Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ellen Gaby Tulangow
"ABSTRACT
Transak:si Derivatif sudab mulai diperkenalkan di pasar modal Indonesia Pengamatan temadap
volatilitas suatu transaksi adalah penting mengingat barga suatu derivatif bisa dibitung dari
volatilitasnya. Karya tulis ini ingin melibat bagaimana pengaruh peluncuran indeks futures LQ
45 di Bursa Efek Surabaya terbadap volatilitas indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta. lndeks
futures LQ 45 mulai ditransaksikan sejak: 13 Agustus 200 I. Observasi dilak:ukan temadap nilai
indeks dan imbal basil indeks LQ 45 ~ejak 4 Januari 2000 sampai dengan 31 Juli 2003.
Peluncuran indeks futures LQ 45 tersebut tidak berpengaruh terbadap volatilitas indeks LQ 45.
Hal ini banyak disebabkan teijadinya asimetri volatilitas dan volatilitas imbal basil berubah
secara difusi dalam bentuk autoregresi kuadrat residualnya saat sebelum dan sesudah peluncuran
indeks futures LQ 45 terse but. Selain itu, kurang likuidnya perdagangan indeks futures LQ 45 ini
juga menyebabkan dampak derivatif ini tidak: terlihat. Oleb karena itu, sosialisasi dari bursa dan
edukasi terbadap investor sangatlah diperlukan dalam pasar modal Indonesia yang sedang
berkembang ini.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roy Candra Primarsa
"ABSTRAK
Suatu Badan Pengawas Pemanfaatan Tenaga Nuklir di Indonesia menilai tingkat keselamatan nuklir fasilitas radiasi melalui Indeks Keselamatan dan Keamanan Nuklir (IKKN). Ragam temuan inspeksi merupakan faktor penyebab penurunan performa keselamatan fasilitas dan probabilitas kegagalan IKKN dijadikan sebagai Top Event penelitian ini. Renstra Badan Pengawas 2015-2019, menyebutkan target keberhasilan nilai IKKN 2017-2019 pada rentang nilai 75-82 (skala 100). Dari data mentah hasil inspeksi pada sistem online inspeksi Balis Infara, dilakukan pengolahan data dengan menghitung nilai probabilitas masing-masing dari kriteria inspeksi, kategori temuan, dan butir temuan. Nilai probabilitas ini kemudian di analisis melalui Metode Fault Tree Analysis (FTA) tujuan untuk mendapatkan nilai top event probabilitas kegagalan IKKN hasil inspeksi 2017-2019. Hasil Fault Tree Analysis (FTA) yang didapatkan adalah probilitas kegagalan IKKN adalah 0,128 (12.8 dari 100) dengan kata lain berarti nilai keberhasilan IKKN tersebut adalah 0,872 (87.2 dari 100). Hasil ini masih sesuai dengan nilai IKKN dalam Renstra 2017-2019, Optimasi keselamatan nuklir dapat diimplementasikan dengan peningkatan sistem Inspeksi.

ABSTRACT
The Nuclear Energy Regulatory Body in  Indonesia assesses the nuclear safety level of radiation facilities through the Nuclear Safety and Security Index (IKKN). The various findings of inspection the factors causing decreased of safety performance of facility and the probability failure of the IKKN as the Top Event of this study. Regulatory  Body Strategic Plan 2015-2019, stated IKKN value 2017-2019 in the range of 75-82 (scale 100). From the raw data of the inspection results in the Balis Infara online inspection system, data processing is performed by calculating the probability value of each of the inspection criteria, category of findings, and items found. This probability value is then analyzed through the Fault Tree Analysis (FTA) method in order to get the top even is the probability failure of IKKN results from inspection 2017-2019. The result of the Fault Tree Analysis (FTA) that the probability failure of the IKKN is 0.128 (12.8 out of 100) in other words means the success value of the IKKN is 0.872 (87.2 out of 100). These results are still appropriate with the IKKN values in the 2017-2019 Regulatory Body Strategic Plan, The optimization of nuclear safety can be implemented with improvement of the Inspection system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvieto Adrian
"Penelitian ini menggunakan metode 3SLS untuk menganalisis efek antara ketahanan pangan dan produksi agrikultur di negara ASEAN+5 yang tergabung dalam perjanjian kerjasama internasional RCEP (Regional Comperehensive Economic Partnership). Penelitian ini mempertimbangkan variabel FDI di sektor agrikultur, pertambangan, sekunder, dan tersier, serta variabel konsumsi pemerintah dan kualitas regulasi. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami kompleksitas interaksi antara variabel- variabel tersebut dan dampaknya terhadap ketahanan pangan di kawasan tersebut. Hasil menunjukkan bahwa indeks ketahanan pangan dan produksi agrikultur memiliki koefisien positif signifikan, sementara FDI di sektor agrikultur dan pertambangan berdampak negatif pada ketahanan pangan. Artinya, meskipun investasi asing di sektor- sektor ini dapat meningkatkan output ekonomi, mereka tidak selalu mendukung peningkatan ketahanan pangan khususnya di ASEAN+5. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan kemampuan yang baik dalam menjelaskan variabilitas hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, dengan nilai adjusted R-Squared sebesar 37.01% untuk persamaan ketahanan pangan dan 85.45% untuk persamaan produksi agrikultur. Penelitian ini menyoroti pentingnya FDI dan kebijakan regulasi dalam meningkatkan ketahanan pangan, meskipun ada dampak negatif dari sektor sekunder dan tersier, kebijakan regulasi yang baik dapat membantu mengurangi dampak negatif ini dan mendukung ketahanan pangan. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menekankan perlunya perhatian lebih lanjut pada pengembangan kebijakan FDI yang mendukung sektor pertanian secara berkelanjutan dan meningkatkan kualitas regulasi di negara-negara ASEAN+5.

This study uses the 3SLS method to analyze the effect between food security and agricultural production in ASEAN+5 countries that are members of the RCEP (Regional Comperehensive Economic Partnership) international cooperation agreement. This study considers FDI variables in agriculture, mining, secondary, and tertiary sectors, as well as government consumption and regulatory quality variables. This approach aims to understand the complexity of the interaction between these variables and their impact on food security in the region. Results show that the food security index and agricultural production have significant positive coefficients, while FDI in the agricultural and mining sectors has a negative impact on food security. This means that while foreign investments in these sectors can increase economic output, they do not necessarily support improved food security especially in ASEAN+5. The regression model used in this study shows a good ability to explain the variability of the relationship between the variables studied, with an adjusted R-Squared value of 37.01% for food security equation and 85.45% for agricultural production equation. This research highlights the importance of FDI and regulatory policies in improving food security, despite the negative impacts of the secondary and tertiary sectors, good regulatory policies can help mitigate these negative impacts and support food security. Therefore, the results of this study emphasize the need for further attention to the development of FDI policies that support the agricultural sector in a sustainable manner and improve the quality of regulation in ASEAN+5 countries."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Aditya Andika
"Sektor pertanian merupakan penyangga utama pasokan pangan dan penyumbang serapan tenaga kerja terbanyak di Indonesia. Namun, rendahnya tingkat pendapatan serta tingginya kemiskinan di rumah tangga petani menimbulkan pertanyaan terkait ketahanan pangan di wilayah mayoritas penduduknya berkerja sektor pertanian. Penelitian ini mengkaji hubungan itu dengan menggunakan indikator persentase tenaga kerja sektor pertanian per total pekerja dan skor Indeks Ketahanan Pangan (IKP) di 416 kabupaten di Indonesia. Data dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik dan Badan Pangan Nasional selama periode 2020 s.d. 2022. Melalui estimasi Generalized Least Square (GLS) ditemukan korelasi negatif yang signifikan antara jumlah petani dengan ketahanan pangan. Setiap peningkatan persentase jumlah petani sebesar 1% akan diiringi dengan penurunan skor IKP sebesar 0,107 poin dalam kondisi ceteris paribus. Secara singkat, kabupaten dengan persentase jumlah petani dan rumah tangga petani miskin yang lebih banyak, upah/gaji petani lebih tinggi dan produksi beras sedikit, memiliki ketahanan pangan yang lebih rendah. Sebaliknya, kabupaten dengan PDRB tinggi, banyak penduduk, pengeluaran konsumsi beras tinggi dan biaya konsumsi daging rendah, serta banyak penduduk miskin yang mendapatkan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) akan memiliki ketahanan pangan yang lebih tinggi. Terkait itu, maka upaya penanggulangan kemiskinan di kabupaten-kabupaten yang tenaga kerjanya mayoritas berasal dari sektor pertanian perlu terus dimasifkan guna meningkatkan ketahanan pangan.

The agricultural sector is the main support for food supply and the largest contributor to labor absorption in Indonesia. However, low-income levels and high levels of poverty among farming households raise concerns regarding food security in areas where most of the population earns their livelihood from the agricultural sector. This research aims to examine the relationship between the percentage of agricultural sector workers per total worker and the Food Security Index (IKP) score in 416 districts in Indonesia. The data were collected from the Central Statistics Agency and the National Food Agency for the period of 2020 to 2022. Through Generalized Least Square (GLS) estimation, a significant negative correlation was found between the percentage of farmers and the IKP score. Every percentage increase in the number of farmers by 1% will be accompanied by a decrease in the IKP score of 0.107 points under ceteris paribus conditions. In short, the research results show that districts with a greater percentage of farmers and poor people from the agricultural sector, higher wages for agricultural labor and less rice production, will have lower level of food security. On the other hand, districts with high GRDP, large populations, higher rice consumption costs, lower meat consumption costs, and many poor people targeted by the Non-Cash Food Assistance program will have a higher level of food security. In relation to this matter, poverty reduction measures in districts where most of the workforce comes from the agricultural sector need to be accelerated to increase food security."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library