 1 BDD at the potential of 1,1 V vs Ag AgCl. Other products including methanol, CO, methane and H2 gas was also generated. On the other hand, Pt BDD electrode can produce 2,51 mg L formic acid at much higher potential at 1,6 V vs Ag AgCl. The existance of Ir particles proposed to contribute in reducing the required potential and to produce concentration of formic acid the CO2 reduction.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Popi Aprilianti
Abstrak :
Cyphomandra betacea Mart. Et. Sendt. yang dikenal dengan nama terong betanda atau terong tamarillo merupakan salah satu jenis buah yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Masyarakat di Brastagi dan Tana Toraja telah memanfaatkannya sebagai bahan baku industri makanan dan minuman seperti selai, jus, dan sirup. Pembudidayaan terong tamarillo diarahkan pada program intensiflkasi yang menuntut ketersediaan bibit siap tanam bcrumur 2-3 bulan. Bibit yang berkualitas dapat dihasilkan melalui tahap pembibitan yang memperhatikan kebutuhan unsur hara melalui pemupukan. Untuk mengetahui kadar pupuk NPK yang tepat telah dilakukan penelitian di rumah kaca Departcmcn Biologi FMIPA-Ul pada bulan Febmari sampai dengan Mei 2003 menggunakan pupuk NPK dengan perbandingan N:P:K masing-masing 5:6:6. Peneliiian bersifat eksperimenial menggunakan Rancangan Acak Lengkap terdiri alas 5 perlakuan, yaitu kadar 0; 0,2; 0.4; 0.6; dan 0,8 g/ 1 kg media' tanaman. Pemberian pupuk dengan cara tugal (7 cm dan batang) sebanyak 6 kali dengan interval waktu 15 hari. sejak hari ke-35 sampai hari ke-110 setelah penanaman biji. Hasil analisis menunjukkan pemberian pupuk NPK kadar 0,2-0,6 g/kg media meningkatkan pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan tanaman konirol (0 g), sedangkan pemberian NPK 0,8 g/kg media menyebabkan penurunan rerala seluruh parameter penumbulian yang diukur. Perlakuan kadar 0,6 g/kg media menunjukkan rerata tertinggi untuk jumlah daun (9 helai), luas daun (670.8 cm2), panjang akar (15,375 cm), volume akar (3,188 ml), berat basah (=BB) tanaman (27,25 g). berat kerins (=BK) tanaman (1,412 g), BB tajuk (24,537 g), BK tajuk (0.993 g), BB akar (2,712 g), dan BK akar (0,419 g). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 0,6 g NPK/ kg media/ tanaman merupakan kadar yang sesuai bagi pertumbuhan bibit tanaman terong tamariHo.
Cyphomandra betacea Mart. Et. Sendt known as tamarillo has become a potential fruit to be developed in Indonesia. People in Brastagi and Tana Toraja have used tamarillo as raw material for food and beverages such as jam. juice and lemonade. Crop improvement of tamariHo is focused on intensification program which needs availability of 2-3 months of seedlings. Good quality seedlings can be obtained by sequential seedling, that focus on nutrient requirement through fertilizer application. To determine the right dose of NPK. research has been done under green house condition from February until May 2003 using NPK fertilizer with a ratio of 5:6:6 respectively. The research design was a completely randomized design with five treatments, which are 0; 0.2; 0.4; 0.6; and 0.8 g/1 kg media. Fertilizer was applied by burying the NPK 7 cm away from the stem, 6 times with 15 days interval, starting from the 35th day until 110th day after sowing. Analysis show that NPK with a dose of 0.2 - 0.6 g/kg media increased plant growth compared to control (0 g), while NPK 0.8 g/kg media caused a decrease in all growth parameters. Treatment 0.6 g/kg of NPK showed the highest average for leaf number (9), leaf area (670,8 cm2), root length (15,375 cm), root volume (3,188 ml), plant fresh weight (=FW) (27,25 g), plant dry weight (-DW) (1,412 g), canopy FW (24,537 g), canopy DW (0,993 g), root FW {2,712 g), and root DW (6,419 g). Therefore, it can be concluded that 0.6 g NPK /kg media/plant was the right dose for growth of tamarillo seedlings.
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2005
SAIN-10-2-2005-26
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>